Sukses

Aksi Kecam Pembantaian Rohingya di Borobudur Salah Alamat

Relief Candi Borobudur tidak hanya soal ajaran Buddha, melainkan juga tradisi, teknologi, dan peradaban masyarakat pada masa itu.

Liputan6.com, Magelang - Direktur PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Edi Setijono, mengatakan aksi unjuk rasa mengecam pemerintah Myanmar di Candi Borobudur salah alamat. Pasalnya, Candi Borobudur sama sekali tidak ada kaitannya dengan Myanmar dan umat Buddha.

Informasi yang beredar, akan ada rencana aksi Gerakan Sejuta Umat Muslim Mengepung Borobudur pada 8 September 2017. Tujuan aksi tersebut untuk mendesak penyelesaian konflik Rohingya di Myanmar.

"Borobudur itu warisan budaya bangsa dan kebetulan dibangun pada wangsa Syailendra yang beragama Buddha," ujarnya, Senin (4/9/2017).

Ia menerangkan, relief Candi Borobudur tidak hanya soal ajaran Buddha, melainkan juga tradisi, teknologi, dan peradaban masyarakat pada masa itu.

Meski demikian, tuturnya, apabila ada kelompok yang bersikeras menggelar aksi di Candi Borobudur, maka harus dilakukan dalam jarak minimal 500 meter dari candi sesuai dengan aturan UU Nomor 9 Tahun 1998 dan Keputusan Kapolri No 7 Tahun 2012 terkait teknis penyampaian pendapat di muka umum dan objek vital. Selain itu, ujar Edi, harus ada pemberitahuan aksi secara tertulis.

Ia juga meminta agar orasi yang diserukan saat aksi, berisi hal yang berguna untuk perdamaian dan bukan cacian yang merugikan bangsa. Sebab, Candi Borobudur merupakan simbol kerukunan beragama di mata internasional.

Edi juga belum bisa memastikan pada hari itu Candi Borobudur dibuka untuk umum atau tidak. Pihaknya akan berkoordinasi dengan seluruh jajaran yang berwenang.

"Kami akan berkoordinasi dengan polisi dan stakeholders terkait pengamanan objek vital dan pengalihan jalur," ucapnya.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Â