Liputan6.com, Yogyakarta - Pewarta foto di Yogyakarta mencari Garuda lewat berbagai cara. Mereka menemukan simbol negara itu dalam bentuk karya seni sampai aktivitas kelompok-kelompok marjinal.
Sebuah foto close up berjudul Waria Rayakan HUT RI terpampang di dinding ruang pameran Bentara Budaya Yogyakarta (BBY). Foto karya Bramasto Adhy, fotografer Tribun Jogja itu diambil sewaktu upacara 17 Agustus tahun lalu di Biara Roh Suci, Dusun Dewan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman.
"Saya memilih foto ini untuk diikutsertakan dalam pameran karena sarat pesan. Garuda yang identik dengan nasionalisme ternyata juga dimiliki oleh orang-orang yang kerap dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang," ujar Bram.
Ia mengatakan lewat foto ini juga mengajarkan perbedaan dan kebaragaman masyarakat yang harus dihargai karena menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Esai foto karya Pradita Utama juga menggambarkan wujud Garuda pada warga yang memiliki gangguan jiwa, penyandang disabilitas permanen, dan sebagainya. Kameranya membidik aktivitas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pekalongan yang mencatat identitas kelompok marjinal itu untuk dibuatkan e-KTP.
Baca Juga
Advertisement
Lain halnya dengan Suryo Wibowo, yang mengabadikan sosok Bambang Sutopo, satu-satunya perajin patung Garuda Pancasila di kawasan industri logam Desa Tumang, Kecamatan Tupogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Detail patung Garuda Pancasila tertuang jelas dalam foto hitam putih.
Foto-foto itu bisa dinikmati lewat pameran foto bertajuk "Di Mana Garuda" di Bentara Budaya, 5-13 September 2017 yang digelar oleh Pewarta Foto Indonesia (PFI) Yogyakarta. Ada 47 foto tunggal dan delapan esai foto cerita yang menjadi bagian cerita yang direkam oleh anggota PFI.
"Melalui karya foto, kami pewarta foto bercerita dan melalui foto kami bergerak untuk perubahan bangsa Indonesia yang lebih baik," ujar Tolchah Hamid, Ketua PFI Yogyakarta, Selasa malam, 5 September 2017.
Ia menjelaskan tema itu menjadi bagian dari kegelisahan para pewarta foto Indonesia Yogyakarta akibat mulai lunturnya sisi-sisi kemanusiaan, keberagaman, dan nasionalisme.
"Para wartawan foto tidak hanya memenuhi pekerjaan kantor tetapi menyadarkan dan mengembalikan apa yang seharusnya dilakukan oleh pemuda, orang tua dan seluruh lapisan masyarakat untuk bisa menjadi menjaga keharmonisan, kerukunan, solidaritas dan rasa nasionalisme," ucapnya.
Budayawan Sindhunata menuturkan foto-foto karya para fotografer media massa ini menggambarkan Garuda sebagai bentuk penolakan terhadap kekerasan yang ingin memecah belah kesatuan.
"Garuda adalah kebersamaan dan dalam kebersamaan, orang saling menghargai dan menghormati," kata Romo Sindhu.
Ia menjabarkan maksud tema pameran ini menyatakan jika ada pertanyaan di mana garuda, mungkin ia hilang lalu dicari. Lewat jepretan kamera terjawab Garuda tidak hilang, sekalipun wujudnya belum tentu berbentuk Garuda, melainkan semangat yang terpancar dari Garuda selalu dirasakan oleh orang Indonesia.