Sukses

Sapi Berat 1 Ton Lebih Juara di Sidoarjo, Ada yang Lebih Montok?

Penilaian kontes sapi dan kambing tak hanya dari bobotnya, tapi juga dari bentuk tubuhnya.

Liputan6.com, Surabaya - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo, Jawa Timur, kembali menggelar Kontes Ternak dan Festival Hewan Qurban 2017. Sebanyak 148 ekor sapi dan kambing dilombakan di Puspo Agro Jemundo Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Selasa, 22 Agustus 2017.

Dalam Kontes Ternak dan Festival Ternak Qurban itu, sapi milik Achmad Priadi dari Desa Banjarbendo, Sidoarjo dinobatkan sebagai sapi ekstrem. Sapi yang memiliki berat 1 ton 73 kg tersebut menjadi juara pertama. Sedangkan juara kambing ekstrem seberat 118 kg adalah milik Sofi’i dari Desa Wirobiting, Prambon. 

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo, Handayani, mengatakan kegiatan ini diselenggarakan untuk mendorong dan memotivasi para peternak agar meningkatkan hasil ternaknya.

"Melalui kegiatan seperti ini diharapkan nilai jual hasil ternak masyarakat Sidoarjo bisa meningkat," tuturnya dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.

Dia menuturkan, dalam upaya swasembada daging, Pemkab Sidoarjo telah melaksanakan program Upaya Khusus Sapi Betina Wajib Bunting (Upsus Siwab).

"Kegiatan integrasi yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pertanian tersebut bertujuan meningkatkan populasi sapi secara berkelanjutan. Selain itu, juga untuk memaksimalkan potensial sapi indukan dalam menghasilkan anakan," katanya.

Salah satu dewan juri dari Fakultas Kedokteran Hewan Unair Surabaya, Trilas, mengatakan penilaian yang dilakukan bersama dewan juri lainnya sangat selektif. "Antara jenis hewan ternak berbeda cara penilaiannya," katanya.

Penilaian secara umum ada pada penampilan fisik hewan ternak tersebut, mulai dari bentuk kepalanya, punggung, dada, pantat, pinggul sampai ekornya. "Keharmonisan bentuk tubuh hewan ternak tersebut menjadi salah satu bahan penilaian. Selain itu, faktor kesehatan juga menjadi pertimbangan dalam penilaian," ucapnya.

Selain Trilas, ada beberapa juri yang menilai. Termasuk dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BPIB) Singosari Malang, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo.

Dari hasil penilaian, secara keseluruhan kualitas hewan ternak sapi dan kambing yang ikut kontes mengalami peningkatan. Hal tersebut menandakan peternakan di Kabupaten Sidoarjo semakin maju.

"Jadi, ada perkembangan dari tahun ke tahun yang ikut kontes dan berat hewan ternak yang ikut kontes pun semakin meningkat," ujarnya.

Dalam kesempatan itu juga diserahkan bantuan alat pertanian yang bersumber dari APBN dan APBD Sidoarjo. Sebanyak 165 unit alat pertanian dari APBN dan sembilan unit bantuan dari APBD Sidoarjo diserahkan simbolis oleh Bupati Sidoarjo.

Alat pertanian tersebut di antaranya hand tracktor, pompa air, maupun hand sprayer. Bantuan tersebut akan dikelola oleh brigade Alsintan (Alat Mesin Pertanian) yang ada di Kabupaten Sidoarjo.

Saksikan video menarik di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Awas Sapi Kena Virus 

Masalah kesehatan sapi kadang merepotkan. Belum lama ini kalanganpeternak sapi di Provinsi Jambi tengah dilanda galau. Penyebabnya adalah serangan virus jembrana yang menjangkiti ternak mereka. Dari keterangan warga, virus itu menyerang sapi di Kabupaten Batanghari dan Muarojambi.

Di Kabupaten Muarojambi saja, virus tersebut diketahui sudah menyebar di sejumlah kecamatan. Seperti Kecamatan Mestong, Sungai Bahar, Sungai Gelam dan Kecamatan Muarosebo. Virus ini diketahui mirip dengan virus HIV pada manusia.

"Info dari teman-teman peternak, virus jembrana juga menyerang sapi peternak di Batanghari," ujar Hendra (45), salah seorang peternak sapi di Kecamatan Sungai Bahar, Sabtu 12 Agustus 2017.

Menurut Hendra, sebagian besar sapi yang ada di Muarojambi adalah jenis sapi Bali. Sapi jenis ini memang rentan terjangkit virus jembrana. Salah satu gejala virus ini adalah keluarnya cairan dari hidung sapi, ada bercak darah di tubuh sapi, serta diare yang disertai darah. Kemudian suhu badan sapi tinggi atau meningkat hingga kematian mendadak pada sapi.

Hendra mengaku memiliki 10 ekor sapi. Dua di antaranya memiliki gejala mirip virus jembrana. Ia bersama peternak lainnya langsung melaporkan kejadian tersebut kepada dinas peternakan setempat.

"Ada beberapa peternak memilih segera memotong sapinya karena takut mati mendadak. Mudah-mudahan virus ini cepat hilang, apalagi ini mau Idul Adha," ujar Hendra.

Sementara itu dokter hewan dari Dinas Peternakan Muarojambi, Rikianto, menyebutkan selama periode Januari hingga Juli 2017, setidaknya ada 500 ekor sapi di Muarojambi yang terjangkit virus jembrana.

Menurut dokter Riki, cukup banyak laporan akan virus tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengecek langsung ke lapangan. Sapi-sapi yang belum terjangkit virus langsung diberikan vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh.

"Peternak juga diimbau lebih waspada dalam menjaga ternaknya. Secepatnya melapor apabila ada gejala-gejala penyakit pada sapi," ujar Riki.

Berasal dari Bali

Virus jembrana pada sapi bali berasal dari virus retroviridae, sub-famili lentivirinae. Virus ini merupakan virus baru dan satu kelompok dengan virus HIV pada manusia. Penularan virus ini pada sapi bali biasanya melalui gigitan lalat yang menghisap darah.

Dokter Riki menjelaskan, virus ini awalnya berasal dari Kabupaten Jembrana, Bali, sekitar tahun 1964. Sapi-sapi di daerah ini tiba-tiba terjangkit penyakit dengan gejala tertentu, hingga kemudian dinamakan penyakit jembrana.

Setelah itu, penyakit ini kemudian menyebar ke beberapa daerah lain di Indonesia. Seperti Jawa, Kalimantan dan Sumatera.

Beberapa tips dalam mencegah virus jembrana ini adalah melakukan karantina selama beberapa hari antara sapi yang baru datang dari daerah atau lingkungan baru dengan sapi lama. Isolasi sapi yang sedang sakit, melakukan vaksinasi rutin, memberikan makanan dan vitamin yang cukup. Terakhir adalah menjaga kebersihan kandang dengan penyemprotan cairan khusus serangga agar lalat tidak bersarang di kandang sapi.

Jika sapi sudah positif terkena virus jembrana, upaya penyembuhannya adalah dengan memberikan vaksin inaktif yang berfungsi untuk mengurangi gejala dari penyakit jembrana tersebut.

Setelah itu, sapi biasanya akan sembuh setelah melewati masa klinis sekitar lima minggu setelah infeksi.