Liputan6.com, Bengkulu - Mendedikasikan diri menjadi pelestari puspa langka dilakoni Holidin (36). Pria warga Desa Tebat Monok, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu itu menghabiskan waktunya selama hampir satu dasawarsa untuk mempertahankan bunga kibut dan Rafflesia arnoldii di habitat hutan lindung Bukit Daun Kepahiang.
Holidin bahkan rela mengorbankan kebun kopi miliknya seluas tiga hektare untuk dijadikan lokasi budidaya dan menyediakan lahan tumbuh kembang puspa langka Amorphopalus dan Rafflesia. Setiap hari, tenaga honorer di sekolah dasar milik Pemerintah Kabupaten Kepahiang ini harus bolak-balik ke hutan untuk merawat tanamannya.
"Jika tidak dipelihara, lama kelamaan akan punah. Saya tidak mau anak cucu kita hanya mendengar cerita soal kehebatan Bengkulu memiliki puspa langka," ucap Holidin di Bengkulu, Jumat, 28 Juli 2017.
Saat ini di lahan milik Holidin, terdapat beberapa jenis bunga kibut. Dua di antaranya masuk dalam kategori padma raksasa yaitu Amorphopalus titanum yang mencapai tinggi 3,8 meter dan Amorphopalus gigas yang mencapai tinggi bunga 4,5 meter.
Advertisement
Sedangkan, bunga Rafflesia arnoldii sedang dalam masa peralihan dari tumbuhan vegetatif menuju bongkol bakal bunga yang diperkirakan mekar di akhir 2017 mendatang.
Baca Juga
Namun, perhatian dari para pemangku kebijakan daerah ini dirasa belum maksimal. Holidin harus rela bermalam di lahannya untuk menjaga bakal bunga kibut dan Rafflesia itu dari babi hutan atau kaput yang sering memakan umbi bakal bunga.
Dia berharap supaya ada pihak yang mau membuatkan pagar pengaman di lahannya supaya dia bisa tidur tenang tanpa khawatir tanamannya rusak.
"Cuma pagar yang kami butuhkan sekarang, kami juga sudah membangun fasilitas toilet umum untuk kenyamanan para pengunjung," lanjutnya.
Holidin yang juga dipercaya menjadi Ketua Komunitas Pelestari Puspa Langka Kabupaten Kepahiang ini memiliki keinginan supaya para akademisi mau meneliti khusus pengembangan bunga kibut dan Rafflesia. Ia juga berharap pihak sekolah mau membawa para siswa sekolah untuk datang melihat secara langsung dan mempelajari puspa langka ini.
Beberapa pihak, khususnya jurnalis, diakuinya sering meliput khusus saat bunga kibut dan Rafflesia sedang mekar. Bahkan, salah satu stasiun televisi asal Korea sudah merekam gambar dari proses awal hingga selesai masa mekarnya. Saat itu, Holidin bersama para anggota komunitas bergantian menjaga kamera yang siaga selama 24 jam dalam seminggu.
"Kami harus memastikan semua gambar yang mereka rekam dengan kamera itu tidak ada gangguan. Mereka sudah datang dari jauh
demi puspa langka ini," kata Holidin.