Liputan6.com, Halmahera - Bangkai paus yang belum diketahui jenisnya kembali terdampar di pesisir Pantai Desa Loleo, Weda Selatan, Halmahera Tengah, Maluku Utara, Minggu sore, 3 September 2017, sekitar pukul 04.00 WIT.
Bangkai paus itu pertama kali dilihat oleh para pelajar SMP yang sedang bermain di pesisir pantai, tepat di belakang sekolah mereka. Dalam gambar dan video yang diterima Liputan6.com, tampak puluhan pelajar heboh dan menjadikan bangkai paus itu sebagai tontonan dari jarak dekat.
Manager ElSil Kieraha Wilayah Halmahera Tengah, Iksan Sabudin, yang berada di lokasi bangkai paus mengatakan, bangkai paus itu memiliki panjang kurang lebih 3 meter dan lebar 1 meter. Bangkai itu sudah menimbulkan bau busuk.
Advertisement
"Sampai sekarang bangkai paus masih ada dan sudah membusuk di pasir," kata dia saat dihubungi melalui telepon, Senin (4/9/2017).
Ia mengungkapkan, berdasarkan keterangan nelayan setempat, bangkai paus itu sebelumnya hanyut terbawa arus dari arah selatan Weda. "Yang kemudian terdampar di pesisir Pantai Loleo kemarin sore," kata dia.
Fenomena paus mati di pesisir pantai setempat, kata dia, sudah kali kedua. Pada Oktober 2016, ditemukan paus berbobot 8 ton dengan panjang 10 meter terdampar di pesisir Pantai Pulau Sayafi, Kecamatan Patani Utara.
Baca Juga
Iksan bersama warga desa setempat sejauh ini belum mengetahui penyebab matinya hewan raksasa itu. Pun belum ada tanda-tanda dari pihak berwenang turun mengevakuasi bangkai.
"Sementara masih inisiatif warga, soal penguburan bangkai paus ini belum ada pihak berwenang yang turun tangan," katanya.
Meski begitu, dia berharap agar bangkai paus tersebut segera dikubur karena sudah menimbulkan bau tak sedap. Takutnya, bangkai itu mengganggu kesehatan warga, apalagi lokasi bangkai itu berada tak jauh dari sekolah.
"Apalagi di lokasi bangkai ikan paus ini sangat dekat dengan SMP Negeri 10 Halmahera Tengah dan SD Negeri 2 Loleo," tambahnya.
Sejauh ini, Iksan menduga penyebab matinya paus tersebut diakibatkan kondisi laut yang sudah tercemar. Ia menduga limbah perusahaan tambang menjadi penyebabnya.
Namun, hingga saat ini pihak KSDA dan DKP Maluku Utara belum dapat dihubungi. Kedua lembaga yang berwenang ini juga belum dapat dikonfirmasi.Â
Saksikan video menarik di bawah ini:
Â