Sukses

Adik Ipar Sebut Pembunuh Keluarga di Cirebon Pelajari Ilmu Hitam

Polisi menemukan catatan berisi bacaan amalan-amalan tidak jelas yang disinyalir harus dilakoni pelaku pembunuhan di Cirebon.

Liputan6.com, Cirebon - Kematian Rawiyah (33), salah satu korban pembunuhan satu keluarga oleh Agus Supriyatna pada Minggu malam, 1 September 2017, membuat keluarganya terpukul. Bahkan, kepergian sang istri di tangan suami, membuat Suryadi, adik Rawiyah, kesal. Dia pun mengakui pelaku memang sudah lama mengalami perubahan pola dan sikap.

"Sikapnya berubah tidak pada umumnya laki-laki atau suami. Bahkan, kakak saya sendiri sampai takut dan sering curhat (curahan hati) ke saya tentang sikapnya," ucap dia, Senin, 4 September 2017.

Dia mengatakan pula, pelaku sudah lama menganut ilmu hitam. Namun, lantaran tidak kuat menjalankan syarat dan amalan, sang pelaku menjadi stres.

Ini terlihat dari curahan hati Rawiyah jika pulang dan bertemu adiknya. Rawiyah, menurut Suryadi, selalu mengatakan takut dan tidak berani berbuat banyak atas perubahan perilaku yang terjadi pada suaminya.

Sementara itu, Wakil Kepala Polres Cirebon, Kompol Wadi Sa'bani, mengatakan hasil olah tempat kejadian perkara atau TKP lanjutan dilakukan untuk mendapatkan bukti baru.

Saat diperiksa ke dalam rumah dan kamar pelaku pembunuhan satu keluarga tersebut, polisi menemukan catatan berisi amalan-amalan tidak jelas yang disinyalir harus dilakoni pelaku.

"Dari catatan amalan tidak jelas itu sepertinya ada satu amalan yang memang wajib dilakukan oleh pelaku. Seperti dibaca tiap hari dengan jumlah sekian per harinya," ujar dia.

2 dari 2 halaman

Pelaku Kerap Mengasah Pisau

Sebelumnya, kasus pembunuhan keluarga oleh Agus Supriyatna (38) menyebabkan istri dan ibunya meninggal dunia di rumah Blok Sijaba, Kelurahan Pasalakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, pada Sabtu malam, 2 September 2017. Pelaku diduga sudah merencanakan upaya pembunuhan itu.

Tetangga pelaku, Maryono, mengatakan melihat Agus selama tiga hari terakhir rajin mengasah pisau. "Kelakuannya juga sudah beda. Biasanya kalau diajak ngobrol menyahut, sekarang diam, malah jawab seadanya saja," kata Maryono.

Sebelum kejadian, ibu Agus, Sumarni, sengaja datang untuk bertemu putranya. Namun, pertemuan itu berujung pembunuhan sadis yang merenggut nyawanya.

Penangkapan pelaku berawal dari laporan warga yang mendengar suara jerit minta tolong di dalam rumah mereka. Mendengar ada jerit minta tolong, warga bersama ketua rukun tetangga (RT) setempat langsung mendatangi rumah tempat kejadian.

"Saya dibangunkan warga pas dengar suara jeritan dari Reni, kakak pelaku. Kami langsung ke sana, ternyata pelaku sudah mau kabur. Kami tangkap dan diamankan di rumah," ucap ketua Rt setempat, Astra, Minggu (3/9/2017).

Menurut dia, pelaku berupaya kabur sembari membawa pisau yang sudah berlumuran darah. Tak lama berselang, polisi datang dan langsung menangkap pelaku.

Dari keenam anggota keluarga yang dieksekusi, dua di antaranya meninggal dunia, yakni Sumarni (64) ibu kandung pelaku dan Rawiyah (33) istri pelaku.