Liputan6.com, Garut - Musibah banjir bandang yang menyapu banyak warga Garut, Jawa Barat, sepanjang bantaran Sungai Cimanuk, September tahun lalu, mampu menyadarkan warga di kampung ini untuk melestarikan lingkungan.
Adalah warga Kampung Dayeuhmanggung yang berada di kawasan perkebunan teh milik negara (PTPN VIII), Kecamatan Cilawu, Garut, yang memulai. Mereka membuat sebuah gerakan dalam perkampungan khusus masyarakat sadar lingkungan atau Kampung My Darling.
Manajer Perkebunan Teh Nusantara VIII Dayeuhmanggung, Kabupaten Garut, Asep Budi Jatmika, mengatakan bahwa timbulnya istilah Kampung My Darling berasal dari gerakan bersama warga yang sebagian besar pekerja pabrik teh itu untuk melestarikan lingkungan.
"Kami hanya mengarahkan saja semua inisiatif dan konsep warga yang melakukan," ucap dia saat ditemui Liputan6.com, Minggu pagi, 23 Juli 2017.
Baca Juga
Ia menuturkan, warga tergerak menjaga kelestarian lingkungan, termasuk mengoptimalkan barang bekas pabrik yang tidak terpakai menjadi wahana wisata yang berguna bagi masyarakat.
"Makanya berbicara soal sampah pun, warga jadi terbiasa untuk membersihkannya, jarang ditemukan sampah berserakan," ujarnya.
Ada tiga hal yang ditekankan pengelola kepada masyarakat Kampung My Darling. Pertama, menjaga kebersihan lingkungan. Kedua adalah mengoptimalkan lahan kosong dengan tanaman yang bermanfaat.
"Tanam pohon apa pun agar bermanfaat bagi cucu kita," kata dia.
Yang terakhir, mengoptimalkan barang bekas menjadi barang baru yang lebih berguna. "Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat," kata dia.
Advertisement
Selain memberikan edukasi pendidikan melalui pengenalan lingkungan, terbentuknya Kampung My Darling diharapkan mampu menginspirasi warga lainnya untuk melestarikan lingkungan sekitar.
"Jangan sampai ketika ada bencana baru berbenah, mari kita jadikan tempat ini bukan tempat membuang sampah," ujarnya.
Selain area perkebunan yang masih hijau dan luas sepanjang mata memandang, pengunjung pun bakal dimanjakan banyaknya halaman rumput hijau yang luas dengan kanopi alami pepohonan rindang di sekelilingnya.
Suasana seperti itu, terutama saat pagi hari, tentunya mengundang keceriaan para bocah. Seperti sekumpulan bocah yang bersama orangtua masing-masing yang belum lama ini berkunjung ke Kampung My Darling.
Di sana juga terdapat Taman Tabuci atau Taman Bunga Cinta. Area tungku pembakaran untuk pabrik pengolah teh tersebut, masyarakat dan pengelola menyulapnya menjadi sebuah taman bunga hias sekaligus area bermain.
Untuk menghidupkan suasana, rencananya pengelola mengubah area itu menjadi tempat nongkrong pengunjung. "Sekalian kami mengenalkan teh dan kopi asli Garut di taman itu," ujar Asep.
Dengan penataan yang rapih plus udara segar khas perkebunan teh, dijamin rencana liburan keluarga Anda nyaman. Apalagi di beberapa titik, pengelola di Kampung My Darling menyediakan halaman rumput yang luas yang bisa dipakai untuk makan-makan secara lesehan.
"Enak saja lokasinya, bersih dan udaranya masih sejuk," ujar Wiwin, salah satu pengunjung dari Tasikmalaya.
Menurut dia, hal tersebut bisa menjadi inspirasi perkampungan warga lainnya dalam memanfaatkan barang bekas menjadi fasilitas yang berguna. Sekalipun baru pertama berkunjung, ia langsung jatuh cinta akan panorama alam dan lingkungan sekitarnya yang terbilang bersih.
"Kebetulan saya bawa anak-anak jadi bisa sekalian botram (makan bersama secara lesehan di alam terbuka)," kata dia sembari tersenyum.
Kendati baru setahun berdiri, Kampung My Darling sudah banyak disambangi pengunjung dari berbagai daerah, terutama wilayah Jawa Barat bagian selatan atau Priangan Timur.
Bagi Anda yang berminat, tinggal datang di area Perkebunan Teh Dayeuhmanggung, Garut, Jawa Barat. Cukup bayar tiket masuk Rp 5.000, Anda juga bisa sekalian menikmati beberapa kampung unik di dekatnya, mulai Kampung Jokowi atau Kampung Amsterdam.
Saksikan video menarik di bawah ini: