Liputan6.com, Palembang - Penangkapan simpatisan ISIS(slamic State of Iraq and Syria), Toni Rianda (24), warga Kampar Riau yang dilakukan Polda Sumatera Selatan (Sumsel) pada 8 Juli 2017 lalu terus berlanjut.
Melalui grup Telegram yang diikuti Toni, Polda Sumsel membidik lima orang simpatisan ISIS yang berasal dari Sumsel.
Menurut Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Sumsel Kombes Pol Prasetidjo Utomo, kelima orang tersebut diduga melakukan hal yang sama dengan Toni, yaitu menyebarkan ujaran kebencian di jejaring sosial.
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, kata dia, pihaknya sedang melacak lokasi masing-masing simpatisan ISIS tersebut, baik dari nomor telepon, email dan alamat IP-nya.
"Mereka menggunakan nama samaran di media sosial. Jika sudah terlacak, akan kita panggil untuk dimintai keterangan," katanya kepada Liputan6.com, Senin, 24 Juli 2017.
Salah satu ujaran kebencian yang disebarkan Toni dan lima rekannya di dalam media sosial yaitu menghalalkan membunuh polisi yang dianggap sebagai taghut. Namun sejauh ini, lima orang pengguna medsos Telegram tersebut belum mengajak orang lain untuk bergabung ke ISIS.
Saat ini, makun Telegram simpatisan ISIS tersebut sudah diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Dari informasi yang didapat, nama grup Telegram yang menjadi wadah penyebaran ujaran kebencian tersebut bernama Grup Cyber Nusantara.
Toni sendiri sudah diincar oleh anggota kepolisian sejak berada di Riau. Karena Toni berangkat ke Sumsel guna tugas baru di perusahaan tambang, akhirnya Toni diciduk saat dalam perjalanan.
Sebelumnya Kapolda Sumsel Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan bahwa Toni mengaku baru menjadi simpatisan ISIS. Bahkan Toni ingin berangkat ke Suriah karena ketertarikannya dengan gerakan radikal tersebut.
"Kita terus dalami kasus ini. Toni sendiri mengaku hanya mengetahui ISIS dan gerakannya di medsos saja, seperti menonton video-nya dan memantau medsos ISIS," katanya.
Â
Saksikan video menarik di bawah ini: