Sukses

Syahdunya Salat Subuh Berjemaah Dekat Mercusuar Warisan Belanda

Salat subuh berjemaah ini digelar dekat mercusuar kuno di ujung selatan Pulau Kodingareng, Kecamatan Sangkarrang, Makassar, Sulsel.

Liputan6.com, Makassar - Gerakan Salat Subuh Berjemaah Makassar (GSSBM) tak hanya di masjid-masjid dan bibir anjungan Pantai Losari sebagai ikon Water Front City Makassar. Tapi, juga melalui program religi Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yang telah merambah pesisir pulau.

Salat subuh Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, kali ini bersama jajarannya bukan di masjid atau di Pantai Losari. Namun, kegiatan ini berlangsung di atas hamparan pasir putih, beralaskan terpal berwarna oranye, lampu badai, dan perangkat pengeras suara seadanya di ujung selatan Pulau Kodingareng, Kecamatan Sangkarrang, Sabtu, 19 Agustus 2017.

Semilir angin laut pun membuat salat subuh bersama warga pulau itu lebih syahdu. Dan jaraknya dekat dengan mercusuar navigasi laut yang dibangun VOC atau Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda untuk kepentingan perniagaan antarpulau.

Mercusuar ini menjadi saksi bisu sejarah betapa Nusantara atau sebutan Indonesia saat itu, khususnya Makassar sebagai lokasi penting peradaban dunia maritim di belahan timur dunia.

Gerakan Salat Subuh Berjemaah Makassar (GSSBM) tak hanya di masjid dan bibir anjungan Pantai Losari, tapi juga di dekat mercusuar kuno. (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Dalam tauziah usai salat subuh berjemaah tersebut, Wali Kota Makassar menyatakan bahwa esensi ibadah lima waktu selain proses mendekatkan diri dengan Allah SWT adalah kaum muslim meminta berkah menyambut pagi agar dijauhkan dari segala bala bencana.

"Banyak berkah-berkah yang kita dapatkan melalui salat subuh," ujar wali kota yang akrab disapa Danny tersebut.

Selain mendekatkan diri dengan Tuhan, menurut Wali Kota Makassar, umat Islam harus ingat bahwa alam beserta isinya wajib dijaga dan dilestarikan untuk generasi di masa depan.