Sukses

Benarkah Kerbau Bule yang Dikirab 1 Sura di Keraton Solo Bertuah?

Keraton Solo menggelar kirab pusaka malam 1 Sura dengan cucuk lampah kerbau bule sebagai barisan paling depan.

Liputan6.com, Solo - Keraton Kasunanan Surakarta menggelar kirab pusaka pada malam 1 Sura yang bertepatan dengan malam Jumat kliwon, 21 September 2017. Sebanyak 19 pusaka diarak keliling kawasan keraton dengan kawalan barisan cucuk lampah berupa tujuh ekor kerbau bule keturunan Kyai Slamet.

Puluhan ribu orang memadati kawasan yang dilalui kirab pusaka Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo. Kirab yang dimulai dari Kori Kamandungan itu melintasi alun-alun utara-Gladag-Jalan Mayor Kusmanto-Jalan Kapten Mulyadi-Jalan Veteran-Jalan Yos Sudarso-Jalan Slamet Riyadi dan kembali ke keraton.

Kirab pusaka itu dimulai dari keraton sekitar pukul 22.45 WIB dengan ditandai hadirnya rombongan kerbau bule dari kandangnya di Alun-alun selatan menuju Kori Kamandungan.

Sang pawang sedang mengalungi kalung kembang melati dan kanthil di leher kerbau bule yang akan dikirab di Keraton Kasunanan Surakarta,Kamis malal(21/9).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Dalam kirab pusaka malam 1 Sura, kerbau bule pun bersolek. Kerbau itu pun dikalungi kembang melati dan kanthil. Tak hanya itu, sejumlah sesaji dan uba rampe juga dipersembahkan di depan Kori Kamandungan untuk kerbau bule yang akan memimpin kirab pusaka.

Keberadaan kerbau albino itu diyakini memiliki tuah bagi sebagian masyarakat. Tak pelak, mereka rela berebut untuk mendapatkan sisa pakan kerbau berupa ketela, pisang, dan lainnya ketika rombongan cucuk lampah itu berjalan meninggalkan halaman keraton.

Kirab kerbau bule selalu identik dengan kirab pusaka di Keraton Kasunanan Surakarta yang digelar setiap perayaan malam 1 Sura yang digelar pada Kamis malam (21/9).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Sedangkan di barisan belakang, terdapat rombongan ribuan abdi dalem yang mengenakan beskap hitam lengkap untuk laki-laki dan busana kebaya hitam untuk perempuan. Mereka berbaris untuk mengarak pusaka milik keraton yang dikirab pada malam 1 Sura.

Berdasarkan hitungan iring-iringan pusaka yang dikirab, pawai itu mengarak sebanyak 19 pusaka yang dikeluarkan pihak keraton. Masing-masing pusaka diarak oleh serombongan abdi dalem. Mereka juga membakar dupa dan menyan serta membawa lampu petromak dan obor api.

Para abdi dalem sedang membawa salah satu pusaka yang dkirab pada malam 1 Suro di Keraton Kasunanan Surakarta,Kamis malam (21/9).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Dalam kirab pusaka malam 1 Sura itu, juru bicara Keraton Kasunanan Surakarta Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Benowo mengatakan kerbau bule menjadi barisan cucuk lampah dalam kirab.
"Jumlahnya hanya tujuh ekor kerbau bule yang dikeluarkan. Kalau banyak jumlahnya, nanti repot mengurusinya," kata dia di Keraton Solo, Kamis malam, 21 September 2017.

Meskipun sebagian masyarakat menyakini bahwa kerbau tersebut memiliki tuah, Benowo berpendapat kerbau keturunan Kyai Slamet itu hanya kerbau biasa. "Kerbau Kyai Slamet itu kerbau biasa tidak ada apa-apa. Hanya salah persepsi saja soal itu (tuah)," kata dia.

Para abdi dalem dengan membawa lampu petroma dan obor api untuk mengawal kirab pusaka yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis malam (21/9).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Menurut cerita, kerbau bule awalnya merupakan hadiah dari Raja Bone di Sulawesi yang dipersembahkan kepada Raja Keraton Solo. "Terus di sini kerbau itu dipelihara dan beranak jadi sampai sekarang masih hidup," ungkapnya.

Perihal pusaka milik keraton yang dikirab pada malam 1 Sura, Benowo menyebutkan terdapat 19 pusaka yang dikeluarkan dari tempat penyimpanan di keraton. Padahal, dalam kirab sebelumnya jumlah pusaka hanya sekitar tujuh pusaka.

"Jumlah maksimal pusaka yang dikeluarkan dalam kirab sebanyak 13 pusaka. Tapi dalam kirab kali ini jumlah pusaka yang dikirab 19 pusaka yang terdiri dari 18 pusaka tombak dan 1 trisula. Ini kejutan yang diberikan Sinuhun," katanya.

Para abdi dalem dari berbagai daerah di luar Solo mengikuti prosesi kirab pusaka pada malam 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis malam (21/9).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Sementara itu, kerabat keraton lainnya, KGPH Dipokusumo mengatakan tak hanya kirab pusaka keliling keraton, sejumlah ritual juga dilakukan di dalam tembok istana keraton saat kirab tersebut berlangsung. Mereka yang tidak ikut kirab akan bersemedi di dalam keraton.

"Selain semedi atau meditasi, yang kedua adalah melaksanakan salat Hajat di Masjid Puromosono," jelas dia.

Dipo menambahkan, setelah iring-iringan kirab pusaka kembali masuk keraton, prosesi selanjutnya berdoa bersama di gudakan paringrat. Doa bersama itu akan selesai saat tibanya waktu salat Subuh.

"Doa bersama dilakukan untuk mendoakan wilujeng dalem Sinuhun dan garwo (istri), putra dalem, sederek dalem, sentana dalem dan abdi dalem. Selain itu juga doa untuk wilujeng Negara Kesatuan Republik Indonesia seisinya. Inti isi doanya seperti itu," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini: