Liputan6.com, Purwokerto – Bait akhir lagu "Tepuk Anak Soleh" yang biasa dinyanyikan anak prasekolah dan Taman Kanak-Kanak (TK) di Banyumas, Jawa Tengah, memicu polemik sejak awal pekan ini. Lirik lagu "Islam Yes" versus "Kafir No" disikapi berbeda oleh berbagai kalangan.
Bait lagu tersebut dinilai bisa memicu bersemayamnya jiwa intoleran pada diri anak usia dini dan mengkristal menjadi sikap antipati terhadap orang lain dan anti-keberagaman di kemudian hari.
"Tepuk Anak Soleh" menjadi polemik di Banyumas setelah Ketua Himpunan PAUD Indonesia (Himpaudi) Banyumas, Khasanatul Mufidah, mempertanyakan lirik lagu ini dalam pertemuan forum Pokja Pendidikan Keluarga (Dikkel) Kabupaten Banyumas. Dia mengaku menerima banyak masukan dari wali siswa agar kalimat kontroversial itu dihilangkan.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Banyumas, Muhamad Roqib, juga menyarankan kalimat "Kafir No" di lagu "Tepuk Anak Soleh" dihilangkan lantaran mengancam keberagaman.
Lagu "Tepuk Anak Soleh" dinilai memunculkan sikap intoleran lantaran penempatan lagu dalam konteks internalisasi mental anak didik. Lagu ini, kata dia, merupakan lagu yang dinyanyikan untuk memberikan semangat dan menginternalkan norma sebagai kaum muslim.
Baca Juga
Advertisement
"Bahwa penguatan terhadap keyakinan keagamaan itu cukuplah dengan penguatan itu. Tidak harus diajari anak-anak itu untuk sentimen atau merasa kurang nyaman dengan orang-orang yang tidak seagama dengan dia," kata Roqib kepada Liputan6.com, Rabu sore, 2 Agustus 2017.
Lagu itu, kata Roqib, sebenarnya mengajarkan kecintaan terhadap agama Islam, rasul, Allah, dan orangtua. Namun, kata "Kafir No" dalam lagu itu justru dinilai kontraproduktif karena dinilai bisa memunculkan sikap antipati terhadap agama lain.
Maka itu, dia menganggap lirik terakhir lagu tersebut tak perlu dipakai. Menurut Roqib, lirik "Kafir No" bukanlah kalimat asli dalam lagu itu. Sebab, sewaktu anaknya TK, dan biasa menyanyikan lagu "Tepuk Anak Soleh", lagu ini berakhir di lirik "Islam Islam Islam, Yes".
Lewat penelusuran yang dilakukan FKUB, lirik "Kafir No" itu muncul beberapa bulan belakangan hingga memicu polemik. Untuk meredam dampak yang tidak diinginkan, ia menyarankan bait kontroversial itu diubah dengan kata zalim.
"‘Zalim, zalim, zalim No’. Sama-sama No, tapi kalau zalim itu tidak menciptakan suasana baru. Kaitannya dengan ini, pemahaman keagamaan. Semua agama tidak suka dengan kezaliman. Apa pun agamanya," kata Roqib menjelaskan.
Sementara itu, Ketua Himpaudi Banyumas, Khasanatul Mufidah, dalam keterangan tertulisnya mengatakan, sebelumnya dia mendapat aduan dari seorang orangtua siswa bahwa anaknya tak lagi mau berteman dengan anak sebaya yang berbeda agama. Orangtua itu, kata Khasanatul, menyebut sikap anaknya dipicu lagu yang berakhiran "Islam Yes, Kafir No" tersebut.
Lantas, kepada Kepala Dinas Pendidikan, Khasanatul, dalam forum tersebut dia mempertanyakan kepada Kepala Dinas Pendidikan Banyumas, apa sikap yang harus diambil kepada sekolah-sekolah di lembaga tertentu yang menerapkan lirik itu.
Menanggapi kontroversi itu, Ketua Pengurus Daerah Aisyiyah Banyumas, Zakiyah, mengaku tak habis pikir lagu "Tepuk Anak Soleh" yang biasa dinyanyikan anak anak PAUD dan TK di lingkungan Aisyiyah itu sampai dipersoalkan.
"Lagu ini sudah lama dinyanyikan, terutama di TK Aisyiyah dan Al Irsyad. Di TK lain, seperti Pertiwi juga sama. Sudah ada dari dulu,"” ujarnya.
Ia membantah jika lagu itu akan membuat anak tumbuh menjadi jiwa yang intoleran. Anak-anak yang menyanyikan lagu itu, menurut dia, juga tumbuh sebagai anak yang toleran. Zakiyah justru mempertanyakan tudingan makna intoleran yang disebut terkandung dalam lirik lagu itu.
"Kewajiban kita sebagai pendidik untuk menanamkan akidah kepada anak. Toleransi juga kita ajarkan," ujar Zakiyah.
Berikut adalah [lirik lagu "Tepuk Anak Soleh"](3037752 ):
Aku prok.prok..prok .. Anak Sholeh prok.. 3x
Rajin Sholat prok..3x Rajin ngaji Prok..3x
Cinta Islam prok..3x Sampai Mati.
Lailaahaillallah,muhammadu rosululloh
Islam.. Islam yes…kafir,kafir No…