Liputan6.com, Jakarta - Gerakan masif ISIS sudah mulai masuk ke kawasan Asia Tenggara. Selain Filipina dan Thailand, jaringan ISIS juga mewabah ke Indonesia. Hal itu terlihat dari sejumlah aksi teror dalam beberapa waktu terakhir.
Pengamat terorisme, Al Chaidar mengatakan, kejadian itu bagian dari serangkaian serangan bom dari kelompok teroris ISIS. Apalagi dalam beberapa waktu terakhir ISIS kalah di sejumlah kota di beberapa negara. Termasuk kekalahan di Raqqa, Suriah belum lama ini.
"Apa lagi ISIS terjadi kekalahan di kota-kota di beberapa negara. Ini efek dari kekalahan ISIS di Raqqa, Suriah," kata Al Chaidar dalam perbincangan dengan Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Akibat kekalahan itu ISIS melancarkan serangan di sejumlah negara. Seperti di Manchester, Inggris, Bangkok, Thailand, dan Jakarta.
Baca Juga
Advertisement
"Ini bagian dari flow mereka secara internasional yang berafiliasi dengan ISIS," ucap dia.
Selain Jakarta, sepanjang 2017 ini aksi teror juga terjadi di Bandung dan Medan. Sementara, ada dua orang ditangkap di dua daerah berbeda karena diduga simpatisan ISIS, meski tidak terindikasi akan melakukan aksi teror.
Berikut catatan Liputan6.com terkait aksi anggota ISIS dan penangkapan simpatisan ISIS di sejumlah daerah.
Bom Panci Bandung
Ada dua ledakan dari pelaku teror di Bandung dalam rentang waktu berbeda. Dalam dua kejadian itu, polisi menyatakan kedua pelaku berafiliasi ke ISIS.
Kejadian pertama terjadi di Taman Pandawa, Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin 27 Februari 2017. Pelaku Yayat Cahdiyat (YC) ternyata telah menyiapkan dua bom panci dalam aksinya. Kepastian itu terungkap setelah polisi menyisir lokasi usai ledakan bom panci dan penyergapan Yayat Cahdiyat.
"Jadi, ada dua panci yang disimpan pelaku di Taman. Satu meledak dan satu lagi tidak meledak," ungkap Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Yusri Yunus di Markas Besar Polda Jawa Barat, Selasa, 28 Februari 2017.
Petugas berjibaku menyergap pelaku. Namun, pelaku bom Bandung tersebut dinyatakan tewas setelah baku tembak. Polisi menyita tas ransel, pemicu bom, sangkur, serta pistol.
"Tidak ada korban jiwa dalam ledakan tadi," kata Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Anton Charliyan, Senin ,27 Februari 2017.
Sementara itu, terduga teroris bom Bandung yang diketahui bernama Yayat Cahdiyat alias Abu Salam tewas dalam penyergapan itu.
Kejadian kedua terjadi di Buahbatu, Kota Bandung, Sabtu, 8 Juli 2017 lalu. Agus Wiguna (21), merupakan pelaku utama bom panci yang meledak di sebuah rumah kontrakan di Kampung Kubang Beureum, Kelurahan Buah Batu itu.
Rencananya pemuda asal Garut itu akan beraksi solo meledakkan tiga lokasi di Bandung, mulai Cafe Bali Jalan Braga, rumah makan celengan di Astana Anyar, dan Gereja Buahbatu, dengan bom panci hasil rakitannya. Kabar itu cukup membuat warga Bandung, Jawa Barat panik.
Meskipun ledakan bom panci yang terjadi sekitar pukul 15.30 WIB itu terkesan mentah dan kurang profesional, rencana aksi yang dilancarkan Agus membuat semua pihak terkejut karena ternyata paham radikalisme telah menyasar kalangan muda. Beruntung tidak ada korban dalam ledakan itu.
Saat polisi datang ke lokasi, ditemukan panci berisi paku dan rangkaian bom yang sudah meledak. Agus, sang pelaku utama, kini sudah diamankan petugas.
Advertisement
Sergapan ke Mapolda Sumut
Serangan teror juga terjadi Medan, Sumatera Utara. Tepatnya di Mapolda Sumut.
Penyerangan terjadi pada Minggu, 25 Juni 2017, sekitar pukul 03.00 WIB. Dua anggota piket atas nama Aiptu M. Sigalinging dan Brigadir E. Ginting, ketika berada di Pos II Mapolda Sumut secara tiba-tiba diserang oleh dua orang pelaku.
Pada waktu itu terjadi perkelahian yang mengakibatkan Aiptu M. Sigalingging, personel Yanma Polda Sumut, tertusuk pisau hingga meninggal dunia. Pelaku juga mencoba membakar ruangan pos. Anggota jaga atas nama Brigadir E. Ginting kemudian meminta bantuan dengan berteriak kepada personel Brimob yang bertugas.
"Aiptu M. Sigalingging meninggal dengan luka tusuk di bagian pipi kanan, dagu, leher atas, dan dada kiri yang diduga karena terjadi perkelahian dan perlawanan," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting saat dikonfirmasi.
Kepolisian menyebut, salah satu teroris yang menyerang di Markas Polda Sumut, SP, pernah pergi ke Suriah pada 2013 lalu. Kepergian SP ke Suriah untuk bergabung dan belajar tentang ISIS.
Rina mengatakan, informasi tersebut diketahui dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pihaknya bekerja sama dengan Densus 88.
"Pengakuannya, SP ke Suriah selama enam bulan, info itu juga dibenarkan oleh istri SP, Masni Wanita Damanik," kata Rina, Senin 26 Juni 2017.
Setelah pulang dari Suriah dan kembali ke Indonesia, SP terus mempelajari pemahaman ‎radikalisme yang disampaikan ISIS melalui dunia maya. Selanjutnya, SP mengembangkan dengan keluarganya dan orang-orang terdekat di sekitarnya.
"SP tetap berkomunikasi melalui internet dengan pihak ISIS, kemudian disebarkan," jelas Rina.
Dari penggeledahan di rumah SP, Jalan Pelajar Timur, Lingkungan 18, Gang Kecil, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, polisi menyita beberapa barang bukti berupa dokumen tentang cara-cara melakukan serangan bunuh diri, buku untuk anak-anak tentang kisah perang, buku-buku pemahaman tentang ISIS, poster bergambar pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi, dan pelat pencetak serta cakram VCD.
Selain itu, polisi juga telah menggerebek dua lokasi percetakan yang berada di kawasan Jalan Sisingamangaraja. Percetakan diduga mencetak berbagai logo ISIS. Pencetakan logo ISIS itu diduga untuk kepentingan dua tersangka penyerangan Mapolda Sumut.
"Percetakan itu digerebek karena diduga pelaku mencetak logo ISIS di sana," terang Rina.
Razia Simpatisan ISIS di Prabumulih
Sementara di Palembang, seorang simpatisan ISIS bernama Roni Rianto ditangkap kepolisian. Toni ditangkap pada Jumat, 8 Juli 2017, sekitar pukul 15.30 WIB saat menumpang bus AKDP Juwita dengan nomor polisi BG 7713 AU.
Ketika bus melintas di kawasan Jalan Raya Prabumulih, dia langsung dihentikan petugas Polsek Gelumbang yang merazia. Pria kelahiran Pekanbaru, 30 Oktober 1993 itu langsung dibawa ke Mapolda Sumatera Selatan (Sumsel) pada pukul 17.00 WIB.
Di hadapan polisi, dia mengakui bahwa dirinya tertarik dengan gerakan ISIS dan ingin bergabung dengan gerakan radikal tersebut.
"Dia mengaku simpatisan tapi jaringan belum. Dari pembicaraan awal, dia ingin ke Suriah," kata Kapolda Sumsel, Irjen Pol Agung Budi Maryoto.
Toni juga disebut sudah banyak memposting tentang ISIS dan sudah masuk kategori pelanggaran Undang-Undang (UU) ITE. Namun untuk keterkaitannya dengan gerakan ISIS, Polda Sumsel masih akan memeriksa lebih intens.
Simpatisan ISIS tersebut mengaku baru saja sampai ke Sumsel dan berencana akan bekerja di salah satu perusahaan tambang di Muara Enim. Namun, belum sampai ke tempat tujuan, Toni langsung ditangkap. pihak kepolisian.
Advertisement
Provokasi Simpatisan ISIS dari Sorong
Penangkapan terhadap orang yang diduga pendukung ISIS juga terjadi di Sorong, Papua Barat. Pemuda 20 tahun berinisial BA itu ditangkap jajaran Polres Sorong Kota, Minggu malam 9 Juli 2017, sekitar pukul 20.30 WIT.
Dia ditangkap karena diduga sengaja mengunggah video yang mengajak warga Sorong, untuk mendukung gerakan ISIS.
Video berdurasi 9,53 menit diunggah lewat telepon genggamnya ke salah satu media sosial berbagi file video.
Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol Martuani Sormin Siregar menduga BA sebagai salah satu pengikut ISIS yang telah masuk wilayah hukum Papua Barat. Saat ini, BA dalam pemeriksaan di Polres Sorong Kota.
"BA merupakan lulusan Madrasah Aliyah Sorong. Polisi masih terus menyelidiki keterlibatan BA dalam ISIS, apakah benar BA tergabung dalam ISIS atau hanya untuk gaya-gayaan saja," kata Martuani, usai perayaan HUT ke-71 Bhayangkara, Senin, 10 Juli 2017.
Polisi juga menyelidiki keterlibatan BA, apakah sudah membangun jaringan ISIS di Sorong dan sekitarnya atau tidak. Karena itu, Kapolda meminta masyarakat Papua Barat khususnya, untuk tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Saya minta masyarakat Papua Barat, untuk tetap menjaga NKRI. Khalifah itu justru menghancurkan NKRI dan ini tak boleh terjadi," ujarnya.
Polisi juga menyita telepon genggam milik BA dan pakaian yang digunakan BA dalam video yang diunggahnya untuk memprovokasi warga mendukung ISIS. Barang bukti tersebut didapat saat polisi menggeledah rumah BA.
"Hasil pemeriksaan sementara, BA dengan sengaja telah menyebarkan pesan melalui media sosial, agar masyarakat Sorong mendukung ajaran ISIS," ucap Kapolres Sorong Kota, AKBP Edfrie Richard Maith menambahkan.