Sukses

Pesawat Kargo yang Tergelincir Baru Seminggu Terbang di Wamena

Pesawat tersebut menjadi perpanjangan dari proses bongkar muat barang dari pelabuhan tol laut di Pelabuhan Pomako Timika.

Liputan6.com, Jayapura - Pesawat kargo milik maskapai penerbangan TRI-MG dengan nomor lambung PK-YGG Boeing 737 seri 300 baru beroperasi sekitar satu minggu. Pesawat kargo itu dioperasikan untuk melayani rute Timika-Wamena.

Pesawat tersebut menjadi perpanjangan dari proses bongkar muat barang dari pelabuhan tol laut di Pelabuhan Pomako Timika.

"Pesawat ini dikhususkan untuk mengangkut sembako dan barang campuran lainnya, untuk kebutuhan masyarakat di wilayah pegunungan tengah Papua," kata Sekretaris Daerah Jayawijaya, Yohanes Walilo, ketika ditemui di Jayapura, Selasa (18/7/2017).

Dalam prosesnya, sejumlah barang kebutuhan dari Surabaya yang diperuntukkan bagi masyarakat di Pegunungan Tengah Papua, akan dikirim lewat laut ke Timika.

Lalu, dari Timika akan diangkut dengan menggunakan 3-4 buah maskapai penerbangan ke Wamena, sebagai kota transit ke beberapa kabupaten di Pegunungan Tengah Papua.

"Maskapai TRI MG merupakan salah satu maskapai yang telah kerja sama untuk mengangkut barang-barang kargo dari Timika," jelasnya.

Pesawat nahas itu, siang tadi tergelincir di Bandara Wamena, saat mengangkat bahan bangunan dan sembako campuran seberat 15.092 kg.

"Dugaan saya, pesawat itu tergelincir karena cuaca buruk. Karena sejak pagi cuaca di Wamena tak bersahabat," ujarnya.

Sementara itu, Pelaksana Harian Bandara Wamena, Fredi Halatu, menuturkan sampai saat ini pesawat masih berada sekitar 1 kilometer keluar dari landasan pacu.

"Kami belum bisa memindahkan pesawat tersebut, sebelum Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tiba di lokasi," kata Fredi.

Akibat kejadian itu, pesawat mengalami kerusakan berat, yakni sayap kiri patah, ban sebelah kiri lepas dan mesin sebelah kiri rusak berat.

Penerbangan tersebut dipiloti oleh Kapten Tatang, Co Pilot KH Lee atau Daniel, seorang warga negara Korea Selatan, lalu FOO bernama Pandu, serta teknisi atas nama Kusnadi dan Fajar serta satu orang penumpang atas nama Iptu A. Dahlan.