Sukses

Cara Anak Muda Melawan Radikalisme di Dunia Maya

Para anak muda ini akan memproduksi konten kreatif untuk mengimbangi konten radikal di dunia maya

Liputan6.com, Malang Tutut Wulandari mengunggah artikel di website yang baru saja dibuat bersama lima orang rekannya. Itu adalah artikel berisi seruan damai dan toleransi sebagai sebuah gerakan melawan radikalisme di dunia maya.

Tutut adalah mahasiswa semester 7 di salah satu perguruan tinggi swasta. Dia menjadi satu dari 60 orang pemuda di Malang, Jawa Timur, yang terpilih menjadi Duta Damai Dunia Maya oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Tugas mereka membuat kampanye perdamaian sebagai upaya mengatasi radikalisme di dunia maya.

"Ini salah satu upaya kami mengimbangi konten radikal yang banyak beredar di dunia maya," kata Tutut di Malang, Kamis (23/7/2017).

Tutut mengaku selama ini hanya diam melihat beragam konten radikalisme dan terorisme yang beredar di social media. Namun, setelah ikut pelatihan selama empat hari oleh BNPT, ia tergerak menyerukan perdamaian dan antiradikalisme. Duta Damai Dunia Maya itu tak hanya mengisi website dengan konten perdamaian.

Bahkan ia tak sekadar mengunggah pesan damai di jejaring sosial Facebook dan Twitter. Dia juga memproduksi film pendek dan mengajak saling toleransi yang kemudian diunggahnya di situs berbagi video. Mereka juga membuat berbagai karya kreatif lainnya dengan seruan perdamaian.

"Target utama memang menjadi gerakan literasi yang menyerukan hidup damai dan toleransi memanfaatkan teknologi informasi," ujar Tutut.

Selain metode antiradikalisme di dunia maya, direncanakan juga ada juga gerakan offline ke sekolah. Tujuannya, mengkampanyekan agar pelajar berhati-hati dan tak terjebak gerakan radikalisme atau terorisme. Maka penting untuk berbagi ilmu dan kiat memilah informasi agar tak tersesat di belantara dunia maya.

Saksikan video menarik di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Kikan Eks Cokelat Band Dirisak karena Dukung BNPT

Kikan, eks vokalis grup band Cokelat. mengaku kerap menerima teror dan dirisak di media sosial dengan tuduhan kafir oleh warganet. Itu saat warganet tahu Kikan dipilih sebagai juru kampanye Duta Damai BNPT untuk melawan radikalisme di kalangan pesohor.

"Saya abaikan saja, percuma ditanggapi malah makan hati. Tapi saya yakin apa yang saya perjuangkan adalah benar," ucap Kikan saat menghadiri pengukuhan Duta Damai Dunia Maya di Malang.

Sejak peristiwa yang dialami oleh Kikan itu, banyak selebritas yang berpikir ulang jika diiajak mendukung BNPT. Secara mental, mereka belum siap berhadapan dengan haters yang menyerang aktivitas melawan radikalisme itu. Meski demikian, banyak kalangan seniman yang mau dijadikan fasilitator pelatihan duta perdamaian.

"Saya imbau pada seluruh anak muda tetap melawan segala bentuk radikalisme dan terorisme di dunia maya," tegas Kikan.

Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayor Jenderal TNI Abdul Rahman Kadir menyebut dunia maya menjadi salah satu ruang yang dimanfaatkan gerakan radikal dan terorisme untuk merekrut calon anggota.

Kadir mengutip data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia yang menyebut pengguna internet ada sebanyak 132 juta orang dari total lebih dari 250 juta penduduk Indonesia. Dunia maya menjadi alat efektif bagi kelompok radikal dan pelaku terorisme untuk indoktrinasi dan propaganda.

"Anak muda jadi target mereka di dunia maya untuk direkrut sebagai simpatisan. Duta Damai ini diharapkan menangkal itu dengan bekal pengetahuannya,” kata Kadir.

Ia menambahkan, kelompok Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) telah bergeser mendekat ke kawasan Asia Tenggara. Serangan di Kota Marawi, Filipina menjadi buktinya. Tak menutup kemungkinan kelompok itu terus bergerak dan masuk wilayah Indonesia.

"Duta Damai kami harapkan menyampaikan pesan perdamaian dengan bahasa yang tentu saja mudah dipahami oleh sesama anak muda," ucap Kadir.

Duta Damai Dunia Maya sendiri telah dibentuk oleh BNPT di Medan, Jakarta, Yogyakarta dan Makassar pada 2016. Pada tahun ini, ditargetkan dibentuk di tujuh kota lainnya dan sudah terlaksana di Malang, Bandung, dan Semarang. Di tiap kota itu ada 60 orang yang terpilih melalui proses seleksi.

Mereka berasal dari aktivitas yang beragam. Mulai dari pegiat media sosial, blogger, animator dan sebagainya. Sedangkan untuk memantau situs–situs radikal, BNPT sudah bekerja sama dengan Kementerian Kominfo, kepolisian, dan aparat keamanan lainnya.