Sukses

Kebun Kopi Tua Andalan Rakyat Kepahiang

Budidaya kopi sudah lama dikenal rakyat Kepahiang Bengkulu.

Liputan6.com, Jakarta - Kopi bagi rakyat Kepahiang, Bengkulu, bukan sekadar minuman untuk menyegarkan tubuh. Kebun kopi merupakan tempat 80 ribu jiwa menggantungkan hidup selama ini.

Di atas lahan 24 ribu hektare, jutaan pohon kopi Sindang Dataran Robusta (Sitaro) berdiri selama puluhan tahun. Karena sudah lama, produktivitasnya terus menurun. Per hektare lahan kini hanya bisa menghasilkan 500-600 kilogram biji kopi dari idealnya 2-3 ton kopi.

"Budidaya kopi itu sudah lama dikenal warga Kepahiang. Ada 20 ribu KK yang berarti lebih dari 80 ribu jiwa yang tergantung dengan kopi. Siapapun bupatinya, mereka harus benahi kopi," kata Bupati Kepahiang Hidayatullah Sjahid kepada Liputan6.com, Rabu (19/7/2017).

Setidaknya ada tiga jenis kopi yang diproduksi oleh warga Kepahiang, yakni Sitaro kualitas 1, 2 dan 3. Dengan produktivitas yang terus menurun, petani kopi setempat selalu mengalami dua musim, musim panen dan musim paceklik. Durasinya masing-masing enam bulan.

"Musim panen kopi, enam bulan habis, setelah itu paceklik. Kita nggak bisa biarkan begitu. Ke depan, setiap bulan diusahakan panen walau sedikit," kata Hidayat.

Untuk itu, ia berencana meremajakan kembali tanaman kopi tua. Hidayat menyatakan sudah bekerja sama dengan Puslitbang Tanaman Kopi Kakao Jember untuk mempelajari teknik stek sambung. Dengan teknik itu, diharapkan produktivitas kebun kopi rakyat meningkat signifikan.

"Butuh dana Rp 5.000 per batang untuk biaya peremajaan tanaman kopi. Tahun depan, pemerintah lewat APBD menganggarkan Rp 5 miliar. Tapi, kebutuhan kita sebenarnya Rp 20 miliar," ucapnya.

Ia berharap ke depan ada tambahan dana dari BUMN atau pihak lain untuk membangkitkan lagi kebun kopi rakyat Kepahiang. Ia juga berencana untuk membenahi pemasaran agar Kepahiang benar-benar memberikan harapan bagi rakyat.

 

Saksikan video menarik di bawah ini: