Sukses

Doa Anak-Anak Banyumas untuk Korban Tragedi Kemanusiaan Rohingya

Aksi polos anak-anak Banyumas itu diharapkan bisa menguatkan Indonesia untuk membantu korban tragedi kemanusiaan Rohingya.

Liputan6.com, Banyumas - – Tak seperti biasanya, usai upacara bendera pada Senin, 4 September 2017, siswa SD Negeri 1 Kracak, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, masih berkumpul di tengah lapang.

Beberapa di antara mereka mengambil poster-poster yang dibuat Sabtu akhir pekan lalu dan membentangkannya. Sementara, salah satu siswa membacakan puisi yang isinya adalah doa, sekaligus permintaan anak-anak polos itu agar kekerasan di Rakhine, Myanmar, terhadap etnis Rohingya, segera dihentikan.

Senin, 4 September 2017 ini, mereka menggelar aksi keprihatinan sekaligus doa dan salat gaib bersama. Mereka juga meminta agar pemerintah Indonesia membantu saudara-saudara mereka di Myanmar. Doa bersama itu diikuti oleh seluruh siswa mulai kelas I hingga VI dan seluruh pengajar serta karyawan sekolah tersebut.

Seorang siswa, Risma Nur dengan polos mengatakan bahwa ia berdoa agar anak-anak di Rakhine, diberikan kekuatan. Selain itu, ia pun mendoakan dalam salat gaib yang dilakukannya agar korban-korban meninggal diterima oleh Yang Kuasa.

"Saya kirim doa karena saya, saya prihatin ke anak-anak yang ada di sana. Karena dia kasihan tidak bisa sekolah dan beribadah," tutur Risma, Senin, 4 Agustus 2017.

Sementara, Kepala SD Negeri 1 Kracak, Wanto Tirta mengatakan doa bersama dan salat gaib itu dilakukan untuk mendidik anak secara dini agar memiliki empati dan kepedulian sosial yang tinggi. Berdasar informasi yang diterimanya, salah satu korban terbanyak adalah anak-anak etnis Rohingya.

Wanto berharap, apa yang disuarakan oleh anak-anak kecil yang masih polos itu mampu mengetuk Presiden Indonesia agar lebih kuat menekan sekaligus membantu etnis Rohingya melalui masa sulit.

"Kita kirimkan doa, kita doakan mereka agar mempunyai kekuatan hati," kata Wanto.

Ia menyatakan kekerasan yang terjadi di Myanmar bukan sebatas konflik agama, melainkan tragedi kemanusiaan bagi seluruh umat manusia. Menurut dia, terlepas dari suku, ras, maupun agamanya, tragedi kemanusiaan di Myanmar harus segera dihentikan.

"Bahwa kekerasan yang dilakukan oleh rezim di Myanmar ini kepada anak-anak kami yang ada di sana, saudara-saudara kami, sangat memprihatinkan. Untuk itu, kami meminta agar kekerasan segera dihentikan," ucapnya.