Sukses

20 Ribu Perawat di Jatim Terancam Jadi Pengangguran

Ada satu penyebab yang membuat puluhan ribu perawat terancam jadi pengangguran.

Liputan6.com, Probolinggo - Lebih dari 20 ribu lulusan keperawatan di Jawa Timur terancam menjadi pengangguran. Minimnya penyerapan lapangan pekerjaan dianggap sebagai satu penyebabnya terancamnya para perawat. Di satu sisi, setiap tahunnya selalu ada lulusan baru.

"Kondisi ini tak jauh beda dengan di tingkat nasional, lulusan pendidikan perawat hanya sekitar 15 persen saja yang terserap," ujar Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jatim, Nursalam usai mengisi 'Capacity Building' di Kampung Kita, Desa Condong, Kecamatan Gading, Probolinggo, Sabtu 8 Juli 2017.

Nursalam menuturkan besarnya angka pengangguran itu sudah terjadi sejak 2008 lalu. Kebutuhan atau lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan output dari dunia pendidikan.

"Sehingga terjadi kelebihan kapasitas, karena tidak terserap dan menjadi pengangguran intelektual," kata Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga ini.

Sementara angka 20 ribu perawat yang terancam jadi pengangguran itu didapatkan dari kalkulasi lulusan baru atau fresh graudate dari 58 perguruan tinggi yang membuka jurusan Keperawatan di Jawa Timur.

"Sejak 2008, setiap tahunnya ada tiga ribu lulusan baru dan tidak semuanya terserap," ucapnya.

Nursalam menyarankan bagi perawat yang baru lulus untuk mengurus Surat Tanda Registrasi (STR). Dengan STR ini, perawat dapat praktik mandiri, sehingga dapat mengurangi pengangguran. Saat ini, PPNI Jatim mempunyai anggota sebanyak 50 ribu dan sudah mempunyai STR yang bekerja di berbagai instansi.

"Selain praktik mandiri, juga menjadi tenaga kesehatan di luar Jawa atau menjadi perawat di luar negeri. Tapi kebanyakan dari mereka ingin menjadi PNS dan dekat rumah," ujar dia.

Sementara itu, salah satu tokoh Kabupaten Probolinggo, Hasan Aminuddin berharap para Perawat untuk berinovasi dalam melayani masyarakat. Inovasi ini menurutnya sangat penting, karena profesi perawat merupakan ujung tombak pengentasan kemiskinan. Sehat tidaknya warga, banyak dipengaruhi oleh peranan tenaga medis, baik perawat, bidan maupun dokter.

"Perawat wajib berinovasi untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat, yang terpenting sesuai peraturan dan nilai agama. Komitmen, solidaritas, dan niat yang sama untuk melayani masyarakat sangat berarti bagi peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Kabupaten ini," kata mantan Bupati Probolinggo dua periode itu.