Liputan6.com, Kuningan - Lereng Gunung Ciremai di Kabupaten Majalengaka, Jawa Barat, sempat terbakar pada Sabtu 27 Agustus 2017. Akibatnya, area seluas tiga hektare di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) itu hangus. Sementara itu, api sudah berhasil dipadamkan.
"Kebakaran kemarin mengakibatkan tiga hektare kawasan TNGC yang berada di Kabupaten Majalengka hangus," kata Kepala Humas Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Agus Yudantara, Minggu (27/8/2017).
Kebakaran semula dari luar kawasan TNGC, yaitu di lahan milik warga dan kemudian merembet ke kawasan, tapi tidak sampai meluas. Begitu kebakaran, masyarakat langsung melaporkan kejadian itu.
Advertisement
Baca Juga
Personel dari TNGC dan masyarakat bahu-membahu untuk memadamkan api yang tengah membakar lahan di kawasan tersebut. Di kawasan yang terbakar tidak terdapat pohon, tetapi hanya terdapat alang-alang dan juga rumput liar.
"Setelah kami mendapatkan laporan dari warga, kami langsung menerjunkan personel dan dibantu masyarakat sekitar untuk memadamkan api," kata Agus.
Dia mengatakan, pihaknya menerima laporan dari masyarakat bahwa terdapat kepulan asap di lereng Gunung Ciremai diduga kebakaran pada Sabtu 26 Agustus 2017 sekitar pukul 10.00 WIB.
"Kebakaran di lereng Gunung Ciremai tepatnya di atas Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka," katanya lagi.
Hutan Pinus Terbakar
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie, Aceh, menyatakan sekitar 50 hektare areal kawasan hutan di wilayah itu terbakar. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pidie Apriadi mengatakan, hutan yang terbakar ditumbuhi oleh tanaman pinus berada di Desa Seukeuk, Kecamatan Tangse.
"Kondisi sudah padam, hanya tinggal sisa api kecil. Tim karhutla (kebakaran hutan dan lahan), di antaranya terdiri Kodim, Polres, dan BPBD Pidie siaga di tempat kejadian," ujarnya.
Dia melanjutkan, kebakaran pertama kali muncul dan dilihat oleh warga setempat pada Jumat 25 Agustus 2017 sekitar pukul 17.00 WIB.
Lalu api semakin cepat membesar dan meluas akibat terbawa angin akibat cuaca panas dengan membakar kawasan hutan pohon pinus. Apriadi mengatakan, pihaknya yang mendapat informasi, saat itu juga langsung berkoordinasi aparat terkait, seperti unsur TNI/Polri setempat dengan mengerahkan dua unit mobil pemadam kebakaran.
"Tapi karena jarak tempuh yang jauh dan cukup sulit dijangkau ke lokasi hutan terbakar, hingga pukul 21.30 WIB, api belum berhasil kami padamkan," ujar dia.
Dalam dua hari terakhir, ia mengatakan, pihaknya masih mengerahkan tim darat terdiri dari unsur TNI/Polri, BPBD dan masyarakat untuk menyekat sumber api yang masih tersisa dengan jumlah sekitar 200 personel.
"Permintaan untuk water boombing (bom air) sudah tidak diperlukan lagi, begitu pun juga dengan tim pendampingan BNPB. Kami kira sudah memadai," ujar Apriadi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat mengaku, satelit tidak memantau kebakaran di hutan lindung yang ditumbuhi tanaman pinus di Kabupaten Pidie, Aceh.
"Ya. Kemarin (Sabtu, 26/8) pagi, memang sempat terpantau. Tapi, sore harinya sudah tidak ada lagi," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Blang Bintang Zakaria.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelumnya mengatakan, walau secara nasional terdapat ratusan titik panas di Tanah Air, tapi tidak semua terpantau satelit.
"Di lapangan jumlah hotspot kemungkinan lebih banyak, karena adanya daerah-daerah yang tidak terlintasi satelit saat ada kebakaran hutan," ujar Kepala Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Advertisement