Sukses

5 Langkah Penyelamatan bila Gunung Agung Meletus

Langkah-langkah penyelamatan jika Gunung Agung meletus ini disampaikan Kepala BNPB, Willem Rampangilei.

Liputan6.com, Klungkung - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, menegaskan, salah satu bahaya dari letusan gunung api seperti Gunung Agung adalah semburan debu vulkanik.

"Gunung api itu yang bahaya adalah awan panasnya. Tidak ada obatnya itu. Kalau kita bersembunyi akan kena," ucap Willem saat dihubungi Liputan6.com dari Klungkung, Bali, Rabu (27/9/2017).

Lantaran itulah, evakuasi adalah satu-satunya jalan bagi warga sesuai radius zona merah yang direkomendasikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). "Untuk Gunung Agung sesuai yang direkomendasikan radiusnya, yaitu 9 kilometer dan sektoralnya 12 kilometer," tutur dia.

Evakuasi sebagai langkah penyelamatan pertama itulah yang kini terus diupayakan oleh satuan tugas (satgas) gabungan. Mereka menyisir di zona merah Gunung Agung sesuai rekomendasi PVMBG. Penyisiran itu untuk memastikan areal tersebut benar-benar tak ada lagi penduduk yang bertahan.

Langkah penyelamatan kedua, warga diimbau agar menggunakan masker jika Gunung Agung meletus. Bila tak ada masker, Willem menyarankan agar menggunakan baju atau handuk. Namun, basahi dulu baju atau handuk itu, baru kemudian digunakan untuk menutup hidung. Sebab, bahaya sekali jika debu vulkanik terhirup.

"Kami sudah siapkan satu juta masker yang didistribusikan di masing-masing pos pengungsian," ia menambahkan.

Langkah penyelamatan berikutnya, warga diminta untuk menggunakan kacamata. Sebab, debu vulkanik pasti akan membawa kotoran yang dapat membuat kita sulit melihat. Kacamata berfungsi untuk menangkal kotoran masuk ke dalam mata kita.

Sebagai langkah keempat, Willem meminta pula warga terus aktif meng-update informasi yang dikeluarkan pihak berwenang terkait tanggap darurat Gunung Agung yang berstatus Awas (Level IV) sejak Jumat, 22 September 2017 pukul 20.30 Wita.

BNPB sendiri sudah menyebarkan berbagai macam informasi melalui pamflet-pamflet yang banyak ditempel di titik-titik strategis. "Kita sudah buat pamflet sebagai informasi tentang banyak hal dan ditempel di berbagai lokasi strategis," katanya.

Langkah penyelamatan terakhir, Willem mengimbau pula agar warga memperhatikan tanda-tanda bahaya yang telah dipasang oleh institusinya. Ada pula sirene yang sudah dipasang BNPB di lima titik strategis bagi para pengungsi atau warga sekitar Gunung Agung.

"Kalau nanti mendengar bunyi sirene, maka masyarakat harus ke luar rumah dan mengikuti instruksi petugas menuju tempat aman. Kami sudah pasang sirene di lima titik," ucap dia.

Nantinya, sirene itu diserahkan tanggung jawabnya kepada PVMBG. "Mereka yang tahu mekanismenya kapan harus ditekan sirine itu, siapa yang menekan dan bagaimana sistem komunikasinya. Jadi, itu yang perlu diperhatikan warga jika Gunung Agung meletus," Kepala BNPB memungkasi imbauan terkait langkah-langkah penyelamatan bila Gunung Agung meletus.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Jumlah Pengungsi Tembus 96 Ribu Jiwa

Aktivitas vulkanik Gunung Agung di Bali, masih tetap tinggi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, Rabu ini hingga sore tadi sekitar pukul 18.00 Wita, terpantau 329 kali gempa vulkanik dangkal, 444 kali gempa vulkanik dalam, dan 56 kali gempa tektonik lokal terjadi.

Secara visual asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50 meter di atas kawah puncak. "Jumlah gempa ini lebih banyak daripada Selasa kemarin. Bahkan gempa dirasakan juga meningkat," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis, Rabu (27/9/2017).

Sutopo menjelaskan, pergerakan magma mendekati permukaan terus berlangsung. Peluang terjadinya letusan cukup besar, tapi tidak dapat dipastikan kapan Gunung Agung akan meletus secara pasti.

Seiring dengan meningkatnya kegempaan Gunung Agung, jumlah pengungsi terus bertambah. Merujuk data BNPB, hingga Rabu sore tadi, pengungsi mencapai 96.086 jiwa di 430 titik pengungsian di sembilan kabupaten/kota.

Penyebaran pengungsi tersebut adalah di Kabupaten Badung, 15 titik (5.879 jiwa); Kabupaten Bangli, 30 titik (5.076 jiwa); Kabupaten Buleleng, 26 titik (16.901 jiwa); Kota Denpasar, 27 titik (2.539 jiwa); Kabupaten Gianyar, 13 titik (1.011 jiwa); dan Kabupaten Jembrana, 29 titik (514 jiwa).

Sementara penyebaran pengungsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, ada di 100 titik (39.859 jiwa); Kabupaten Klungkung, 162 titik (19.456 jiwa); dan Kabupaten Tabanan, 27 titik (4.851 jiwa).

"Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena belum semua pendataan selesai dilakukan," Sutopo menambahkan.