Liputan6.com, Garut - Setahun yang lalu, tepatnya pada 20 September 2016, amukan banjir bandang Garut menimbulkan petaka dan penderitaan di kabupaten di Provinsi Jawa Barat tersebut. Buat melawan dan mengenang kedahsyatan musibah besar itu, sejumlah jurnalis media cetak, online, dan televisi di Garut, meluncurkan buku bertajuk Cimanuk Ngamuk.
Kegiatan yang diinisiasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) perwakilan Garut ini, mengulas laporan para jurnalis di lapangan saat bencana berlangsung. Buku ini sekaligus refleksi bagi masyarakat atas bencana yang menewaskan hingga puluhan orang tersebut.
Feri Purnama, salah satu penyusun buku Cimanuk Ngamuk mengatakan, buah karya setebal 200 halaman lebih itu adalah kumpulan berita yang telah dipublikasikan di seluruh media.
Idenya, imbuh dia, berawal dari gagasan dan obrolan para wartawan media cetak maupun elektronik yang berpandangan alangkah baiknya karya-karya jurnalistik tidak hanya dimuat di media masing-masing.
Baca Juga
"Tetapi dapat menjadi sebuah buku yang dapat dibaca, dikenang, dan diingat kapan saja," ucap dia saat peluncuran buku Cimanuk Ngamuk di Gedung Fekon Universitas Garut, pada Rabu, 20 September 2017.
Selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan, buku tersebut bertujuan mengenang peristiwa banjir terbesar dalam sejarah Kabupaten Garut itu.
"Artinya Sungai Cimanuk dan lingkungan sekitarnya harus dijaga dengan baik oleh manusia agar dapat terus memberikan kehidupan dan menjaga keselarasan alam," ujar wartawan Kantor Berita Antara itu menambahkan.
Dalam peluncuran yang dikemas melalui sesi tanya jawab antara peserta dan beberapa narasumber itu, isi buku memberi pesan bahwa semua pihak harus bijak dalam menyikapi bencana banjir bandang Garut akibat luapan Sungai Cimanuk.
Advertisement
"Semoga banyak hikmah yang bisa kita dapat setelah membaca buku ini," dia berharap.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Jadi Dokumen Penting
Adapun kover buku Cimanuk Ngamuk memperlihatkan wanita yang tengah duduk telungkup di belakang reruntuhan puluhan rumah yang disapu banjir.
Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa buku tersebut memuat sejumlah informasi mengenai latar belakang, faktor hingga dampak yang ditimbulkan dari musibah akbar tersebut.
Ketua PWI Garut, Aef Hendy menambahkan, kehadiran buku Cimanuk Ngamuk itu diharapkan menjadi dokumen penting masyarakat Garut.
Dahulu sekitar 50 tahun lalu, sebenarnya pernah terjadi banjir bandang yang cukup besar pula.
"Tapi tidak ada data autentik, makanya kami prihatin bagi masyarakat atas kurangnya informasi dan dokumen tersebut," ujarnya.
Dengan kehadiran buku sejarah ini, generasi mendatang memiliki informasi yang lengkap, sehingga tergugah untuk melestarikan alam sekitar.
"Buku ini mengingatkan masyarakat agar alam itu dijaga dan tetap lestari, sehingga tetap berkesinambungan buat keturunan kita yang akan datang," tutur Aef.
Adapun berdasarkan Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat 34 orang meninggal, 19 orang hilang, dan 35 orang terluka akibat bencana itu.
Sementara, sebanyak 6.361 warga harus mengungsi. Tercatat pula sekitar 2.511 rumah rusak berat dan ringan, serta 100 rumah hilang akibat tersapu banjir bandang Garut.
Advertisement