Liputan6.com, Jakarta Sejumlah pihak menolak vaksin measles rubella (MR) yang digulirkan pemerintah pada Agustus hingga September 2017, tak terkecuali di Banyumas, Jawa Tengah. Di wilayah Kaki Gunung Slamet ini, satu sekolah yang bernaung di bawah yayasan keagamaan sempat menolak vaksin MR.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyumas, Sudiyanto mengatakan, informasi penolakan itu diperoleh ketika petugas Dinkes melakukan verifikasi data jumlah siswa di tiap lembaga pendidikan. Sekolah itu disebut menolak imunisasi lantaran khawatir keamanan dan kehalalan vaksin MR.
"Ada informasi, pesantren tertentu yang saya tidak boleh sebut. Ada kabar, sepertinya mau menolak," kata Sudiyanto kepada Liputan6.com, Jumat, 18 Agustus 2017.
Advertisement
Begitu mendengar informasi penolakan tersebut, Sudiyanto langsung menugaskan timnya untuk melakukan pendekatan ke camat, kepala desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama setempat. Belakangan diketahui, sekolah itu menolak lantaran khawatir vaksin MR menyebabkan lumpuh seperti yang terjadi di Demak.
"Petugas kami bekali bahwa semuanya harus kompak, tanpa ragu-ragu untuk menjelaskan bahwa vaksin MR ini aman. Bahwa ada beberapa kejadian lumpuh yang bersamaan, itu terjadi karena faktor kebetulan, atau dalam dunia medis disebut co-incidence," dia menjelaskan.
Sudiyanto menerangkan, informasi yang diperolehnya, siswa SMP di Demak yang lumpuh itu memang penderita kelainan saraf. Namun, soal penjelasan detailnya, ia mengaku tak mendalami hal tersebut.
Baca Juga
"Sudah dijelaskan, bahwa kejadian lumpuh atau sakit karena vaksin ini karena memang anak tersebut memiliki gangguan saraf dan penyakit bawaan. Jadi bukan karena vaksin MR,” katanya, tegas.
Setelah mendapat penjelasan dari petugas Dinkes, dan juga pendekatan yang dilakukan tokoh masyarakat setempat, akhirnya sekolah tersebut tak jadi menolak. Ratusan siswa di sekolah itu pun kini telah diimunisasi.
"Sebelum terlanjur terjadi penolakan seperti itu, saya melakukan pendekatan kepada camat, kepala desa, dan tokoh masyarakat. Alhamdulillah tidak jadi menolak," ujarnya.
Sudiyanto mengemukakan, Dinkes Banyumas juga mengantisipasi kemungkinan penolakan oleh sekolah atau lembaga pendidikan lain setelah peristiwa lumpuh di beberapa daerah pasca-penyuntikan vaksin MR. Itu sebab, petugas kembali melakukan pendekatan formal secara intensif, berupa sosialisasi, maupun secara informal, dengan melakukan pendekatan kepada pengelola institusi pendidikan. Sebab, jika sampai terjadi penolakan, kemungkinan besar akan mempengaruhi masyarakat maupun institusi pendidikan lainnya.
"Kalau sekolah menolak itu kan jadi banyak, Pak. Kalau penolakan itu secara intitusi ya. Kalau secara individu mungkin tidak berpengaruh banyak kepada targetnya kan. Tetapi kalau sekolah dan pondok itu kan jumlah siswanya banyak. Kalau menolak, dan tidak bisa diatasi, nanti jadi viral, yang lain nanti malah terpengaruh," ucap Sudiyanto.
Jika ditotal, di Banyumas terdata ada 404.175 anak yang bakal diimunisasi antara Agustus-September 2017 nanti. Hingga akhir pekan, imunisasi vaksin MR telah menjangkau 58 persen angka tersebut.
Agustus ini, kata Sudiyanto, Dinkes menarget menyelesaikan imunisasi di sekolah-sekolah. Kemudian, pada September, imunisasi mulai menyasar pondok pesantren dan umum.
"Kami optimis target 95 persen jangkauan imunisasi bakal tercapai ya. Sebab, tidak lagi ada informasi penolakan, baik oleh sekolah, pondok pesantren, maupun orang tua," kata Sudiyanto.