Sukses

2 Siswa Tunarungu Wakili Sumsel Kenalkan Budaya ke Kalimantan

Kedua siswa SLB ini akan bergabung bersama 18 siswa dari sekolah regular untuk menampilkan berbagai atraksi budaya lokal Sumsel.

Liputan6.com, Palembang - Program nasional Siswa Mengenal Nusantara 2017 bergulir. Sebanyak 20 orang siswa terpilih mewakili Sumatera Selatan (Sumsel) mengenalkan budaya lokal ke luar provinsi.

Diantara puluhan siswa terpilih tersebut, ada dua orang siswa tunarungu dari Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ditunjuk mewakili Sumsel dikirim ke Kalimantan Utara (Kaltara).

Kedua siswa tersebut yaitu Romi Kurniawan, siswa SLB Negeri Pembina Palembang dan Muhammad Aroufi Hazza Masda, siswa SLB Karya Ibu Palembang.

Pelajar yang masuk kategori tunarungu ini akan bergabung dengan 18 siswa dari sekolah reguler berangkat ke Kaltara. Siswa SLB ini akan dibimbing oleh guru dari sekolah masing-masing.

Menurut Ma’fur Effendi, guru pendamping SLB Negeri Pembina Palembang, para siswa SLB ini akan menunjukkan bakatnya bersama peserta lainnya dalam penampilan menyanyi dan menari.

“Kedua siswa terpilih karena prestasi akademis maupun non akademis lebih menonjol dibandingkan siswa lainnya,” ungkapnya kepada Liputan6.com, saat menghadiri kegiatan Pelepasan 20 Peserta Siswa Mengenal Nusantara 2017 di Riverside Restoran Plasa Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, Sabtu 15 Juli 2017..

Romi Kurniawan sendiri merupakan siswa berprestasi di sekolahnya. Bahkan, pelajar berusia 17 tahun ini merupakan atlit bulu tangkis dan silat. Romi juga sering mewakili sekolahnya dalam ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat siswa SLB.

Sedangkan Muhammad Aroufi Hazza Masda beberapa kali menjadi juara lomba teater pantomime di tingkat siswa SLB se-Sumsel. Namun kedua siswa tersebut masih akan berkoordinasi ke panitia agar bisa menampilkan keahliannya.

Para siswa tunarungu ini sendiri memang agak kesulitan jika berkomunikasi dengan orang lain. Terlebih Romi Kurniawan yang memang tidak bisa mendengar sama sekali. Namun, kedua siswa tersebut bisa membaca gerak bibir jika berkomunikasi dengan lawan bicaranya.

"Romi memang tidak bisa mendengar sama sekali, jadi dipasangkan alat pendengar. Sedangkan Aroufi bisa sedikit mendengar namun jika komunikasinya tidak terlalu cepat," kata Putra Pratama, guru pendamping SLB Karya Ibu Palembang.

Muhammad Aroufi Hazza Masda awalnya merasa minder saat berada diantara para siswa dari sekolah reguler. Terutama dirinya agak kesulitan saat berkomunikasi dengan teman-teman lainnya diawal perkenalan.

"Waktu pertama kali memang malu tapi sudah kenal akhirnya lega. Teman-teman bisa menerima saya dan Romi," ujarnya.

Dia pun didukung penuh oleh keluarganya, terutama orang tuanya agar Aroufi bisa bergaul dan menambah teman dari sekolah regular.

Kepala Biro Hukum Kementerian BUMN Bastian mengatakan bahwa program ini diutamakan bagi siswa daerah yang berprestasi dan berasal dari kalangan menengah kebawah.

"Ini kesempatan bagi siswa berprestasi, terutama yang kurang beruntung agar bisa mengenal budaya lainnya di Indonesia. Mereka juga mewakili Sumsel mengenalkan budaya lokal ke luar," katanya.

Pemerintah menunjuk PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Semen Indonesia sebagai BUMN yang melaksanakan program ini di Sumsel.

Vice President CSR PT KAI (Persero) Nathan M. Siahaan mengatakan setelah melepas 20 orang siswa Sumsel ke Kaltara, pihaknya akan mempersiapkan menyambut 20 orang siswa berprestasi dari Kaltara.

"Nanti kita akan kenalkan budaya dan wisata khas Sumsel, seperti ke Pulau Kemarau. Senin nanti sudah datang,"katanya.