Liputan6.com, Palembang - Penangkapan Toni Rianda (24) yang merupakan simpatisan ISISÂ atau Islamic State of Iraq and Syria cukup menyita perhatian Polda Sumatera Selatan (Sumsel).
Penangkapan warga asli Kampar, Riau ini terjadi pada hari Jumat sore, 8 Juli 2017, di kawasan Gelumbang, Kabupaten Prabumulih, Sumsel, saat menumpangi bus rute Palembang–Muara Enim.
Saat diinterogasi oleh Kapolda Sumsel, Irjen Pol Agung Budi Maryoto di ruangan tertutup di Jatanras Polda Sumsel, Toni mengaku bahwa dirinya tertarik bergabung dengan ISIS dan paham radikal gerakan ini.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan Toni terlacak oleh petugas kepolisian setelah mem-posting kalimat ujaran kebencian dan hal-hal yang menyinggung soal ISIS di media sosial miliknya.
Menurut Kapolda Sumsel, Toni memang diketahui sudah banyak mem-posting masalah ISIS dan unggahannya itu juga melanggar Undang-Undang (UU) ITE.
"Kita lakukan pendalaman, postingan tersebut apa maksudnya, penyebaran kebencian. Dia mengatakan polisi itu Thaghut dan layak dibunuh, itu yang ditulisnya di medsos," katanya kepada Liputan6.com.
Toni mengaku bahwa dirinya baru beberapa bulan ini mengikuti pergerakan ISIS. Bahkan dirinya tahu dan mendalami jaringan ISIS setelah memantau postingan video di media sosial.
Sejauh ini, Toni masih mengaku tertarik dengan ISIS karena terpengaruh postingan di internet saja. Dia bahkan tidak mengenal siapa pun yang tergabung di ISIS yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
"Dia mengaku belajar sendiri, karena buka medsos. Tidak ada ajakan dari orang lain, tapi nanti akan kita dalami," katanya.Â
Ternyata Toni juga tidak mengetahui secara terperinci tentang bagaimana pergerakan ISIS di luar sana. Pria kelahiran Pekanbaru, 30 Oktober 1993 ini mengaku menyesal telah mempunyai niat bergabung dengan ISIS.
Kendati masih akan ditelusuri, Kapolda Sumsel mengatakan bahwa penangkapan simpatisan ISISÂ ini merupakan salah satu langkah pencegahan perekrutan anggota ISISÂ dari Sumsel.
"Untuk preventifnya biar jangan kesana, kita lakukan penangkapan," katanya.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Jaringan ISIS
Bahkan saat dirinya diperlihatkan video pemenggalan yang dilakukan anggota ISIS, Toni langsung protes dan menolak perbuatan sadis yang dilakukan ISIS tersebut.
"Tadi saya tanya, apakah kamu setuju (aksi pemenggalan), itu korbannya bangsa kita sendiri. Dia bilang tidak setuju kalau seperti itu. Dia bahkan tidak tahu ISIS seperti apa, dia mengaku menyesal," ia mengungkapkan.
Untuk mengetahui sejauh apa keterkaitan Toni dengan gerakan ISIS, pihaknya masih akan menelusuri akun media sosialnya.
Salah satunya dengan memeriksa barang bukti berupa laptop dan handphone yang digunakan Toni untuk menyebarkan postingan ujaran kebencian dan ISIS di medsos.
Direktur Direktorat Reserse Kriminal dan Umum (Dirkrimum) Polda Sumsel Kombes Pol Prasetijo Wibowo mengatakan bahwa salah satu postingan Toni yang terlacak adalah melalui aplikasi pesan instan.
"Terlacak di aplikasi Telegram yang dia punya. Dia tergabung dalam kelompoknya dan disana dia posting banyak soal ISIS," ujarnya.
Dari informasi yang dihimpun, pergerakan Toni sudah terlacak di Grup Cyber Nusantara. Toni sudah dipantau terus oleh anggota Cyber yang berada di wilayah hukum Riau, tepatnya di Polsek Kuansing. Sebelumnya, Toni terlacak di wilayah hukum Polres Kampar, Polda Riau.
Namun diduga pada hari Kamis (7/7/2017) sekitar pukul 13.38 WIB, keberadaan Toni sudah memasuki wilayah hukum Jambi, tepatnya di Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
Barulah pada Jumat sore, Toni terlacak berada di Sumsel, tepatnya di kawasan Kabupaten Prabumulih Sumsel dan langsung diamankan.
Saat diamankan, Toni sedang duduk di kursi penumpang bagian depan, tepatnya disamping sopir bus. Kendaraan umum yang ditumpangi Toni adalah bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) Juwita dengan nomor polisi BG 7713 AU.
Rencananya, Toni akan bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan di Kabupaten Muara Enim, Sumsel.Â
Â
Â
Advertisement