Liputan6.com, Semarang Nama yang diberikan orangtuanya ketika lahir adalah Suranto. Namun, semenjak berkenalan dengan Imam Samudra, Muchlas, dan Amrozy, ia mengubah namanya menjadi Abdul Ghoni. Ia membantu trio bomber fenomenal itu dan akhirnya ditangkap. Dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, Suranto harus menghabiskan sisa hidupnya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Kedungpane, Semarang, Jawa Tengah.
Sebagai napi teroris, ia menghuni lapas sekitar 2008 lalu. Namun, Suranto tak pernah mendapat remisi atau potongan hukuman. Nasibnya berbeda dengan para koruptor yang dalam setahun bisa mendapatkan lebih dari satu kali remisi. Kini di dalam lapas, ia sibuk menuangkan pengetahuan agamanya menjadi karya seni.
Abdul Ghoni menjelma menjadi pelukis kaligrafi. Tak main-main, ia sangat serius mencari bentuk-bentuk baru kaligrafi. Demikian pula ia sangat tahu ayat mana saja dalam Alquran yang jika dijadikan kaligrafi menjadi sangat indah.
Advertisement
Baca Juga
"Melukis kaligrafi itu sebaiknya menyesuaikan dengan ayat. Misalnya surah An-Nisa, tentu bentuk lukisan idealnya merupakan visualisasi imajiner dari pesan dalam ayat tersebut. Contoh lagi dalam surah 16 An-Nahl, bisa saja bentuk dasarnya mengambil gambar lebah, tapi inti pesan harus sampai," kata Abdul Ghoni.
Buah ketekunannya itu, hasil karyanya dibeli Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, Kamis, 17 Agustus 2017, usai upacara HUT Kemerdekaan RI. Ganjar yang datang ke pameran hasil karya narapidana dalam rangkaian upacara pemberian remisi umum yang dilaksanakan di Lapas Semarang terlibat diskusi panjang dengan Abdul Ghoni, seputar karyanya itu. Sayang, kaligrafi keren itu dilepas dengan harga relatif murah, yakni Rp 300 ribu.
Sementara itu, Kalapas Semarang Taufiqurrakhman ikut membanggakan karya anak asuhnya. Apalagi, karya tersebut merupakan proses panjang program deradikalisasi napi terorisme.
"Abdul Ghoni selama di lapas sangat kooperatif dengan petugas. Kegiatan pembinaan kepribadian dan kemandirian pun diikutinya dengan semangat dan antusias, termasuk keterampilan membuat kaligrafi tersebut," kata Taufik.
Sebelumnya, pada pagi hari, Abdul Ghoni beserta narapidana teroris yang lainnya telah mengikuti upacara bendera dalam memperingati Hari Ulang Tahun ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia atau HUT ke-72 RI di lapangan upacara Lapas Semarang.
"Partisipasi narapidana teroris mengikuti upacara bendera merupakan wujud kesadaran berbangsa dan bernegara, cinta Tanah Air Indonesia dengan bersedia hormat pada bendera Merah Putih," kata Taufik.