Liputan6.com, Luwu Timur - Maria Ulfa namanya. Ia masih mengenyam pendidikan di SMA Mahalona, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Saat masih kelas 3 SMP, ia kehilangan penglihatan mata kirinya karena tertusuk ranting. Lambat laun, penglihatan di mata kanannya juga tak berfungsi.
"Waktu SMP mata kiri saya tertusuk kayu kecil. Tidak lama pelan-pelan mata kanan sata juga sudah tidak bisa melihat," ungkap Maria Ulfa, beberapa waktu lalu.
Satu-satunya jalan agar ia dapat melihat lagi adalah dengan cara operasi mata. Saking inginnya bisa melihat lagi, ia berniat menjual ginjalnya demi mendapat biaya untuk membayar operasi matanya.
Surat terbuka pun ia buat. Isinya, ia rela melepas ginjalnya demi uang untuk operasi mata.
"Saya sudah buat surat terbuka. Siapa saja mau beli ginjal saya mau jual, asal bisa operasi mata," kata anak kedua dari lima bersaudara itu.
Baca Juga
Advertisement
Maria tak terlahir di keluarga berada. Ayahnya, Damanhur, hanya bekerja serabutan. Kadang-kadang ia jadi tukang bersih-bersih di pasar. Itu pun jika ada pedagang pasar yang meminta lapaknya dibersihkan.
Pemerintah Kabupaten Luwu Timur yang mendapatkan kabar mengenai surat terbuka Maria Ulfa langsung merespons cepat. Wakil Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam, lantas menjemput Maria Ulfa di kediamannya. Irwan membawa remaja itu ke Rumah Sakit Umum Daerah I Lagaligo, di Kecamatan Wotu, Luwu Timur, untuk memeriksakan matanya.
"Iya saya dengar dia (Maria Ulfa) mau jual ginjal untuk operasi mata, makanya kita langsung jemput untuk periksakan matanya," kata Irwan.
Dari hasil pemeriksaan, dokter ahli mata menyatakan bahwa mata kanan Maria sama sekali sudah tak lagi bisa melihat karena mengalami pergeseran kornea mata, sementara mata kirinya hanya bisa melihat dalam jarak pendek.
"Kita senter bola mata kanannya, dia mengaku sama sekali tidak bisa melihat, ada pergeseran kornea. Sementara, mata kirinya masih bisa melihat, tapi hanya jarak dua jengkal," terang dr Suhaedi.
Suhaedi menuturkan, penyakit mata yang diderita Maria tergolong langka. Pelajar perempuan itu harus dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo, Kota Makassar, untuk menjalani operasi mata karena peralatan di RS I Lagaligo tak cukup memadai.
"Ini masuk kategori penyakit langka. Ini harus ada tindakan medis yang tepat, sementara peralatan kita sangat standar. Oleh karena itu, pasien harus dirujuk ke Makassar," ucap Suhaedi.
Mengetahui anaknya akan segera menjalani operasi, Damanhur, ayah Maria, merasa sangat bahagia. Ia berterima kasih atas perhatian yang diberikan oleh pemerintah terhadap anaknya.
"Terima kasih atas bantuannya. Saya sangat bersyukur dan berharap putri saya bisa melihat kembali dengan normal," ucapnya.
Â