Sukses

Heboh Pleidoi Suami Tanam Ganja untuk Pengobatan Istri

Pleidoi ini miniatur dari naskah buku yang sedang disusun Fidelis Arie Sudewarto dengan judul I am a Patient, Not a Criminal.

Liputan6.com, Sanggau - Masih ingatkah Anda dengan kisah Fidelis Arie Sudewarto? Pria asal Sanggau, Kalimantan Barat (Kalbar), ini menjadi viral atau buah bibir di dunia maya, lantaran kepemilikan tanaman ganja di rumahnya.

Bukan karena memiliki 39 batang ganja, tapi alasan dia menanam tanaman terlarang itu untuk obat sang istri, Yeni Riawati, yang mengidap penyakit langka, Syringomyelia atau munculnya kista di sumsum tulang belakang.

Fidelis kemudian ditangkap aparat Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Sanggau, pertengahan Februari 2017. Ia pun tak bisa lagi memberikan ekstrak ganja itu untuk mengobati istrinya.

Tepat pada Sabtu, 25 Maret 2017, istri tercinta pun tak kuat melawan penyakit tersebut. Yeni meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Th Djaman, Kabupaten Sanggau. Dia meninggal usai 32 hari Fidelis dibui di Rutan Kabupaten Sanggau, yang mana selama itu pula kondisi Yeni kembali menurun.

Kini, kasus kepemilikan 39 pohon ganja oleh Fidelis Arie Sudewarto memasuki persidangan. Ia pertama kali menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Sanggau, Kalbar, pada 2 Mei 2017.

Selanjutnya, hakim menolak eksepsi terdakwa pada sidang keempat yang berlangsung pada 22 Mei 2017. Adapun Fidelis membacakan pleidoi atau nota pembelaan di persidangan pada Rabu, 19 Juli 2017.

Yohana LA Suyati, kakak kandung Fidelis Arie Sudewarto menuturkan, naskah asli pleidoi tersebut ditulis tangan oleh Fidelis. Yohana berujar, nota pembelaan ini merupakan miniatur dari naskah buku yang sedang disusun Fidelis dengan judul I am a Patient, Not a Criminal.

"Karena segala keterbatasan yang ia miliki sebagai seorang tahanan, naskah buku itu pun ia susun dengan menggunakan tulis tangan," kata Yohana, Senin (24/7/2017).  

Yohana menjelaskan, sebagaimana yang ia sampaikan di bagian pengantar nota pembelaan kasus kepemilikan tanaman ganja yang menjerat Fidelis Arie Sudewarto, rangkuman naskah buku tersebut disusun oleh Fidelis menjadi surat untuk istrinya. Surat tersebut menjadi bagian terpenting dalam nota pembelaan sang kakak, Fidelis.

Saksikan video menarik di bawah ini:



2 dari 5 halaman

Pleidoi Bikin Haru Pengunjung Sidang

"Itu sebabnya ia (Fidelis) memberi judul nota pembelaannya ini dengan judul 'Surat untuk Istriku Tercinta, Yeni Riawati'," ujar Yohana.

Yohana berharap, semoga potongan-potongan kisah hidup dan perjuangan Fidelis Arie Sudewarto dalam menyelamatkan nyawa istrinya dari penyakit langka Syringomyelia yang tergambar dalam nota pembelaan ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk memberikannya vonis bebas murni.

Sebelum dibacakan di persidangan, menurut dia, nota pembelaan Fidelis tersebut diserahkan kepada dirinya untuk diketik sebelum persidangan. "Pengetikan sempat tersendat-sendat karena sebentar-sebentar saya menangis ketika membaca naskahnya," sebut Yohana.

Yohana menuturkan, isak tangis haru yang tertahan terdengar dari kursi-kursi pengunjung sidang saat Fidelis membacakan sendiri nota pembelaan pribadinya dalam sidang di PN Sanggau, Sabtu, 19 Juli 2017. Bahkan, ada pengunjung sidang yang terpaksa keluar dari ruang sidang karena tidak mampu menahan keharuan.

"Para pengunjung sidang yang bertahan di ruang sidang harus tetap menjaga ketenangan persidangan meskipun keharuan menyergap mereka ketika mereka menyimak isi nota pembelaan pribadi Fidelis Arie Sudewarto," ujar Yohana.

Pleidoi Fidelis Arie Sudewarto kemudian diunggah ke media sosial oleh seorang teman Yohana. "Dalam 1,5 hari setelah di-posting oleh teman kami, Dominikus Okbertus Srikujam, pleidoi tersebut sudah di-share oleh 6.000-an orang," kata Yohana.

Yohana menambahkan, sidang berikutnya digelar pada Rabu, 2 Agustus 2017, dengan agenda putusan majelis hakim.

3 dari 5 halaman

Isi Lengkap Pleidoi

Berikut isi lengkap pleidoi atau nota pembelaan Fidelis Arie Sudewarto yang dibacakan saat persidangan di PN Sanggau, Kalbar, pada Sabtu, 19 Juli 2017:

Nota Pembelaan (Pleidoi) Pribadi
Fidelis Arie Sudewarto alias Nduk anak FX Surajiyo
Dengan judul "Surat untuk Istriku Tercinta, Yeni Riawati"

Majelis Hakim Yang saya Muliakan
Jaksa Penuntut Umum yang saya hormati
Tim Penasehat Hukum yang saya hormati
Panitera yang saya hormati
Para Sahabat, keluarga, dan pengunjung  sidang yang saya cintai dan banggakan,

Pertama-tama, saya menyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim yang saya Muliakan atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan nota pembelaan pribadi saya. Sejak saya ditahan, saya tidak lagi memiliki kebebasan untuk selalu berada di samping istri saya yang sakit hingga akhirnya istri saya meninggal dunia.

Padahal, selama ini sayalah yang paling mengerti dan memahami tentang keadaan dan kondisi istri saya. Penahanan terhadap saya membuat saya tidak punya kesempatan untuk menjelaskan banyak hal kepada istri saya.

Saya hanya bisa mencurahkan perasaan saya dalam bentuk tulisan-tulisan pada sebuah buku. Tulisan-tulisan itu kemudian saya rangkum menjadi surat yang saya tujukan kepada istri saya. Surat tersebut menjadi bagian terpenting dalam nota pembelaan saya yang akan saya bacakan dalam persidangan kali ini.

Siang itu tanggal 19 Februari 2017, setelah saya diajak ke kantor BNNK Sanggau dan akhirnya mereka menahan saya, sekitar pukul 14.00 atau 2 siang, petugas dari BNNK Sanggau, anggota kepolisian, dan satu unit ambulans membawa saya kembali ke rumah. Mereka akan mengevakuasi istri saya, Yeni Riawati. Dengan pengawalan ketat para petugas, saya dikawal menuju ke dalam rumah saya. Saya langsung menuju ke kamar tempat istri saya terbaring sakit.

Saya mencium kedua pipinya dan merapikan rambutnya dengan tangan saya. Istri saya yang sudah terbangun pun bertanya, "Kenapa Papa menangis?" Saya berusaha tersenyum. Sambil menahan air mata, saya berkata kepada istri saya, "Kawan-kawan Papa dari BNN akan merawat Mama dan mencarikan obat untuk kesembuhan Mama." Saya kemudian mengusap air mata di pipi istri saya agar dia lebih tenang dan tidak khawatir, akan tetapi yang terjadi di dalam hati saya sebenarnya kacau luar biasa.

Selanjutnya, Majelis Hakim yang saya Muliakan, izinkanlah saya membacakan surat untuk istri saya ini sebagai bagian dari pembelaan pribadi saya.

Mama, banyak hal yang ingin Papa utarakan kepada Mama. Tetapi, Papa tidak ingin membuat Mama menjadi khawatir. Mama harus tetap semangat agar segera sembuh. Papa tahu selama ini Mama sudah letih dan putus asa karena sakit yang Mama derita tidak kunjung sembuh, padahal sudah berganti-ganti rumah sakit, sudah memakan bermacam-macam obat dari dokter, pergi ke berbagai pengobatan alternatif, dan minum obat-obatan herbal. Namun, semua itu tidak membuat Mama menjadi lebih baik, malahan hanya menguras habis semua tabungan yang sudah susah payah kita kumpulkan bersama. Rencana kita untuk mengecat rumah pun harus kandas lagi, padahal semenjak kita berhasil membangun rumah sederhana kita secara bertahap, kita belum pernah mengecatnya, bahkan sampai atapnya ada yang bocor, Papa pun belum bisa memperbaikinya.

Papa tak ingin Mama menjadi sedih. Yang penting Mama harus sembuh dulu. Tentu Mama masih ingat doa yang selalu kita selipkan di saat kita berdoa rosario bersama sama:
"Tuhan kami serahkan segalanya kepada-Mu. Tunjukkanlah kami jalan selangkah demi selangkah menuju kebaikan-Mu agar semuanya menjadi indah pada waktunya."

Mama, Tuhan akhirnya menunjukkan kuasa-Nya. Pada akhir tahun 2015, dokter berhasil memastikan penyakit yang Mama derita. Dokter mengatakan bahwa Mama menderita penyakit Syringomyelia. Menurut dokter, penyakit ini tergolong langka. Satu-satunya cara untuk mengobatinya adalah dengan operasi. Namun, kondisi Mama sudah sangat lemah. Dokter tidak mengajurkan Mama untuk menjalani operasi. Risikonya terlalu besar. Mama bisa kehilangan nyawa. Di samping itu, peralatan dan tenaga medis yang ada, tidaklah memadai. Dokter tidak bisa berbuat banyak untuk mengobati Mama. Papa menjadi sangat sedih.

Papa kemudian mengumpulkan informasi dari berbagai sumber tentang penyakit Mama. Salah satu informasi yang Papa dapatkan berasal dari situs Worldwide Syringomyelia and Chairi Task Force. Papa menghubungi pendirinya dan berkenalan dengannya. Namanya Beth Nguyen. Dia tinggal di Northwest Georgia, Amerika Serikat. Dia menjelaskan seluk-beluk penyakit syringomyelia kepada Papa. Dia juga mengajarkan dan memberi panduan untuk merawat dan mengetahui perkembangan penyakit syringomyelia secara sederhana, bahkan siapa saja yang membaca panduan tersebut dapat melakukan perawatan sendiri di rumah. Papa sebenarnya ingin memperkenalkan Beth Nguyen kepada Mama. Namun, Beth pernah menjelaskan bahwa penyakit yang telah ditemukan sejak lebih dari 200 tahun yang lalu ini belum ditemukan obatnya sampai sekarang. Tindakan penyedotan cairan dan pemasangan shunt cateter melalui jalan operasi hanya membuat penderita merasa nyaman pada jangka waktu tertentu. Cairan itu akan datang kembali dan shunt cateternya harus diganti lagi dengan operasi. Papa tidak ingin membuat Mama menjadi putus asa karena penyakit Mama tidak dapat disembuhkan total melalui tindakan medis. Papa pun mengurungkan niat untuk memperkenalkan Beth Nguyen kepada Mama.

Berbekal pengetahuan yang Papa dapat dari Worldwide Syringomyelia and Chairi Task Force, Papa bisa merawat dan mengetahui kondisi Mama. Kondisi Mama semakin menurun. Mama semakin sulit untuk menelan makanan, walaupun makanan Mama sudah Papa blender. Kedua kaki Mama semakin kaku. Mama bahkan tidak bisa merasakan saat dipijit atau saat kaki Mama Papa bersihkan. Kekakuan itu bahkan sudah menjalar ke tangan kiri Mama. Tangan Mama menjadi terlipat dan tidak dapat digerakkan. Keringat di sebelah kanan tubuh Mama juga tidak berhenti. Urin di selang kateter semakin sering membawa gumpalan berwarna putih sampai akhirnya kateter itu tersumbat.

Mama pun semakin jarang Buang Air Besar (BAB), kadang hingga sampai dua minggu. Mama semakin sulit untuk tidur. Kalaupun bisa tertidur, itu hanya sebentar sekali. Mama mudah terkejut dan terbangun.

Mama selalu menolak kalau diajak bicara. Papa menjadi sangat sedih. Padahal, luka-luka di tubuh Mama terus bertambah dan semakin besar serta dalam. Perawat yang setiap hari datang ke rumah mengobati luka Mama pun sampai kehabisan akal dan bingung karena luka-luka itu tidak kunjung sembuh.

Di dalam kegalauan, Papa terus berupaya untuk menyembuhkan Mama. Papa akhirnya menemukan artikel di sebuah web blogger yang ditulis oleh Christina Evans. Dia adalah seorang ibu dengan dua orang anak yang tinggal di Delta British Colombia, Canada. Sejak tahun 2013, dia telah didiagnosa menderita penyakit syringomyelia.

Selama beberapa tahun, dia menderita karena syringomyelia yang dideritanya. Bahkan, obat-obatan dari dokter dengan dosis maksimum yang dikonsumsinya tidak mampu menyembuhkan penyakitnya. Kemudian, dia beralih pada pengobatan menggunakan ekstrak ganja. Semenjak menggunakan ekstrak ganja, hidupnya kembali normal. Ia bisa mengurusi keluarga dan dapat bekerja di salah satu studio yoga.

Papa tidak percaya begitu saja. Bagaimana mungkin ganja yang selama ini dikenal sebagai perusak malah bisa menjadi obat? Setelah Papa berhasil berkomunikasi dengan Christina Evans melalui akun Facebooknya dengan nama "Fighting Syringomyelia with Cannabis Oil", ternyata Christina Evans menggunakan ekstrak ganja setelah mendapatkan rekomendasi dari dokter yang merawatnya.

Salah satu di antaranya adalah dari dokter di Fraser Medical Clinic di Canada. Kandungan obat yang terdapat di dalam ekstrak ganja ini kemudian mempertemukan Papa dengan banyak ilmuwan yang telah meneliti khasiat ganja sebagai obat. Dr. Raphael Mechoulam dari Hebrew University of Jerusalem, Israel, Dr. Vincenzo Di Marzo dari Endocannabinoid Research Group Italy, Dr. Christina Sanchez dari Compultense University di Madrid, Spanyol, Dr. Kirsten Müller-Vahl, MD dari Hannover Medical School (MHH), Germany, Dr. Donald P. Tashkin dari University of California, Amerika Serikat, Dr Aymen I Idris, MSc, PhD dari University of Edinburgh, Inggris, dan masih banyak peneliti lain yang menjelaskan bahwa ganja memang berpotensi untuk mengobati penyakit yang sulit atau bahkan tidak bisa ditangani oleh obat-obatan medis seperti kanker, Alzheimer, epilepsi, diabetes, schizophrenia, parkinson, arthritis, asma, bahkan HIV/AIDS.

Mama, bagaimana Papa harus menjelaskan semua ini kepada Mama? Ketika Papa berusaha mencari izin dan dispensasi agar bisa mendapatkan dan menggunakan ganja untuk mengobati Mama, tidak ada satu pun yang dapat membantu Papa. Penggambaran ganja yang begitu buruk tanpa didukung hasil penelitian ilmiah begitu kuat di negeri kita, bahkan ganja menjadi tanaman nomor satu yang dilarang penggunaan dan pemanfaatannya.

Mama, di antara hembusan napas Mama yang semakin hari semakin sulit, membuat Papa akhirnya memutuskan menggunakan ganja untuk mengobati Mama. Sebab di dunia ini, cannabinnoid hanyalah ditemukan pada tanaman ganja. Steep Hill Laboratory yang salah satu laboratoriumnya berada di Denver, Colorado, Amerika Serikat menjelaskan bahwa unsur kimia yang sama dengan canabinnoid juga ditemukan pada tubuh manusia yang berfungsi sebagai reseptor cannabinoids.

Jorge Cervantes yang tinggal di Israel dan Edward Rhosental dari Amerika yang dua-duanya berprofesi sebagai ahli tanaman holtikultura menegaskan bahwa cannabinoid yang baik digunakan untuk pengobatan adalah yang berasal dari bunga ganja yang dirawat secara khusus. Beruntung Papa bisa mendapatkan bimbingan untuk merawat tanaman ganja secara organik dari sepasang suami istri, John dan Amanda Seckar, yang tinggal di Washington D. C, Amerika Serikat.

Papa juga dibantu oleh Emily Grand, seorang botanical steel di Kanada yang memilihkan lampu agar klorofil A dan klorofil B pada tanaman dapat bekerja secara maksimal.
Papa juga mendapatkan panduan dari Rick Simpson untuk mengekstrak ganja dengan proses moserasi yang sangat sederhana dan dapat dilakukan sendiri di rumah, melakukan proses dekarbolisasi untuk mengubah tetrahydrocannabivorin menjadi tetrahydrocannabinoid sebagai zat psikoaktif yang berfungsi sebagai obat analgesik, antibakteri, antikanker, antispasmodic, appetit stimulant, bronchodilator, neuroprotective, dan bone stimulant.

Mama, Papa masih ingat di awal bulan Januari 2017, ketika Papa terbangun dari tidur di antara buku-buku, sambil memegang tablet Lenovo di samping tempat tidur Mama, Papa mendengarkan Mama menyanyikan lagu "Pelangi Sehabis Hujan". Papa sungguh bahagia bisa mendengarkan Mama bernyanyi kembali setelah Papa mencampurkan minjak ganja pada makanan atau minuman Mama, menambahkan beberapa lembar daun ganja pada telur omelet kesukaan Mama, serta membuatkan Mama jus alpukat susu bersama daun dan bunga ganja segar. Dr. Rachna Patel yang berprofesi sebagai The Medical Marijuana Expert di San Fransisco, California mengatakan bahwa susu mampu mengikat cannabinoid dengan baik dan meningkatkan penyerapan protein.

Itu sebabnya tubuh kita hampir tidak mungkin mengalami overdosis ganja karena kelebihan cannabinonoid akan disimpan di dalam lemak tubuh.

Semenjak Papa mulai intensif memberikan Mama ekstrak ganja, Mama juga mulai lancar berkomunikasi kembali. Kita jadi sering berbagi cerita kembali. Mama banyak mengingat kenangan-kenangan yang pernah kita lalui bersama. Bagaimana kita bertemu pertama kali dan mulai dekat di saat perkuliahan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mengatur waktu dari padatnya jadwal perkuliahan agar dapat pergi ke gereja bersama-sama pada hari Minggu pagi dan mengikuti pendalaman iman di Kanisius Yogyakarta pada sore harinya. Bagaimana galaunya kita ketika Papa tidak ada uang untuk membayar uang praktikum di jurusan mekatronika yang sangat mahal pada waktu itu dan akhirnya Papa memutuskan berhenti kuliah karena tidak memiliki biaya. Perjuangan kita pun terus berlanjut.

Mama bercerita betapa sedihnya Mama setelah kita hidup bersama di Kalimantan karena harus meninggalkan Papa untuk melanjutkan kembali pendidikan bahasa Inggris di Magelang.

Setelah Papa memberikan Mama ekstrak ganja, Papa tidak perlu lagi membeli Sanoskin Oxy seharga Rp320.000,- untuk obat luka Mama yang satu botolnya hanya bisa dipakai 3-4 hari. Mama tidak perlu minum aprazolan atau zypas agar Mama bisa tidur, tidak perlu minum ulsafate sulcralfate agar Mama tidak muntah dan bisa menelan makanan, tidak perlu minum Dulcolax atau injeksi di anus agar Mama bisa Buang Air Besar (BAB).

Mama tidak perlu meminum obat-obat kimia yang ternyata tidak efektif menyembuhkan Mama. Cukup dengan ekstrak ganja, Papa sudah bisa melihat senyuman di wajah Mama lagi.

Mama, Papa jadinya banyak menghemat uang. Papa bisa membelikan sepeda kecil untuk Samuel. Mama belum pernah lihat kan, betapa lincahnya Samuel mengendalikan sepedanya? Papa sebenarnya ada merekam videonya, tapi Papa belum sempat menunjukkannya kepada Mama.

Semenjak Mama tidak dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI) untuk Samuel karena Mama sakit, Samuel tetap tumbuh menjadi anak yang sehat dan aktif. Saat akan tidur di malam hari, dia hanya perlu mencari sebotol dot berisi teh manis dan sebuah boneka sapi hitam putih yang buntutnya sudah butut. Mama tau nggak, boneka itu sebenarnya hanya hadiah dari salah satu produk makanan anak-anak yang dibelikan budenya. Samuel dapat tidur nyenyak dan terlelap bersama boneka sapi kesayangannya itu.

Mama, Samuel sekarang juga sudah bisa makan sendiri. Dia duduk di lantai sambil memangku piringnya, memasukkan sesuap demi sesuap nasi ke dalam mulutnya. Mama pasti akan tertawa kalau melihat pipinya yang belepotan karena nasi yang menempel ke mana-mana.

Tanggal 28 Mei 2017 yang lalu, Samuel berulang tahun yang ketiga. Papa tidak tahu, siapa yang menemaninya. Papa masih mengurusi obat untuk Mama, sedangkan Mama pun sudah tak bisa lagi menemani Samuel.

Budenya bilang sama Papa kalau Samuel sudah bisa bernyanyi:
Daddy Finger, Daddy Finger, where are you?
Here I am, here I am. How do you do?
Mommy Finger, Mommy Finger, where are you?
Here I am, here I am. How do you do?

Mama, sebenarnya ada sesuatu hal yang ingin Papa sampaikan sewaktu Mama dibawa oleh teman-teman dari BNN ke rumah sakit. Namun, Papa khawatir kalau Papa berterus terang waktu itu akan membuat Mama menjadi shock.

Beberapa bulan belakangan itu sebenarnya Papa telah mengobati Mama menggunakan ekstak ganja yang Papa olah sendiri. Papa tidak tahu bagaimana cara mendapatkan izin atau dispensasi untuk dapat menggunakan ganja sebagai obat. Pada waktu itu, sebenarnya Papa sudah ditahan oleh pihak BNN. Papa pun kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Sejak saat itu, tidak ada lagi yang bisa Papa lakukan untuk menolong Mama. Usaha Papa untuk memberikan panduan perawatan syringomyelia kepada dokter yang merawat Mama pun ditolak oleh dokter yang merawat Mama.

Katanya mereka sudah punya SOP sendiri untuk menangani pasien, padahal Papa berharap panduan itu dapat menjadi tambahan referensi mereka untuk mengobati Mama. Papa hanya bisa pasrah. Siapa lagi yang bisa merawat Mama di rumah sakit, selain Yuven anak kita yang pertama. Papa tidak bisa membayangkan bagaimana Yuven harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menyuapi Mama sambil berkonsentrasi untuk membaca buku-buku pelajaran yang dibawanya.

Di saat teman-temannya bisa belajar di rumah dengan tenang untuk menghadapi Ujian Nasional SMP, Yuven hanya bisa bermimpi dapat belajar bersama orang tuanya. Semenjak Mama sakit di tahun 2013, dia sudah harus terbiasa ditinggal berminggu-minggu oleh Papa karena Papa harus membawa Mama berobat dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain, dari kota yang satu ke kota yang lain.

Apa yang bisa dilakukan oleh seorang anak yang menurut undang-undang dikategorikan masih di bawah umur bersama adiknya yang masih balita? Bagaimana hancur hatinya ketika harus menghadapi kenyataan bahwa ibunya tidak lagi dapat bertahan hidup setelah selama 32 hari dirawat di rumah sakit, sementara ayahnya harus mendekam di penjara?

Mama, betapa besar kasih karunia yang diberikan Tuhan kepada keluarga kecil kita. Tuhan memberikan dua orang anak yang begitu tabah untuk melepas kepergian Mama di saat Papa harus menjalani proses hukum. Di saat Papa sudah tidak lagi mempunyai uang untuk menyewa pengacara, Tuhan pun mengutus orang-orang hebat dari Firma Hukum Ranik, Marcelina, dan Rekan untuk mendampingi Papa. Mereka bahkan tidak pernah absen mendampingi Papa di setiap persidangan, padahal mereka harus berangkat dari Pontianak ke Sanggau dan kembali ke Pontianak lagi. Sering mereka juga harus menyewa penginapan, tetapi mereka tidak pernah meminta imbalan sepeser pun.

Mama, Tuhan juga menunjukkan kebesaran-Nya melalui media sosial dan media massa. Banyak yang mendoakan Mama dan berharap agar Papa bisa segera dibebaskan. Hal ini ternyata juga menjadi salah satu pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam menjatuhkan tuntutannya. Papa bersyukur karena Jaksa Penuntut Umum begitu bijaksana dengan menjatuhkan tuntutan lima bulan penjara terhadap Papa.

 Hal ini tentu saja akan membuka peluang besar untuk dapat mempertahankan status Pegawai Negeri Sipil Papa. Akan tetapi, Papa juga khawatir jika nanti vonis dijatuhkan kepada Papa dan status Papa berubah menjadi narapidana, tentu saja hal ini akan mengganggu masa depan karir Papa sebagai Pegawai Negeri Sipil karena pada kegiatan-kegiatan tertentu, seorang Aparatur Sipil Negara tidak boleh cacat di mata hukum. Bagaimana juga dengan kedua buah hati kita? Pasti mereka akan merasa minder dan malu karena papanya adalah seorang narapidana atau mantan narapidana ketika Papa bebas nanti.

Mama, Papa minta maaf karena hanya bisa berterus terang melalui surat ini. Kita tidak lagi bisa bersama di dunia ini. Kita tidak lagi bisa berbincang tentang hidup ini atau bertengkar tentang rencana esok hari. Sesaat sebelum peti jenazah Mama ditutup, betapa Papa harus menguatkan diri karena tidak lagi mendengar hembusan napas Mama. Kebersamaan dan cinta kasih kita selama ini, akan menjadi harta karun yang tak ternilai untuk Papa.

Selamat jalan, wahai istriku. Doa dan cintaku selalu menyertaimu.

Majelis Hakim Yang saya Muliakan
Jaksa Penuntut Umum yang saya hormati
Tim Penasehat Hukum yang saya hormati
Panitera yang saya hormati
Para Sahabat, keluarga, dan pengunjung  sidang yang saya cintai dan banggakan,

Saya yakin dan percaya, dalam persidangan ini Majelis Hakim yang saya Muliakan menjadi perpanjangan tangan Tuhan di dunia ini. Jika saya boleh memohon, saya memohon kepada Yang Mulia untuk menyampaikan surat ini kepada isteri saya agar dia dapat mengerti bahwa saya sungguh sangat mencintainya sehingga dia dapat beristirahat dengan tenang untuk selama-lamanya. Saya juga memohon pengampunan kepada Yang Mulia atas segala pelanggaran hukum yang telah saya lakukan agar saya dapat melanjutkan kehidupan bersama kedua anak saya.

Majelis Hakim yang saya Muliakan,
Pembelaan yang saya bacakan ini merupakan satu bentuk kesatuan rangkaian utuh yang sama dengan pembelaan yang akan dibacakan dan disampaikan oleh Kuasa Hukum saya. Saya menyampaikan terimakasih kepada Majelis Hakim yang saya Muliakan, yang telah berkenan mendengarkan saya. Saya meminta maaf kepada Majelis Hakim yang Mulia dan kepada semua pihak atas kekhilafan dan kekurangan yang saya miliki. Terakhir, dengan kerendahan hati, saya memohon keadilan yang seadil-adilnya kepada Majelis Hakim yang mengadili dalam mengambil putusan perkara saya ini.

Sanggau, 19 Juli 2017
Hormat saya,
Fidelis Arie Sudewarto

4 dari 5 halaman

Kronologi Penyakit Istri Fidelis

Istri Fidelis Arie Sudewarto, Yeni Riawati, meninggal dunia pada 25 Maret 2017. Yohana LA Suyati, kakak kandung dari Fidelis Arie Sudewarto, menuturkan terkait kronologi sakit dan perawatan penyakit Sryngomyelia yang diderita Yeni.

Identitas Keluarga

1. Ayah (tersangka penanam ganja) : Fidelis Arie Sudewarto (36 tahun)
2. Ibu (korban meninggal) : Yeni Riawati (36 tahun)
3. Anak sulung : Yuvensius Finito Rosewood (15 tahun)
4. Anak bungsu : Samuel Finito Sumardinata (tiga tahun)

Kronologi sakit dan perawatan penyakit Syringomyelia:

1. Tahun 2013

Masuk RSUD Sanggau, penyakit Yeni Riawati tidak dapat didiagnosis. Dokter menduga penyakit yang diderita Yeni Riawati adalah karena bawaan kehamilan Yeni Riawati.

2. Tahun 2014

Masuk RSUD Sanggau, didiagnosis menderita penyakit Syndrome Guillain Barre (SGB) dan dirujuk ke Rumah Sakit St Antonius, Pontianak. Berdasarkan hasil laboratorium, RS St Antonius Pontianak menyatakan tidak ada penyakit SGB. Berdasarkan hasil MRI, RS St Antonius Pontianak mendiagnosis ada kemungkinan penyakit Syringomyelia. Setelah keluar dari RS St Antonius Pontianak, dibawa pengobatan terapi alternatif di Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggau.

3. Tahun 2015

Masuk RSUD Sanggau, didiagnosis menderita psikosomatis (gangguan kejiwaan), dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Singkawang. Dari Rumah Sakit Jiwa Singkawang kemudian dirujuk lagi ke Rumah Sakit St Vincentius Singkawang dan dinyatakan boleh pulang karena tidak ditemukan kelainan kejiwaan.

4.Tahun 2016

Masuk RSUD Sanggau, didiagnosis menderita Tumor Buli, kemudian dirujuk ke RSU dr. Soedarso Pontianak. Berdasarkan hasil USG, RSU dr. Soedarso Pontianak menyatakan tidak ada penyakit Tumor Buli. Berdasarkan hasil MRI, RSU dr Soedarso Pontianak mendiagnosis bahwa penyakit yang diderita adalah penyakit Syringomyelia. Tindakan medis yang harus dilakukan adalah melakukan operasi dengan membelah tulang belakang untuk mengeluarkan cairan (kista) di dalam tulang belakang. Namun, karena kondisi Yeni Riawati sudah sangat lemah, kemungkinan keberhasilan operasi kecil, bahkan bisa menimbulkan efek samping. Karena itu, dokter menyarankan agar Yeni Riawati dirawat di rumah saja.

5. Tahun 2017

Sejak didiagnosis menderita Syringomyelia mulai Januari 2016, Yeni Riawati dirawat sendiri di rumah oleh Fidelis Arie Suderwato. Setiap hari, Fidelis mendatangkan perawat untuk melakukan perawatan terhadap Yeni Riawati. Selain itu, Fidelis melakukan perawatan sendiri dengan menggunakan dua panduan perawatan penderita penyakit syringomyelia dari dua situs milik Amerika Serikat. Sejak awal tahun 2016, semua cara pengobatan sudah dilakukan, misalnya menggunakan obat medis, obat herbal, bahkan menggunakan "orang pintar", tetapi tidak ada yang berhasil mengembalikan kondisi fisik Yeni Riawati. Menjelang akhir tahun 2016 hingga ditahan oleh BNN Kabupaten Sanggau, yaitu tanggal 19 Februari 2017, Fidelis Arie Sudewarto menerapkan pengobatan dengan menggunakan ekstrak ganja. Pengetahuan dan pengobatan menggunakan ekstrak ganja didapatkan oleh Fidelis Arie Sudewarto berdasarkan literatur-literatur dari luar negeri yang didapatkannya dengan mencari sendiri menggunakan internet.

Kondisi sebelum diobati dengan ekstrak ganja:

1. Sulit tidur, bahkan bisa beberapa hari berturut-turut tidak tidur. Terkadang, sampai dua hari penuh tidak tidur walaupun sudah berusaha untuk tidur dan sudah menggunakan obat tidur, tetapi tetap tidak bisa tidur.

2. Mengalami masalah dalam berkemih, misalnya tidak bisa mengeluarkan urine, hingga perutnya membesar atau sebaliknya tidak bisa mengendalikan kencingnya, sehingga ketika ingin kencing, air kencingnya dapat keluar dengan sendirinya sebelum sampai ke kamar kecil.

3. Urine yang dikeluarkan bercampur dengan darah kental kehitaman.

4. Nafsu makan menurun.

5. Setiap makanan yang sudah ditelannya, tidak berapa lama kemudian pasti dimuntahkan kembali.

6. Terdapat luka di pinggang tengah bagian belakang yang dalam dan besar sekali hingga tulang kelihatan dan makin lama luka di bagaian belakang tubuh semakin banyak yang tumbuh dan besar-besar.

7. Kaki sering mengalami kram dan kebas dengan rasa sakit yang mendera, sehingga kadang sampai harus berteriak menahan sakit.

8. Kedua kaki tidak dapat digerakkan sendiri (lumpuh).

9.Tangan kiri menyusul tidak dapat digerakkan (lumpuh)

10. Keringat berlebihan, meskipun cuaca dingin atau dalam ruang ber-AC.

11. Terjadi pembengkakan di sekitar kemaluan.

12. Tidak mau berkomunikasi. Jika dikunjungi, minta agar lampu kamar dimatikan saja karena mau tidur.

13. Lebih senang menyendiri di kamar.

14. Pandangan mata/penglihatan seperti ada bayangan hitam yang lewat.

Kondisi selama diobati dengan ekstrak ganja:

1. Bisa tidur nyenyak dan cukup, bahkan jika ada suara-suara di dekatnya, tidurnya tidak terganggu.

2. Bisa makan dengan jumlah yang cukup banyak, misalnya nasi satu mangkuk dan buah anggur setengah kilo per hari.

3. Tidak muntah saat makan.

4. Sudah punya selera makan, bisa minta makan yang diinginkan, misalnya minta rendang, dll.

5. Pencernaan lancar.

6. Buang air besar dan buang air kecil lancar.

7. Lubang-lubang pada luka-luka dekubitus sudah menutup karena daging yang baru sudah tumbuh dan permukaan luka sudah mengering. Bahkan, salah satu luka dekubitus di pinggang belakang yang sangat besar ukurannya (sekitar satu kepalan tangan orang dewasa, bahkan tulangnya kelihatan) sudah dapat menutup kembali dan permukaannya mengering.

8. Pandangan mata/penglihatan menjadi jelas.

9. Ingatan pulih dan bisa mengingat hal-hal detail di masa lalu.

10. Mau diajak berbicara, berkomunikasi, dan banyak bertanya.

11. Jari-jari tangan kiri yang lumpuh sudah mulai bisa digerakkan.

12. Sudah mulai bisa bernyanyi.

13. Sudah mulai berbicara tentang harapan atau angan-angannya kalau sudah sembuh dari penyakitnya. Misalnya, ia mengatakan kalau sudah sembuh akan membeli sepeda motor baru dan kalau sudah sembuh akan mengadakan misa (acara doa Katolik) di rumah dengan mengundang romo.

Kondisi setelah tidak diberi ekstrak ganja:

Karena suami ditahan dan ekstrak ganja sebagai barang bukti dimusnahkan, Yeni Riawati dibawa oleh BNN Kabupaten Sanggau ke Rumah Sakit M Th Djaman, Sanggau dan dirawat di rumah sakit tersebut sejak suaminya ditahan pada 19 Februari 2017 hingga Yeni meninggal pada 25 Maret 2017.

1. Kembali mengalami kesulitan tidur, kadang tidak bisa tidur semalaman.
2. Nafsu makan jauh menurun.
3. Makan hanya beberapa sendok, bahkan sangat sering menolak untuk diberi makan.
4. Makanan masuk, tapi muntah.
5. Merasakan panas, padahal sudah menggunakan pendingin ruangan (AC)
6. Luka-luka ulkus dekubitus yang saat di rumah sudah mengering, kembali memerah dan berdarah (basah).
7. Tumbuh luka-luka ulkus dekubitus baru di pantat, selangkang, lutut, dan kedua kaki dengan ukuran cukup besar.
8. Kulit kaki mengelupas besar-besar.
9. Dada di sebelah kiri terasa sakit.
10. Sesak napas (sulit bernapas)
11. Cairan keluar dari kaki dan telapak kaki
12. Perut bengkak dan membesar pada saat menjelang meninggal. Diperkirakan Syringomyelia telah mematikan fungsi pencernaan sehingga makanan dan minuman yang masuk tidak bisa dicerna lagi. Hal tersebut yang menyebabkan perutnya membesar sebelum dan pada saat meninggal.

5 dari 5 halaman

Tanggapan Menkes

Beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan Nila Moeloek turut berkomentar mengenai kisah Fidelis Arie Sudewarto yang ditangkap BNN dan viral di media sosial. Fidelis menanam ganja untuk kesembuhan istrinya, Yeni Riawati yang mengidap penyakit Syringomyelia atau munculnya kista di sumsum tulang belakang.

Nila mengatakan, ada narkotika yang biasa dipakai untuk menghilangkan rasa sakit yaitu morfin. Tapi, penggunaan morfin harus melalui mekanisme yang ketat. Dalam dunia kesehatan, morfin memang digunakan, tapi semua harus tercatat siapa yang memesan dan untuk apa digunakan.

"Jadi artinya, saya enggak bisa berlebihan membeli dengan seenaknya, berarti itu tidak benar. Tapi itu morfin ya," kata Nila di Jakarta, Senin, 3 April 2017.

Sementara, untuk ganja, dia mengaku harus melihat lebih jauh lagi kasus ini. Bisa saja, penggunaan ganja hanya untuk menimbulkan efek fly, sehingga bukan sesungguhnya mengobati.

"Jadi artinya lupa akan rasa sakit dan sebagainya. Jadi bukan mengobati tapi mengurangi sistem," ujar Nila.

Dia mengatakan, Kementerian Kesehatan memang belum mengkaji lebih dalam manfaat lain dari ganja terutama di bidang kesehatan. Tapi, secara undang-undang ganja tetap dilarang.

"Dan saya bilang tidak. Batasannya menghilangkan rasa sakit," Menkes memungkasi.