Sukses

7 Alat Pendeteksi Kebakaran Hutan Terpasang di Kampung Zumi Zola

Alat pendeteksi dipasang di kawasan paling rawan akan kebakaran hutan dan lahan, khususnya di kawasan gambut.

Liputan6.com, Jambi - Salah satu lembaga konservasi di Indonesia yakni World Wide Fund for Nature (WWF) memasang tujuh alat deteksi dini kebakaran hutan dan lahan. Alat ini dipasang di kawasan hutan lindung gambut (HLG) Londerang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Jambi.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan daerah kampung halaman keluarga besar Gubernur Jambi, Zumi Zola. Sebelum menjabat gubernur, Zumi Zola pernah duduk sebagai Bupati Tanjabtim saat awal karir politiknya.

Menurut Manager Kluster 2 WWF Indonesia Program Rimba, Zainuddin, alat pendeteksi dini kebakaran itu juga disebut sebagai Early warning System (EWS). Pemasangan EWS adalah salah satu langkah untuk membantu upaya antisipasi terjadinya kebakaran, khususnya di lahan gambut.

"Dan di Tanjabtim adalah salah satu daerah paling luas lahan gambutnya di Jambi," ujar Zainuddin, Selasa, 12 September 2017.

Ia menjelaskan, alat tersebut disebar di dalam kawasan HLG Londerang. Setiap unit EWS bisa mendeteksi area gambut dalam radius kurang lebih 10 kilometer.

Dengan pemasangan alat itu, situasi HLG Londerang bisa dipantau setiap saat. EWS akan mendeteksi dan mengirim laporan ke data logger, untuk selanjutnya mengirimkan data di lapangan ke concentrator. Data tersebut lalu diolah dan hasilnya bisa diakses publik melalui layanan internet.

Pemasangan EWS, kata Zainuddin, juga didukung dua lembaga lain, yakni MCA Indonesia dan konsultan dari Digital Mobile Technology (DM Tech). Sementara itu, tim konsultan dari DM Tech, Dino Martin menambahkan, EWS tersebut memiliki beberapa sensor yang bisa mendeteksi kelembaban udara, tanah, suhu udara, curah hujan hingga ketinggian permukaan air gambut.

"Jadi, alat ini dibangun untuk mendeteksi kondisi lingkungan sebelum terjadi kebakaran," ucap Dino.

Selain memasang alat pendeteksi dini, WWF juga memberikan pelatihan terhadap sejumlah warga dua desa di Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjabtim. Pelatihan tersebut meliputi pengelolaan alat serta membaca perubahan alam yang berisiko pada bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla).