Sukses

Guru yang Picu Siswa Minum Racun Ancam Lapor Balik Korban

Ada alasan kuat mengapa sang guru akan lapor balik keluarga siswa yang minum racun karena mengaku dirisak olehnya.

Liputan6.com, Kupang - BB, guru Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengancam melaporkan balik keluarga FK (16), siswa yang menjadi korban perisakan (bullying).

"Saya akan lapor balik jika upaya damai kami ditolak keluarga korban," tegas suami BB, Aloysous Sola, kepada Liputan6.com, Kamis (14/9/2017).

BB mengatakan, alasan rencana pelaporan balik korban, karena anak kandungnya, NS, yang juga teman kelas FK menjadi korban pelecehan kakak kandung FK yang bernama Lori.

"Rencananya, kami sekeluarga bertemu keluarga korban pada Sabtu, 16 September 2017, mendatang. Jika upaya damai itu ditolak, maka kami akan lapor balik. Semua pihak hanya berpikir soal FK, lantas anak saya apa, dibiarkan," kata Aloysius.

Dia meminta pihak sekolah sebelum memberi sanksi kepada BB harus mendengar penjelasan kedua belah pihak. "Istri saya siap diberi sanksi apa pun, bagaiamanapun tetap salah, namun pihak sekolah juga harus netral," jelas Aloysius.

Dia mengaku, istrinya sudah dipanggil Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Lembata.

Saling lempar Kasus Perisakan yang Picu Siswa Minum Racun

Kasus penghinaan guru terhadap FK (16), siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) memantik perhatian berbagai kalangan hingga ke Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPA). Ironisnya, hingga saat ini, Kepala Sekolah SMPN terkesan enggan memberikan sanksi terhadap pelaku.

"Kami sudah lakukan rapat pada Sabtu, 9 September 2017 lalu, hanya saja belum ada kesepakatan sanksi apa yang diberikan," kata Kepala Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan kepada Liputan6.com, Senin, 11 September 2017.

Menurut Bernadus, pihak sekolah masih enggan mengambil keputusan terkait sanksi bukan karena membela bawahannya.

"Pertama, kasus ini sedang ditangani kepolisian sehingga kami menunggu prosesnya, kedua, kami masih memikirkan bagaimana nasib siswa yang selama ini diasuh pelaku," jelas Bernadus.

Pernyataan Kepala Sekolah ini dibantah ayah kandung korban, Yosep Lango (61). Menurut Yosep, kasus ini tidak dilaporkan ke polisi.

"Awalnya kami beniat melaporkan pelaku, namun laporan ditolak polisi karena jika laporannya soal penghinaan maka laporan akan diterima, tetapi jika laporannya karena FK minum racun maka ditolak. Sehingga kami batal untuk melaporkan," papas Yosep.

Saat ini, kata Yosep, kondisi kesehatan FK sudah mulai membaik, tetapi masih mengalami depresi.

"Sudah baik dan sudah ke sekolah tadi. Dia minta untuk pindah sekolah karena takut tetapi setelah saya kasih pemahaman, FK akhirnya ke sekolah," imbuh Yosep.

Sebelumnya, guru yang menghina siswa SMPN di Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), akhirnya angkat bicara. Dia membantah mengeluarkan kata-kata kotor seperti yang diceritakan siswa, FK.

Siswa berinisial FK itu mencoba bunuh diri dengan minum racun rumput setelah diduga mengalami perisakan dari sang guru berinisial BB pada 31 Agustus 2017.

BB yang berhasil dikonfirmasi Liputan6.com mengaku tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor seperti yang diberitakan.

"Saya memang marah, tetapi tidak keluarkan kata-kata kotor. Kata-kata saya itu hanya nasihat dan pesan," ujar BB, Sabtu, 9 September 2017.

Dia mengatakan, hal itu dilakukan karena merasa sakit hati kakak kandung korban bernama Lori melakukan pelecehan seksual terhadap anaknya.

"Saya pesan ke korban pulang sampaikan ke orangtuanya supaya ajar Lori, dia sudah lecehkan anak saya. Sebagai ibu saya marah, tetapi saya tidak keuarkan kata-kata sadis," kata BB.

Setelah menitip pesan di ruang kelas, kata BB, ia memanggil korban dan meminta maaf.

"Habis pelajaran saya panggil FK dan minta maaf. Saya kaget sorenya keluarga korban datang dan ngamuk di mes karena FK minum racun gara-gara saya," papar BB.

Terkait diberitakan sering menyiksa siswa di sekolah, BB mengatakan baru satu kali dirinya memukul siswa.

"Iya, memang pernah pukul pakai ekor pari, tetapi itu sudah diselesaikan. Kenapa mereka ungkit lagi," imbuh BB.

Dia menyampaikan maaf kepada korban, siswa yang nekat minum racun dan keluarga besar FK. Dia juga mengaku siap menerima sanksi dari pihak sekolah.

"Saya pasrah apa pun sanksi dari sekolah saya siap terima. Anggap saja selama tujuh tahun saya mengajar sebagai tenaga honor bentuk pengabdian saya," pungkas BB.

 

2 dari 3 halaman

Motif Guru Menghina Siswanya hingga Terpicu untuk Minum Racun

Motif penghinaan guru terhadap seorang siswa sekolah menengah pertama negeri (SMPN) di Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), akhirnya terkuak.

Siswa berinisial FK itu mencoba bunuh diri dengan meminum racun rumput diduga usai mengalami perisakan dari sang guru berinisial BB pada 31 Agustus 2017. Lantas, apa motifnya?

Ayah kandung korban, Yosep Lango (61), mengaku anaknya yang berumur 16 tahun tersebut dihina lantaran sang guru tak terima kakak korban berpacaran dengan anak pelaku.

Pada 28 Agustus 2017, kakak dari FK ke mes guru tersebut dan bertemu dengan anak pelaku bernama Natalia Sola, yang juga merupakan teman kelas FK. Hal inilah yang menyebabkan kemarahan BB.

"Kenapa FK yang dihina, apalagi sampai keluarkan kata-kata sadis di depan kelas dan itu dilakukan berulang-ulang," ucap Yosep kepada Liputan6.com di RSUD WZ Johannes, Kupang, beberapa hari lalu.

Menurut Yosep, racun yang ditelan anaknya tidak banyak karena sebagian disembur keluar. Proses pengobatan anaknya sudah menelan banyak biaya dan ditanggung sendiri. Dia meminta guru yang menghina anaknya turut bertanggung jawab.

"Saya minta dipecat karena tidak pantas jadi guru. Dia juga harus kembalikan seluruh biaya pengobatan anak saya," Yosep menambahkan.

Kepala Sekolah SMPN 2 Satap Waiwaru, Bernadus Atawadan, mengatakan pihak sekolah akan menggelar rapat dengan Komite Sekolah guna menentukan nasib BB. "Intinya pihak sekolah tetap memberi sanksi, yang paling berat dipecat," Bernadus menegaskan.

Guru yang diduga mengakibatkan sang murid mencoba bunuh diri dengan minum racun itu berstatus honorer. Bernadus pun pernah menegur guru itu lantaran kerap berperilaku kasar terhadap siswa.

"Yang bersangkutan pernah saya tegur, tetapi tidak diindahkan. Buktinya, salah satu siswa dirawat rumah sakit karena ulah dia," kata Barnabas.

3 dari 3 halaman

Kronologi Hinaan Guru Berujung Minum Racun

Kasus perisakan nyaris merenggut nyawa seorang siswa SMP Negeri 2 Satu Atap Waiwaru, Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Siswa berinisial (FK) itu dilarikan ke rumah sakit setelah mencoba bunuh diri dengan minum racun.

FK nekat menenggak cairan racun rumput karena merasa malu dihina oleh gurunya berinisial BB selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

"Sudah dua kali dia menghina saya. Pertama waktu saya bawa handphone ke sekolah. Kejadian ini dilakukan juga di depan kelas, di hadapan teman-teman," ucap FK kepada Liputan6.com, Sabtu, 2 September 2017.

Puncaknya pada 31 Agustus 2017, guru Bahasa Indonesia tersebut kembali menghina FK. Sang guru mengeluarkan kalimat hinaan yang membuat siswa kelas III SMP Satap Waiwaru tersebut merasa malu.

"Dia bilang saya punya rumah seperti kandang babi. Lalu, saya keturunan atau anak dari orangtua tidak jelas," tutur korban.

Tak hanya itu, sang guru juga menghina makanan yang dikonsumsi muridnya tersebut. "Makanan saya seperti makanan babi. Dia hina saya di depan murid lain di dalam kelas. Selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung," FK membeberkan.

Bahkan, saat pelajaran Bahasa Indonesia, guru itu bukan menjelaskan tentang materi pelajaran, melainkan terus menghina FK. Akibatnya, saat jam pelajaran usai, FK langsung kembali ke rumah dan nekat menenggak racun.

Beberapa siswi yang datang menjenguk FK di rumah sakit mengatakan, saat guru tersebut menghina korban, mereka semua ikut menangis. "Penghinaan itu terlalu sadis. Karena kasihan, kami ikut menangis dalam kelas," tutur salah seorang siswi yang meminta namanya tidak ditulis.