Liputan6.com, Solo - Banyak saluran untuk mengungkapkan ide ataupun kritik. Bagi perupa, menyampaikan gagasannya bisa melalui medium lukisan. Seperti yang dilakukan oleh seniman lukis Solo yang mengungkapkan tentang kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Â
Para seniman mengemas ide itu dengan mural kekinian. Mural itu menggabungkan sosok Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Kerja, Susi Pudjiastuti yang bersaanding dengan tokoh dari dunia film Pirates of The Caribbean, Kapten Jack Sparrow. Di tembok itu juga tergambar tokoh Proklamator RI Soekarno-Hatta, sastrawan Chairil Anwar dan pelukis Affandi.
Baca Juga
Advertisement
Tembok restoran Kusuma Sari di Jalan Slamet Riyadi 111, Kemlayan, Solo dipenuhi dengan coretan mural. Tergambarkan wajah Menteri Susi layaknya seorang Wonder Woman dengan ikat di kepala milik Princess Diana (Wonder Woman). Rambutnya yang keriting tergerai, mengenakan giwang bunga, bergincu merah dan eyeshadow warna pink. Lukisan itu berukuran cukup besar, sekitar tiga meter panjangnya.Â
Menariknya di samping kanan Susi Pudjiastuti ini ada seorang tokoh ikonik yang diambil dari film Pirates of The Caribbean, Kapten Jack Sparrow. Dandanan kapten yang lekat dengan perompak ini persis dengan ada yang di film. Berkumis, berambut gondrong menggunakan topi segitiganya dan menggunakan pedang.Â
Berlatar lautan, lukisan tembok ini seperti ingin menyampaikan pesan mengenai perlawan dari seorang Menteri Susi. Perempuan nyentrik ini berjuang melawan antek-antek asing yang merebut hasil laut Indonesia.Â
Lukisan mural tak berhenti di situ. Di samping kanan Jack Sparrow ada Presiden RI I Soekarno yang sedang berpidato di hadapan ribuan massa. Ada juga wajah dari Wakil Presiden RI Mohammad Hatta yang sedang tersenyum. Hatta menggunakan kacamata bulatnya dan topi fedora.Â
Di atas dua tokoh kemerdekaan itu tertulis pidato ikonik zaman kemerdekaan "Indonesia Never Again The Life Blood of Any Nation". Artinya, Indonesia tidak akan menjadi darah yang menghidupi bangsa lain. Lalu di bagian atasnya tergambarkan lukisan revolusi kemerdekaan RI dengan tulisan ‘Boeng Ajo Boeng’. Sedangkan di samping kiri lukisan itu ada gambar Chairil Anwar.Â
Sardono W Kusumo adalah inisiator dari mural ini. Mengajak pelukis Solo, mereka ingin menyemarkaan pesta HUT RI lewat sebuah mural dengan muatan yang berisi pesan kebangsaan. Bagi Sardono, tembok bukan sekadar benda mati. Tapi baginya tembok yang terletak di jalan protocol tepatnya di perempatan Nonongan, Solo ini menjadi sebuah medium interaksi dengan masyarakat luas.
"Inilah cara seniman berinteraksi (menggunakan mural, red)," ujar Sardono yang juga mantan rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini, Jumat dini hari, 18 Agustus 2017. Â
Ide mengenai kebangsaan ini dengan menabrakkan sejarah dengan realitas saat ini. Inspirasi diawali dengan pidato Presiden Soekarno yang menyerukan Indonesia tidak akan menjadi darah yang menghidupi bangsa lain. Pidato itu kemudian dikontekskan dengan zaman sekarang.Â
"Zaman dulu kapal-kapan penjajah menjarah hasil bumi. Zaman sekarang, kapal-kapal asing berdatangan mengambil hasil laut. Itu kan sama saja. Dan Menteri Susi berkali-kali mengatakan bahwa soal hasil laut bukan hanya masalah ikan, tetapi juga menyangkut kedaulatan," ungkap Sardono.Â
Untuk mengkontekstualkan sejarah dengan zaman sekarang, para pelukis sengaja menghadirkan sosok-sosok yang lekat dengan anak-anak muda zaman millennial. Oleh sebab itu lah dihadirkan sebuah imajinasi sosok perompak yang dikenal anak zaman sekarang yaitu tokoh Jack Sparrow. "Sedangkan Menteri Susi kita lukis layaknya Wonder Woman," kata Sardono.Â
Lantaran mural ini begitu menganggu mata, tak sedikit warga yang langsung menolehkan untuk melihat coretan itu. Bahkan saat malam hari, tak sedikit anak-anak muda yang sengaja berhenti untuk melihat dari dekat. Lalu mereka mengambil smartphone kemudian wefie atau selfie. Tiap malam, tempat itu menjadi ramai karena banyak yang selfie.Â
Choirul, salah satu pelukis menjelaskan lukisan sendiri memiliki panjang 60 meter. Ada sekitar delapan orang yang mengerjakannya. Modalnya hanya cat tembok dan kuas. "Ini paling habis 10 ember cat. Mulai melukis baru dua hari lalu (15 Agustus 2017)," kata dia.Â
Bagi pelukis yang akrab disapa Irul bahwa mural menjadi sebuah medium untuk menyampaikan ide. Mural bukan hanya menonjolkan keindahan atau keramaian untuk menjadi pewarna tembok. "Karena memang tujuan mural itu menyampaikan sebuah ide, gagasan, kritik hingga propaganda," ujarnya.