Sukses

Petani di Jepara Gembira, Garam Tahun Ini Terasa 'Manis'

Garam di Jepara tahun ini terasa 'manis'. Bagaimana ceritanya?

Liputan6.com, Jepara - Garam tentu asin rasanya. Namun panen garam produksi Kedung, Jepara, Jawa Tengah tahun ini terasa manis bagi petani. Kok bisa? 

Juli hingga Agustus ini adalah puncak panen garam di Jepara. Pada musim panen garam kali ini petani garam menangguk cuan. Harga garam pada musim panen tahun ini melambung tinggi. Jika pada musim panen biasanya harga garam per kilogram Rp 500, pada musim panen kali ini tembus Rp 3.500.

Garam hasil produksi petani banyak terserap industri dan kebutuhan pengasinan ikan. "Harganya hebat luar biasa," kata Suparmin, petani garam warga Jepara, Senin 17 Juli 2017.

Sementara, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tirta Petani, Lafik, mengatakan tingginya harga jual garam pada musim panen ini tak lepas dari gagal panen tahun lalu. Sehingga stok garam menyusut dan cenderung langka.

"Baru kali ini petani bisa merasakan manisnya harga garam," kata Lafik.

Para petani garam di Kedung Jepara memanen garam yang tahun 2017 berasa manis. (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)Dia berharap pemerintah mampu mempertahankan stabilitas harga garam. Salah satu caranya dengan tidak membuka keran garam impor. Selama ini dia mengaku gagal paham mengapa pemerintah mengimpor garam ke negeri dengan lautan luas dan matahari terik ini.  

"Kalau sampai ada impor (garam) harganya langsung anjlok. Sebab produksi garam susah, namun sudah dibanjiri barang dari luar negeri," kata Lafik.

Para petani garam di Kedung Jepara memanen garam yang tahun 2017 berasa manis. (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Meski harga garam tengah baik, kata Lafik, hasil garam belum maksimal. "Kualitasnya juga kurang bagus, kandungan NaCl rendah," ucapnya. Untuk kuantitasnya sendiri, lahan garam berukuran 12x30 meter bisa menghasilkan garam 2 ton. 

Namun, para petani sejenak melupakan dulu soal hasil produksi dan ancaman impor garam yang menghantui. Sekarang ini waktunya mendulang rezeki.

Maka, pemandangan di Jepara pada suatu siang yang lengas itu menjadi hal biasa hari-hari ini.  Suparmin melangkah mantap dan gembira ke tambak garam. Mengenakan kaus lengan panjang dan caping di kepala, dia hendak memanen hasil jerih payahnya.  

Â