Liputan6.com, Kebumen - Siang itu Samirun (60) hendak masuk ke rumah seusai pulang dari ladang. Namun, ia mendapati rumah terkunci. Lantas, ia berusaha mencari istrinya, Kartiyem (60) yang disangkanya pergi keluar rumah.
Lantaran tak menemukan Kartiyem di lingkungan sekitar, Samirun khawatir, hal buruk menimpa istrinya. Ia pun nekat mendobrak pintu. Kecurigaannya benar, Samirun menemukan istrinya meninggal dunia dengan kondisi terlilit tali jemuran di kusen kamarnya.
Belakangan, Samirun bercerita kepada polisi, istrinya tiga kali ini berupaya bunuh diri. Namun, sebelumnya, dua di antaranya, Kartiyem bisa diselamatkan. Itu sebab, di aksi ketiga ini, diduga Kartiyem sengaja mengunci pintu rapat-rapat.
Advertisement
Keterangan Samirun cocok dengan hasil penyelidikan Inafis Polres Kebumen. Korban dinyatakan murni meninggal kehabisan napas akibat lehernya terlilit tali. Polisi tidak menemukan tanda-tanda penganiayaan pada tubuh korban.
Rupanya, kejadian bunuh diri di Desa Desa Pohkumbang Kecamatan Karanganyar Kabupaten Kebumen, Senin, 25 September 2017 itu, bukan satu-satunya yang terjadi di Kebumen. Kepolisian Kebumen mendata, selama September terjadi tiga peristiwa bunuh diri. Bahkan, pada Agustus, lima bunuh diri terjadi di Kebumen.
Baca Juga
"Pada Agustus lalu, ada lima orang yang nekat melakukan aksi gantung diri, yaitu pada tanggal 6 Agustus warga Kecamatan Klirong, 11 Agustus warga Puring, 16 Agustus warga Kecamatan Rowokele, 22 Agustus warga Kecamatan Buayan, terakhir, 30 Agustus warga Kecamatan Kutowinangun," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Kebumen, AKP Willy Budiyanto, Kamis, 28 September 2017.
Sementara, pada September ini, tercatat ada tiga orang yang nekat melakukan hal serupa. Sebelum peristiwa Kartiyem, kasus yang sama juga terjadi pada tanggal 5 dan 15 September, yang dilakukan oleh warga Kecamatan Sempor dan Karanggayam.
Lebih lanjut Willy menerangkan, dari hasil penyelidikan dan keterangan saksi-saksi di lokasi kejadian, maraknya bunuh diri di Kebumen sebagian besar lantaran korban mengalami depresi akut. Beberapa di antaranya, akibat sakit menahun yang tak kunjung sembuh. Sementara, lainnya karena memang sakit jiwa.
Menurut Willy, itu termasuk kasus bunuh dirinya Kartiyem, yang didiagnosis menderita depresi berat sehingga berkali-kali berupaya bunuh diri. Hal itu diperkuat dengan riwayat pengobatan yang ditemukan, dan keterangan keluarganya.
"Penuturan sang suami, korban menderita depresi halusinasi. Mungkin itu salah satu alasan, sehingga korban nekad mengakhiri hidupnya," Willy menerangkan.
Atas kejadian itu, Willy mengimbau agar masyarakat tak mencari jalan pintas untuk mengakhiri hidup. "Kita harus sadar bahwa perbuatan bunuh diri merupakan perbuatan yang keji dan tidak dibenarkan oleh agama," Willy memungkasi.
Saksikan video pilihan berikut ini!