Sukses

Sakit Hati Ibu Mertua Dosen Unsoed yang Dituduh Anggota ISIS

Sang ibu mertua menyatakan menantunya yang dosen Unsoed itu sudah meninggal sejak 2015. Ia juga menegaskan menantunya bukan anggota ISIS.

Liputan6.com, Purbalingga - Wajah sedih Sri Pujiarti (63) tergambar saat Liputan6.com bertanya mengenai kabar anaknya, Yuanida Febriani (35) yang sekarang berada di Suriah. Yuanida merupakan istri mantan dosen Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat (FIKES) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Iskandar Sobrie yang diduga bergabung dengan Islamic State Iraq Syiria (ISIS).

Nada bicara Sri berubah menjadi sendu bahkan sedikit terbata saat menceritakan anaknya. Berkali-kali, ia menyeka air mata yang mengalir di pipinya saat diwawancarai.

"Saya selalu berdoa setiap salat agar anak saya bisa segera pulang ke Indonesia. Saya kangen sama Yani dan cucu-cucu saya," kata Sri didampingi suaminya Darto Yuwono (65) saat berbincang di minimarket dan apotik yang dikelolanya di Jalan Raya Padamara, Purbalingga, Kamis, 24 Agustus 2017.

Yani adalah panggilan Yuanida. Sang suami, Iskandar Sobrie dikabarkan meninggal dunia di Suriah baru-baru ini.

Sri tidak terkejut mendengar kabar meninggalnya Sobrie, bahkan, menurutnya hal itu sudah lewat. "Menantu saya meninggalnya pada 13 November 2015, hari Jumat, lima hari setelah anak saya melahirkan anak keempatnya," kata Sri.

Menurutnya, berita meninggalnya Sobrie dikabarkan langsung melalui sambungan telepon oleh Yuanida dari Suriah. Ia juga membantah keras jika anak dan menantunya pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

"Menantu saya bukan ISIS. Sobrie pergi ke sana untuk melanjutkan kuliah S3 dan disana ‘nyambi’ bekerja sebagai dokter yang bekerja di rumah sakit," ujarnya.

Sobrie, kata Sri berdasarkan penuturan Yuanida, meninggal saat membawa empat orang pasien terkena rudal nyasar di tengah perang yang berkecamuk. Maka itu, ia mengaku sakit hati pada orang yang menyebut anak dan menantunya bergabung dengan ISIS.

"Dua-duanya orang yang rajin ngaji, mengerti agama dan sangat berbakti kepada orangtua. Mereka pergi ke sana untuk melanjutkan kuliah sambil bekerja," katanya.

Sri pun berharap anaknya yang masih tinggal di Suriah untuk bisa segera pulang ke Indonesia. Ia menuturkan keluarganya telah menghubungi Departemen Luar Negeri untuk membantu memulangkan anaknya pada 2016 lalu. Namun, hingga kini belum ada kejelasan.

"Saya berharap pemerintah bisa membantu memfasilitasi mereka untuk pulang, saya kangen banget sama mereka," katanya sembari kembali terisak.

Saksikan video menarik di bawah ini:



2 dari 2 halaman

Kontak Terakhir

Sri menuturkan Yuanida terakhir kali menghubunginya melalui sambungan telepon dan pesan pendek pada April 2017 lalu. Sayang, komunikasi itu hanya bisa satu arah. Ia tidak bisa menghubungi balik.

Dalam komunikasi terakhir itu, Yani mengabarkan bahwa ia baik-baik saja dengan empat orang anaknya di sana. Sebagai janda, ujar Sri menirukan Yuanida, kehidupan mereka dijamin. Anak Yuanida pun bisa bersekolah di sana.

"Anak yang pertama kalau di sini sudah setingkat kelas 3 SMP," ujarnya.

Saat menyusul Sobrie, Yani memang membawa tiga anaknya, Mafaza Filistin, Muhamad Fauzan dan Khaula Alfia. Satu lagi anaknya, Aisyah Mujahidah lahir di Suriah pada 8 November 2015, lima hari kemudian Sobrie meninggal dunia.

Sri mengenang Sobrie dan Yani sebagai pasangan serasi. Mereka berdua sama-sama guru ngaji di desanya, yang gemar mendalami ilmu agama, juga berprestasi di sekolahnya.

Sobrie berasal dari Desa Karangklesem, sementara Yuanida dari Desa Dawuhan yang sama-sama berada di Kecamatan Padamara, Purbalingga. Sobrie yang mengenyam pendidikan farmasi di Unsoed kemudian menjadi dosen di almamaternya.

Ia lalu membuka usaha apotik yang diberi nama Yuans Farma yang dikelola Yuanida. Pasca-ditinggal mereka, apotik dikelola Sri bersama suaminya dan bahkan dikembangkan menjadi minimarket juga.

"Usaha ini ya tinggalan mereka. Alhamdulilah hasil dari ini bahkan bisa menghidupi adik-adik dan keluarga kita," ujar Sri.

Sri masih berharap akan kembali bertemu anak-anak dan cucunya. “Tolong dibantu agar anak dan cucu saya bisa pulang kembali,” katanya.

Ia pun menolak anggapan masyarakat yang sering mendiskreditkan anak dan menantunya. "Banyak yang bilang mereka bergabung dengan ISIS, foto-foto apotik Yuan dan koran-koran pun memberitakan mereka ISIS, saya sedih. Sekali lagi mereka bukan ISIS apalagi teroris. Setahu saya sebagai orangtua, mereka berdua anak yang baik dan sangat berbakti kepada orangtua," ujarnya.

Sementara itu, Kapolsek Padamara AKP Jadiman pun membenarkan bahwa Iskandar Sobrie memang dikabarkan sudah meninggal sekitar setahun lalu. Ia juga menyatakan bahwa istri Iskandar memang menghubungi keluarganya melalui sambungan telepon jika mereka tengah berada di Suriah.

"Namun, alamat pastinya di sana, yang bersangkutan tidak memberitahukan ke pihak keluarga," ujar Jadiman, di tempat berbeda.

Sebelumnya, Rektor Unsoed Muhammad Iqbal mengaku mendapatkan informasi dari rekan Sobrie yang sesama Dosen Unsoed. Dosen itu, menurut Iqbal, mendapatkan informasi yang valid bahwa Sobrie telah meninggal. Namun, Iqbal masih enggan menjelaskan kapan dan apa penyebab meninggalnya Sobrie.

Dia hanya menegaskan, sejak Sobrie meninggalkan Indonesia pada 2015 dan tidak pernah kembali. "Yang jelas, salah satu dosen kita dari FIKES, ada yang pergi ke Suriah, tetapi tidak kembali," ujarnya.