Liputan6.com, Bangkalan - Bagi Anda yang tengah libur Lebaran di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, tak ada salahnya untuk mengunjungi sejumlah tempat wisata. Ada dua jenis wisata yang bisa dijumpai di Bangkalan, wisata kuliner dan wisata panorama.
Untuk menikmati wisata kuliner di Bangkalan terbilang mudah. Kuliner di Bangkalan terbagi dalam dua jenis, yaitu kuliner yang sedang tren dan kuliner legendaris atau hidangan khas Bangkalan.
Kuliner yang sedang ngetren di Bangkalan mayoritas berbahan dasar bebek. Ada Bebek Songkem, Bebek Bengal dan yang paling populer dan jadi buruan yaitu Bebek Sinjay.
Semua hidangan ini mudah dijumpai karena terpusat di satu kecamatan, yaitu Kecamatan Burneh. Pusat kuliner Burneh membentang dari Kelurahan Tunjung hingga kampung Junok.
Bila lewat Suramadu, 15 kilometer selepas pintu tol sisi Bangkalan ada akan tiba pos polisi Tangkel. Tangkel masuk wilayah kecamatan Burneh. Di sekitar pos Tangkel, banyak warung.
Untuk mencapai pusat kuliner serba bebek, belok kiri di perempatan Tangkel. Lajukan kendaraan dengan kecepatan sedang, agar anda mudah mengamati kuliner apa yang hendak disantap. Tiap warung dan rumah makan memasang plang hidangan andalan masing-masing.
Advertisement
Baca Juga
Selain kuliner, kecamatan Burneh juga jadi pusat penjualan batik tulis khas Bangkalan. Sepanjang jalan, selain rumah makan, banyak jejeran toko-toko penjual batik tulis. Batik khas Bangkalan paling terkenal adalah Batik Gentong.
Perajin batik di Bangkalan terpusat di Kecamatan Tanjung Bumi, sekitar dua jam dari pusat Kota Bangkalan ke utara. Agar batik mudah dijangkau wisatawan, banyak perajin batik Tanjung Bumi membuka toko di Kecamatan Burneh.
Sementara untuk kuliner khas Bangkalan, ada tiga jenis. Pertama, nasi campur Warung Amboina, kedua warung Nya Letek, dan ketiga Nasih Serpang.
1. Warung Amboina
(Jalan KH Moh. Kholil dan Jalan Sultan Kadirun, Kota Bangkalan)
Warung Amboina, warung legendaris di Kota Bangkalan, berdiri sejak 1974. Warung ini terdapat di dua lokasi. Pertama di Jalan Sultan Kadirun, tepatnya di Samping Masjid Agung Bangkalan. Warung kedua terletak di jalan KH Moh Kholil, tepatnya di kawasan yang dikenal dengan sebutan Merlyn. Merlyn sejatinya nama sebuah studio foto. Namun kemudian jadi penanda kawasan. Warung Amboina terletak di sebuah gang di seberang jalan studio foto.
Menu khas Amboina adalah nasi campurnya, soto daging dan rawon. Apa pun menunya, kuahnya identik dengan kuah serba santan kecuali rawon. Lauk utama dendeng daging sapi dan empal.
2. Nya Lete'
(Jalan Jendral Sudirman, kelurahan Pejagan)
Nya Lete' punya nama lain Budi Luhur. Ini warung legendaris di Bangkalan. Warung ini terletak di Jalan Jendral Sudirman. Agar mudah menemukannya, lewatlah jalur alun-alun kota Bangkalan ke utara, melewati kawasan pertokoan Pecinan. Setelah jembatan belok kiri, warung Nya Letek terletak tepat di depan kantor PDAM Bangkalan.
Menu andalan di warung ini adalah nasi petisnya dengan kuah santan dan lauk dendeng dagingnya. Secara umum sama dengan menu Amboina. Bedanya, tiap hidangan ditambah mi kuning.
3. Nasi Serpang
Serpang sejatinya adalah nama dusun di Desa Sabiyan, Kecamatan Arosbaya, wilayah pinggiran sekitar sepuluh kilometer arah utara dari pusat pemerintahan Bangkalan. Sehingga bisa ditebak, asal-usul Nasi Serpang berasal dari Dusun Serpang yang diwariskan secara turun-temurun. Hingga kini, Nasi Serpang jadi penopang utama perekonomian warga di dusun itu.
Kuliner ini kaya lauk pauk. Sebungkus Nasi Serpang terdiri dari sambal goreng kerang, rempeyek udang, empal goreng, kuah sik-usik yang sejatinya kerupuk kulit sapi dengan kuah santan kental. Ada juga pepes tongkol, telur asin, serta serundeng.
Butuh perjuangan untuk menyantap hidang yang satu ini. Nasi serpang hanya dijual mulai pukul 05.30 hingga 07.30 WIB. Porsinya pun terbatas, yakni hanya 30 bungkus per hari. Penjaja makanan ini biasanya buka lapak di pinggiran jalan Kelurahan Pejagan, tak jauh dari Warung Nya Lete.
Â
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Wisata Religi dan Gua Pote
Di kota Bangkalan terdapat dua masjid besar, yakni Masjid Agung dan Masjid Pasarean Syaikhona Kholil. Dua masjid ini tak hanya untuk ibadah, tapi juga dilengkapi wahana wisata religi.
1. Masjid Agung
Nama resminya Masjid Agung Sultan Abdul Kadirun. Letaknya di depan Alun-alun Bangkalan. Sebab itu, masjid ini populer juga dengan sebutan Masjid Alun-alun.
Masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya. Saat masuk, ukiran-ukiran pada tiang dari kayu dan atapnya begitu indah. Masjid ini dibangun pada 14 April 1819 oleh Sultan kerajaan Bangkalan ke II, Abdul Kadirun.
Setelah beribadah, jemaah bisa takziyah ke komplek makam-makam keluarga keraton Bangkalan yang terletak di bagian depan masjid. Sultan Kadirun dimakamkan di sana, termasuk beberapa keluarga dan kerabat dekat beliau. Di antaranya adalah makam Pangeran Muhammad Jusuf alias Panembahan Cakra Adiningrat VII (1847-1862), makam Raden Abdul Jumali alias Pangeran Pakuningrat (1862-1879), makam Raden Mohammad Ismail alias Panembahan Cakra Adiningrat V (1862-1882).
2. Masjid Syaikhona Kholil
Masjid ini terletak di Desa Martajesah, Kelurahan Mlajah, Kota Bangkalan. Tiap hari ribuan peziarah memadati Masjid ini.
Syaikhona Kholil adalah ulama Kharismatik asal Bangkalan. Nama lengkapnya KH Mohammad Kholil bin Abdul Latif. Sebagian besar kiai pendiri pondok pesantren besar di Madura dan Jawa pernah nyantri ke Mbah Kholil. Konon, ayahnya Kiai Abdul Latif, untuk memiliki anak yang alim seperti Kiai Kholil, bermunajat dan berpuasa selama 25 tahun.
Kake dan ayah Gus Dur yaitu KH. Hasyim Asy'ari, pendiri NU dan Putranya KH Wachid Hasyim yang pernah menjadi Mentri Agama pada 1949 pernah nyantri kepada Mbah Kholil Bangkalan. Termasuk juga almarhum KH Asad Syamsul Arifin juga muridnya. Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno sering sowan ke Mbah Kholil pada zaman pra-kemerdekaan.
Wisata Goa Pote
Salah satu lokasi wisata yang lagi ramai pengunjung adalah wisata Goa Pote. Letaknya dekat Kota Bangkalan. Tepatnya di Desa Parsen, Kecamatan Socah, sekitar 30 menit ke arah selatan.
Sebelum dikenal sebagai lokasi wisata, tempat ini hanyalah lokasi penambangan batu kapur yang dikenal dengan nama Gunung Jaddih. Lubang bekas galian inilah yang disulap menjadi kolam renang dan danau biru. Batu di bor hingga menemukan sumber air. Bila ke puncak tertinggi bukit kapur ini, seluruh wilayah Kota Bangkalan akan terlihat jelas.
Namun hati-hati bila berkunjung ke Gua Pote, terutama yang menggunakan roda dua. Di jalur-jalur menuju tempat wisata ini sering kejadian begal dan jambret dan umumnya para korban adalah wisatawan.
Advertisement