Liputan6.com, Pelalawan - Sebanyak 10 ribu bibit pohon meranti ditanam di lahan seluas 20 hektare kawasan Sorek, Kabupaten Pelalawan, Riau. Pohon asli dari Pulau Sumatera ini diharap bisa merestorasi kerusakan hutan dan mengurangi emisi karbon sebanyak 26 persen sebagaimana dicanangkan pemerintah.
Tak hanya melibatkan warga lokal dan perusahaan setempat, puluhan orang Jepang dari relawan pencinta lingkungan juga terlihat mengikuti kegiatan yang dimulai sejak pagi hari. Beberapa perempuan berparas cantik pun bersemangat menanam dan menyiram bibit pohon meranti.
Mereka pun berebut untuk bisa menanam pohon bersama siswa dan siswi SMA di Kabupaten Pelalawan, yang turut hadir. Tak jarang, suara melengking ala wanita Jepang dengan ritme cepat meluncur dari mulut mereka begitu tanah digali, bibit masuk dan air disiramkan.
Kegiatan ini digagas Asian Pulp and Paper Sinar Mas bersama Japan Agency for Environmental Business dan International Tropical Timber Organization (ITTO)‎. Sudah kali keempat acara ini digelar di Riau, sebagai bentuk komitmen mendukung restorasi dan perlindungan hutan alam di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Baca Juga
"Kali ini acara diadakan di area konservasi dari konsesi APP Sinar Mas di Distrik Sorek, Kerumutan, Riau," ucap Chairman APP Jepang, Tan Ui Sian, mewakili manajemen APP Sinar Mas, Senin, 7 Agustus 2017.
Dia menyebutkan, ‎kegiatan ini merupakan komitmen jangka panjang APP Sinar Mas dalam mitigasi perubahan iklim global. Di mana pohon yang ditanam merupakan spesies asli dari Sumatera, yang secara alami tumbuh di rawa gambut dangkal.
Spesies asli ini juga memberikan keuntungan ekologis untuk memulihkan ekosistem di Sumatera. Selain itu, jenis spesies ini relatif tahan api dan memiliki tingkat ketahanan hidup yang cukup baik di area gambut yang terdegradasi.
Tan menambahkan, kunjungan sukarelawan dari Jepang ke lokasi telah memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia untuk dapat berkolaborasi lebih lanjut dalam mendukung upaya konservasi hutan.
"Kegiatan ini juga sekaligus menyuarakan pesan bahwa memelihara hutan dan menjaga lingkungan merupakan tanggung jawab bersama," Tan menegaskan.
Advertisement
Sementara itu, ‎Project Manager ITTO Dr Ma Hwan-ok menyatakan, dibutuhkan aksi lebih lanjut untuk merestorasi lahan terdegradasi di Sumatera. Dia mengatakan pula, menanam pohon pada lahan terdegradasi adalah jalan terbaik dalam restorasi lingkungan.
"Hal ini juga sejalan dengan tujuan untuk mencapai Sustainable Development Goals yang ke-13 (Aksi Iklim) dan ke-15 (Kehidupan di Darat) yang dicanangkan oleh PBB," katanya.
Inisiatif ini juga didukung oleh Profesor Akira Miyawaki yang merupakan profesor kehormatan dari Yokohama National University, Jepang. Dia menekankan pentingnya konservasi hutan melalui penanaman bibit spesies asli yang memang berasal dari lingkungan vegetasi lahan yang menjadi target dari program restorasi.
"Bersama-sama kita dapat menciptakan lingkungan hidup yang berkelanjutan bagi masa depan," kata pendiri Japan Agency for Environmental Business Mitsunori Kamiya, menambahkan Profesor Akira.
Adapun menurut Akira, sebuah pohon alam bisa tumbuh berkembang menjadi tiga pohon. Ini diharapkannya juga bisa mengembalikan ekosistem hutan alam dan berawa yang bisa menyerap emisi karbon dari gas rumah kaca.
Saksikan video menarik di bawah ini: