Liputan6.com, Jakarta Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Surabaya di Porong Sidoarjo, kasus terorisme atau mantan kombatan Al-Qaeda, Umar Patek mengungkapkan curahan hatinya di perayaan HUT ke-72 RI. Dia mengaku menyesal telah bergabung dalam jaringan terorisme.
"Arti kemerdekaan, harus kita syukuri. Kemerdekaan yang seperti apa, merdeka dari aksi terorisme," tuturnya usai melaksanakan tugasnya menjadi pasukan pengibar bendera Merah Putih di Lapas Klas I Surabaya di Porong Sidoarjo, Kamis (17/8/2017).
Di samping menghentikan aksi terorisme, masyarakat juga diberi wawasan atau penyuluhan tentang bahaya gerakan radikalisme. Terutama para pemuda. Tak hanya itu, wawasan tentang pentingnya merangkul mantan terorisme yang sudah kembali kepada masyarakat.
Advertisement
"Terkait Mantan teroris yang sudah kembali ke masyarakat, mereka jangan dikucilkan, harus kita rangkul bersama. Agar mereka tidak kembali kepada gerakan radikalisme yang sudah dilakukan sebelumnya," katanya.
Menurutnya, para pihak keamanan harus aktif dalam menghentikan aksi yang terorisme yang terus bermunculan. Insiden Bom Bali I telah cukup menghantarkan dirinya ke jalan yang salah.
"Saya sangat menyesal telah melakukan itu. Makanya, aksi ini harus kita hentikan," ucapnya.
Dia menceritakan ulang peristiwa kelam waktu itu, dirinya hanya diajak oleh Dulmatin ke suatu tempat di Bali. Disana, sudah siap segalanya termasuk bom rakitan sebanyak 950 kilo gram. Di tempat tersebut sempat terjadi pertentangan yang luar biasa.
Baca Juga
"Setibanya saya disana, saya diberitahu tentang program mereka. Di situ sempat terjadi penolakan atau pertentangan alot dengan imam samudra dan kawan-kawannya. Namun, di situ sudah siap semua termasuk bom rakitan," ujarnya.
Sebelumnya, Narapidana kasus terorisme dan juga mantan kombatan Al-Qaeda, Umar Patek alias Hisyam bin Alizein, kembali menjadi petugas pengibar bendera merah putih pada perayaan HUT ke-72 RI. Upacara ini digelar di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di Porong, Sidoarjo.
"Alhamdulillah, ini sudah keempat kalinya menjadi petugas pengibar bendera saat kemerdekaan RI," ujar Umar, Kamis (17/8/2017).
Dia mengaku menjadi petugas pengibar bendera atas inisiatifnya sendiri tanpa paksaan orang lain. "Saya sangat senang. Tidak ada paksaan dari petugas atau orang lain. Ini murni inisiatif sendiri," katanya.
Empat tahun yang lalu, Umar Patek mengajukan diri kepada pihak lapas untuk mengibarkan bendera saat perayaan HUT Kemerdekaan RI. Menurutnya, inisiatif untuk mengibarkan bendera sebagai wujud kecintaannya kepada Indonesia.
"Alhamdulillah, sampai hari ini masih dipercaya pihak lapas untuk mengibarkan kembali bendera merah putih," ucapnya.
Meski sudah berpengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, kurang lebih sekitar sepekan yang lalu, dirinya terus berlatih bersama warga binaan lainnya. Latihan itu sebagai persiapan saat momentum HUT ke-72 RI. "Tetap latihanlah, dan yang melatih kami adalah Su'ud Rusli," ujarnya.
Umar Patek disebut-sebut sebagai gembong teroris internasional jaringan Al-Qaeda. Dia ditangkap di Kota Abbotabad, Pakistan, pada 2011 lalu. Sebelumnya, dia sempat diburu oleh aparat keamanan dari empat negara. Sementara, Amerika serikat memburu Umar Patek lantaran dianggap sebagai salah satu teroris paling berbahaya.
Â