Liputan6.com, Pandeglang - Matahari pagi mulai menyapa Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Cahaya menembus ranting-ranting pohon tempat tinggal empat anak badak bercula satu. Keempat anak badak ini usianya baru setahun. Mereka dilahirkan pada tahun 2016 lalu.
Pihak TNUK baru memberi nama keempat anak badak bercula satu itu. Hal ini untuk mempermudah pengidentifikasian perkembangannya.
Advertisement
Baca Juga
"Habitat alaminya (badak bercula satu) cuma ada di sini di dunia. Salah satu target kita menaikkan populasi badak Jawa sebanyak 20 persen," kata Wiratno, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), yang ditemui di resort Legon Pakis, TNUK, Jumat, 22 September 2017.
Tentunya, nama-nama yang diberikan kepada keempat satwa langka ini bukan sembarang nama. Ada makna di balik nama tersebut.
Nama badak pertama yaitu Prabu, yang merupakan anak dari induk Sinta. Prabu bermakna raja yang kuat. Nama badak kedua adalah Manggala, diambil dari tokoh Kesultanan Banten bernama Raden Manggala yang merupakan putra ke-3 Sultan Muhamad Arief Zaenul Asyikin yang juga merupakan nama gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Kedua anak badak ini berjenis kelamin jantan.
Sementara itu, anak badak berjenis kelamin betina diberi nama Irna, sesuai nama Bupati Pandeglang bernama Irna Narulita. Lalu nama lainnya yakni Mayang, diambil dari nama tokoh Pajajaran Nyai Kentring Manik Mayangsunda yang merupakan istri dari Prabu Siliwangi, sekaligus merupakan nama salah satu sungai yang ada di TN. Ujung Kulon yaitu Sungai Cimayang.
Wiratno menambahkan, berdasarkan data Taman Nasional Ujung Kulon, jumlah badak bercula satu yang ada di taman tersebut totalnya 67 ekor. "Data terakhir ada 67 individu, 30 jantan dan 37 betina," dia memungkasi.
Â
Simak video pilihan berikut ini: