Liputan6.com, Banyumas – Nama Tasripin pernah membuat geger republik ini. Saat itu, ia masih berusia 12 tahun, tetapi bertanggung jawab mengurusi tiga adiknya yang masih kecil, bahkan salah satunya masih balita.
Di sela kesibukannya bersekolah, Tasripin mencari kayu bakar, menanak nasi, memasak sayur, dan memandikan adik-adiknya. Namun, sekolah Tasripin tak lanjut lantaran terlalu sibuk mengurus adik-adiknya serta tak bisa bayar SPP.
Dua adik Tasripin mengikuti jejak sang kakak. Baik Dandi (8) dan Riyanti (7) berhenti sekolah karena tak kuat diejek kawan sekelasnya lantaran tak pernah membayar uang sekolah.
Hanya Daryo (4), adik bungsunya yang meneruskan sekolah di PAUD. Sebab, PAUD Pesawahan yang baru berdiri itu gratis.
Di usia itu, Tasripin harus bertindak layaknya bapak sekaligus ibu. Ayahnya, kala itu, merantau ke Kalimantan, dengan kiriman tak menentu tiap bulan. Sementara itu, ibunya telah meninggal lantaran tertimpa runtuhan bukit batu saat bekerja sebagai buruh penggali batu.
Baca Juga
Advertisement
Mentari mulai condong ke sisi barat ketika kami tiba di rumah Tasripin, yang kini berusia 16 tahun. Rumahnya di Dukuh Pesawahan Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok, Banyumas, kini sudah lebih layak dibanding empat tahun lalu. Bagian depan sudah ditembok. Sementara, dinding samping dan belakang ditutup dengan papan kalsiboard.
Pintu depan tertutup rapat sehingga Liputan6.com harus berputar menuju halaman belakang rumah berukuran sekira 9x5 meter persegi itu. Di situ, dua adik Tasripin, Dandi (12) dan Daryo (8) tengah membersihkan kolam tanah yang di dalamnya ada empat ekor ikan lele. Sementara, adik perempuannya, Riyanti (10) tengah memasak sayur daun ubi jalar.
Sayangnya, Riyanti langsung masuk ke kamarnya begitu kami tiba. Gadis cilik itu rupanya pemalu. Begitu pula dengan dua adik Tasripin lainnya, Dandi dan Daryo. Berbeda dengan Tasripin yang cenderung terbuka, dua adiknya ini tak sekali pun menjawab pertanyaan kami. Mereka hanya menunduk.
"Adik saya yang satu kelas 3, yang agak besar kelas 5," tutur Tasripin yang lantas menggantikan pekerjaan Riyanti memasak, Sabtu, 19 Agustus 2017.
Ternyata, kondisinya tak jauh berbeda dengan empat tahun lalu. Hanya saja, mereka tampak lebih besar, sekarang. Tasripin pun bercerita, sehari-hari mencari kayu bakar hingga memasak dibantu oleh adik-adiknya.
"Iya mencari kayu bakar untuk memasak. Yang masak saya, kadang-kadang adik perempuan saya, Riyanti. Sudah kelas tiga, yang paling besar kelas 5 SD. Biasanya masak sayur-sayuran," ucapnya.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Bapak Tasripin Menikah Lagi
Tasripin bercerita bahwa bapaknya telah menikah lagi dan tinggal dengan istri barunya. Hanya sesekali ia menengok Tasiripin dan adik-adiknya. Tasripin menuturkan, bapaknya tak pernah memberinya uang. Tiap kali datang, ayahnya kadang membawa beras antara 3–5 kilogram.
"Bapak kadang ke sini seminggu sekali. Kadang bawa beras, enam kilo, kadang lima kilo. Tapi tidak pernah berupa uang. Kadang juga bawa cuma tiga kilo. Kadang juga lebih," ujar Tasripin.
Berbeda saat empat tahun lalu, ketiga adik Tasripin kini bersekolah di SD Negeri Sambirata 03 yang berjarak 2,5 kilometer melewati hutan pinus dengan jalan setapak yang dikeraskan dengan batu koral.
Untuk makan, kadang Tasripin terpaksa berutang beras di warung tetangga. Kadangkala, ia pun membayar jika sedang memiliki sedikit uang. Tampaknya warung itu pun maklum dengan keadaan Tasripin.
"Beras ya, kadang-kadang utang. Kadang-kadang nempur (membeli-red)," ujarnya.
Adapun Tasiripin kini bersekolah di sekolah Alam, MTs Pakis yang hanya berjarak 100 meter dari rumahnya. Sekolah itu gratis. Di sela kesibukannya bersekolah itu, Tasripin kadang mengojek dengan motor bututnya, walau tak tiap hari. Sepeda motor itu dibeli dari hasil bantuan seorang dermawan empat tahun lalu.
Advertisement