Liputan6.com, Semarang Indonesia ternyata menjadi peta terpenting dalam dunia siber saat ini. Alasannya simpel, jumlah pengguna internet di Indonesia tergolong yang terbesar di dunia. Akibatnya, dunia siber Indonesia rentan mendapat serangan.
Data di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan bahwa serangan yang memberikan dampak hingga 10 juta lebih identitas terus meningkat. Di tahun 2015, serangan berdampak 11 juta, tahun 2015 serangan naik menjadi 13 juta identitas, dan pada 2016 naik lagi menjadi 15 juta identitas.
Dalam analisa Indoguardika Cipta Kreasi (ICK), sebuah perusahaan pengamanan siber, saat ini Indonesia sudah tergolong dalam daftar negara darurat siber. Presiden Direktur ICK, Agung Setia Bhakti menyebutkan bahwa indikasi kedaruratan adalah meningkatnya serangan siber.
Advertisement
"Serangan siber terhadap sistem teknologi informasi terus bertambah," ucap Agung Setia Bakti melalui surat elektronik yang dikirimkan kepada Liputan6.com, Kamis, 27 Juli 2017.
Agung menyebutkan, pihaknya memiliki tanggung jawab moral mendorong anak-anak muda untuk menjadi pengaman kedaulatan siber Indonesia. Hal itu disampaikan usai menerima kunjungan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa Fakultas Teknik Informatika Unsoed Purwokerto, di Pabrik Mesin Sandi ICK, BSD Taman Tekno, Tangerang Selatan, Banten.
Baca Juga
Menurut Agung, langkah utama menghadapi serangan siber adalah memperkuat pertahanan di dunia maya dan membangun kesadaran masyarakat terhadap bahaya serangan siber. Salah satu caranya dengan mengimplementasikan teknologi enkripsi dalam semua sistem informasi dan komunikasi.
"Tak kalah penting, membangun sumber daya manusia yang berkompeten di bidang enkripsi," kata Agung.
Agung berharap kunjungan dari Universitas Jendral Soedirman itu akan melahirkan pendekar-pendekar Ngapak yang siap menjaga kedaulatan siber Indonesia. Dari tanah Ngapak itu diyakini akan tumbuh ahli kriptografi yang memiliki tingkat pendekar.
"ICK sebagai produsen teknologi antisadap berkomitmen menggandeng beberapa universitas di Indonesia untuk melahirkan ahli kriptografi tersebut dari kampus. Unsoed salah satunya," kata Agung.
Kerjasama untuk mengoptimasi kedaulatan siber Indonesia ini mencakup penelitian, magang, workshop, seminar, kuliah umum, kunjungan industri dan kegiatan lain yang bersifat mengedukasi publik. Calon-calon pendekar Ngapak itu kelihatan kagum ketika melihat produk-produk enkripsi di pabrik mesin sandi ICK. Seperti telepon dan radio komunikasi antisadap, digital signature, secure VPN dan lain-lain yang ternyata banyak dipakai di negeri orang.
Bangun Wijayanto, salah satu dosen pendamping mengaku gembira dengan langkah ICK untuk melahirkan pendekar kriptografi. Kerja sama itu jelas membawa sinergi yang saling melengkapi antara kampus dengan industri, khususnya di bidang kriptografi.
"Kami berharap ada relasi mutualistis antara keilmuan dan teori di kampus dengan implementasinya di dunia industri," kata Bangun.
Bangun yakin mahasiswa Teknik Informatika Unsoed akan menjadi pendekar-pendekar kriptografi dalam pengamanan informasi.
Optimisme Bangun didukung Agung yang menyebutkan bahwa perusahaan yang dipimpinnya membawa misi agar Indonesia dapat berdaulat di bidang keamanan informasi dan komunikasi.
"Diperkuat pendekar Ngapak, kami yakin ke depan tidak akan ada lagi penyadapan dan pencurian data oleh pihak asing," kata Agung.
Simak video menarik di bawah ini: