Liputan6.com, Probolinggo - Mayoritas umat Islam di Tanah Air, telah merayakan Idul Adha pada Jumat, 1 September 2017. Namun, sesuai penanggalan mereka, warga penganut Islam Aboge yang berlokasi di Dusun Krajan, Desa Leces, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, baru melaksanakan Salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban, pada Minggu pagi tadi.
Sejumlah warga penganut Islam Aboge, mulai anak-anak hingga orang dewasa, satu demi satu mulai memadati ruangan dan pelataran Masjid Al-Barokah. Sambil mengumandangkan gema takbir, penganut Islam Aboge di Probolinggo, secara khidmat mengikuti satu per satu tahapan ibadah salat Id yang dipimpin imam Islam Aboge setempat.
Usai melaksanakan salat Id, perayaan Idul Adha kemudian ditutup dengan acara makan bersama antara sesama warga penganut Islam Aboge. Sementara, seekor sapi dan dua ekor kambing disiapkan jemaah Islam Aboge untuk kurban.
Baca Juga
Kiai Buri Mariyah, tokoh Islam Aboge setempat, mengatakan bahwa perayaan Idul Adha Aboge selisih dua hari dengan perayaan umat kurban umat Islam lainnya. Hal itu didasarkan hasil perhitungan sesuai Kitab Mujarabat, yang menjadi pedoman Islam Aboge.
"Jadi dalam menentukan Salat Idul Adha tahun ini, Islam Aboge menggunakan rumus Jalbaji, bulan Haji diambil empat dari Tahun Baru islam," tutur Kiai Buri.
Meskipun terdapat perbedaan dalam pelaksanaan Hari Raya Idul Adha, warga penganut Islam Aboge dan warga setempat tetap hidup rukun berdampingan. Mereka beraktivitas seperti biasa, tanpa adanya konflik.
Di Probolinggo, jumlah anggota jemaah Islam Aboge mencapai sekitar seribu orang. Selain di Kecamatan Leces, penganut Islam Aboge tersebar di tiga kecamatan lainnya, yakni Dringu, Tegalsiwalan, Bantaran dan Kuripan.
Advertisement
Islam Aboge di Banyumas Juga Rayakan Idul Adha
Perayaan Idul Adha 2017 juga diselenggarakan penganut Islam Aboge di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Ratusan pemeluk Islam yang menggunakan penanggalan Alif Rebo Wage atau Islam Aboge di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, menjalankan Salat Idul Adha atau Bada Besar, pada hari ini.
Kiai Sulam selaku Imam Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Cikaka, mengatakan bahwa tahun ini merupakan tahun Za, sehingga rumus untuk menentukan 10 Zulhijah adalah Papat Siji (Empat satu). Pada tahun Za ini, 1 Muharam jatuh di hari Selasa Pahing.
Dari Selasa Pahing itu, dihitung Papat Siji, atau terhitung Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan 10 Zulhijah tiba di hari Minggu, 3 September 2017, bertepatan dengan hari pasaran Legi.
Ia mencontohkan, untuk menentukan bulan haji, perhitungannya menggunakan angka empat satu. Misalnya, tahun ini, 1 Muharam jatuh di Selasa Pahing, maka empat satunya dihitung hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat.
"Di bulan besarnya, empat satu ditambahi siji (ditambah satu hari) hari Jumat sampai dengan hari Minggu, langsung jatuhnya di 10 Zulhijah," ucap dia kepada Liputan6.com, Minggu (3/9/2017).
Sulam menjelaskan, Islam Aboge menggunakan kalender Kamariah atau berdasar rotasi bulan. Namun, berbeda dengan penanggalan Hijriah, penanggalan Aboge mengenal kalender sewindu atau delapan tahunan.
"Tiap delapan tahun akan dikembalikan ke perhitungan awal," ujarnya.
Advertisement