Liputan6.com, Makassar - Sebagian nelayan Sulsel (Sulawesi Selatan) memilih tetap melaut mencari ikan meski imbauan untuk menunda melaut dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar tersebar.
"Dari prakiraan cuaca yang telah kita siarkan itu seharusnya jadi acuan untuk langkah antisipasi agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Meski sifatnya hanya imbauan," ucap Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah IV Makassar, Daryatno, kepada Liputan6.com, Senin, 11 September 2017.
Sejauh ini, BMKG memperkirakan masih terjadi gelombang laut dalam kategori tinggi, yakni mencapai 2,5 meter. Dengan dasar itulah, BMKG mengimbau kepada seluruh nelayan untuk menunda dulu untuk beraktivitas di laut.
Apalagi, hanya menggunakan perahu kayu kecil yang disebut katinting untuk mencari ikan hingga ke laut lepas. Menurut dia, cuaca di beberapa daerah di Sulsel, pada Senin siang, dominan cerah dan berawan.
Baca Juga
Namun, gelombang laut yang terdapat di Selat Makassar bagian selatan, perairan barat Sulawesi Selatan, perairan Kepulauan Sabalana, perairan Kepulauan Selayar, Teluk Bone bagian selatan, dan Laut Flores, masih tinggi sekitar 1,5 hingga 2,5 meter.
Terjadinya gelombang laut tinggi, menurut Daryatno, disebabkan dari intensitas angin yang bertiup dari arah timur ke arah tenggara dengan kecepatan 5-30 kilometer per jam.
Daeng Gassing, salah seorang nelayan asal Kabupaten Takalar, mengaku tetap melaut meski imbauan untuk menunda aktivitas melaut telah disiarkan oleh BMKG hampir setiap saat. Adapun berdasarkan prakiraan BMKG masih terjadi gelombang laut yang tinggi dan angin yang bertiup kencang.
"Di sini kita tetap melaut, Nak. Apalagi mau dibikin kalau tidak melaut. Mau makan apa keluarga di rumah?" ujar dia.
Ia mengakui hampir semua nelayan di daerahnya tak juga sembarangan ketika ingin memulai aktivitas mencari rezeki di laut. Dengan logat bahasa Makassar, Daeng Gassing mengungkapkan bahwa ada ritual yang dikerjakan setiap nelayan Sulsel ketika hendak melaut. Salah satunya jampi-jampi atau doa.
"Nia tong anjo napake-pake (ada yang dipakai) nelayan nak. Tarolah (kayak) semacam jampi (doa) agar terhindar dari marabahaya selama mencari rezeki di laut. Pappasanna tau toayya anjo riolo (pesan orangtua kita dulu)," nelayan Sulsel itu memungkasi.
Advertisement
Saksikan video pilihan berikut ini: