Liputan6.com, Semarang - Helikopter Basarnas jenis Dauphin jatuh setelah menabrak tebing di Dusun Canggal, Candiroto, Temanggung. Semua korban meninggal sudah dievakuasi, bahkan dimakamkan. Akan tetapi, proses evakuasi bangkai helikopter itu berjalan lambat akibat sulitnya medan sulit dan beratnya komponen.
Di samping persoalan teknis, ada hal lain yang menambah berat proses evakuasi bangkai helikopter itu oleh para penyelamat Basarnas. Seperti yang dialami Ipul, anggota tim Basarnas di pos SAR Cilacap, yang ikut mengevakuasi heli.
Menurut Ipul, ketika dirinya mengangkat dan mengumpulkan serpihan bangkai helikopter itu, ia terbayang rasa sakit yang diderita kawan-kawannya sebelum meninggal.
Advertisement
"Saya kumpulkan serpihan-serpihan heli, saya menemukan beberapa benda milik kawan-kawan. Ya Allah, yang terbayang justru rasa sakit yang dialami kawan-kawan," kata Ipul kepada Liputan6.com, Kamis (6/7/2017).
Ada genangan air mata di kelopak mata Ipul. Evakuasi bangkai helikopter basarnas itu menjadi sangat emosional. Berbeda dengan ketika mengevakuasi korban kecelakaan udara yang lain. Ada misteri yang bisa dipahami atas munculnya air mata itu.
Baca Juga
Humas Basarnas Kantor SAR Semarang, Zulhawary Agustianto, juga mengakui hal ini. Ia yang berada satu tim dengan Maulana Affandi di humas lebih banyak diam dan tak banyak canda seperti biasanya.
"Di tempat duduk itu, saya sering berdiskusi dengan adik saya, Affandi, mengenai trik mendapatkan foto dan video yang bagus. Bagaimana saya bisa bercanda kalau helikopter ini membawa banyak kenangan saya dan kawan-kawan," kata Zulhawary.
Ipul maupun Zul menyebutkan, meskipun sama-sama membawa kesedihan, sejumlah evakuasi korban dan penanganan kemanusiaan lain kali ini membawa dampak psikologis yang luar biasa. Helikopter yang berupa benda mati itu mampu membangkitkan emosi.
"Ketika proses evakuasi bangkai heli diputuskan untuk ditunda hingga hari ini (6/7/2017), kami tidak sedikit pun mengeluh. Hawa dingin gunung, ketiadaan sinyal, keterbatasan logistik, tak menghalangi semangat kami," kata Zul.
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:Â
Sulitnya Medan Bangkitkan Kenangan
Beruntung, warga masyarakat Canggal sangat ramah dan memberi dukungan penuh kepada tim, baik dukungan logistik maupun tenaga.
"Di sana saya menemukan kamera yang biasa digunakan Dik Fandi. Kami sering berebut ketika hendak memanfaatkan kamera itu karena memang masih baru," kata Zul.
Sementara, Ipul mengungkapkan keinginan untuk segera menyelesaikan proses evakuasi itu. Ada beberapa alasan mengapa proses itu harus segera selesai.
Pertama adalah agar kenangan-kenangan indah bersama teman-temannya saat berada di atas heli bisa segera dihapus. Kedua, Heli itu sendiri sudah seperti anggota badan bagi mereka, sehingga mereka sangat bangga dan ingin menjadikan heli itu sebagai monumen.
"Biarlah heli ini pernah menjadi sejarah dalam hidup kami. Jika nanti kami mendapat yang baru, tentu tak mudah menggantikan kenangan yang diberikan Heli Dauphin ini," kata Ipul.
Â
Proses evakuasi bangkai helikopter basarnas yang sudah selesai pada Rabu, 5 Juli 2017, adalah ekor, rotor, huist (peralatan yang dipakai rescuer turun), jok pilot, kopilot, penumpang, potongan kokpit, dan juga sebagian potongan propeler atau baling-baling.
Mulai Kamis pagi, sebelum matahari terbit, tim kembali menyusuri jalan setapak. "Dijadwalkan hari ini bisa membawa turun gearbox dan beberapa komponen tersisa. Sangat berat karena beratnya sekitar 300 kg, sedangkan jalan yang dilalui adalah jalan setapak. Doakan lancar ya," kata Zul.
Â
Â
Â
Advertisement