Liputan6.com, Malang - Kepolisian menduga ada faktor human error atau kesalahan manusia yang menyebabkan tujuh orang tewas akibat keracunan asap atau karbon dioksida (CO2) dari genset di dalam ruang pertemuan Balai Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Kepala Unit Reserse Kriminalitas (Kanit Reskrim) Polsek Poncokusumo, Aiptu Andik Risdianto, mengatakan bahwa tim Laboratorium Forensik Mabes Polri cabang Surabaya sudah mengolah tempat kejadian perkara (TKP). Terutama, memastikan kebenaran racun CO2 sebagai penyebab tewasnya ketujuh pekerja tersebut.
"Balai desa sementara ini kami tutup untuk kepentikan penyidikan. Dugaan sementara memang karena racun CO2, tapi kepastiannya tunggu hasil laboratorium forensik," ucap Andik, di kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar, Malang, Jumat, 29 September 2017.
Advertisement
Sejauh ini, kepolisian sudah meminta keterangan enam saksi, mulai dari Kepala Desa Ngadas, pengawas para pekerja sampai warga saksi yang pertama mengetahui tujuh orang itu tewas di dalam ruangan.
Baca Juga
"Kalau dugaan awal berdasarkan keterangan saksi, ini human error. Operator genset itu sendiri kan juga jadi korban," katanya.
Adapun seluruh jenazah korban keracunan asap genset sudah dibawa ke Kamar Mayat RS Syaiful Anwar Malang. Namun, pihak keluarga korban menolak adanya autopsi, sehingga hanya bisa dilakukan visum luar. Jenazah segera diantar ke rumah masing-masing korban ketika proses visum selesai.
"Pihak keluarga menolak autopsi lengkap, jadi hanya bisa visum luar dan mengambil contoh darah korban," tutur Andik.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Posisi Terakhir Saat Ditemukan Tewas
Tujuh pekerja tewas di ruang pertemuan Balai Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Diduga, mereka tertidur di ruang tertutup dan lupa mematikan genset, sehingga menghirup karbon dioksida (CO2).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Bagyo Setyono mengatakan, posisi masing-masing korban saat pertama ditemukan menunjukkan dalam posisi tidur hingga tak sadar menghirup asap genset.
Posisi saat ditemukan, ada yang duduk, ada pula yang seperti tiduran berselimut. "Mungkin saat itu mereka tertidur dan tanpa sadar menghirup asap beracun itu," ucap Bagyo di kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar, Malang, Jumat, 29 September 2017.
Ketujuh korban itu antara lain Hasrul Purnomo, warga Kedungpring, Lamongan dan M Yusuf warga Samaan, Klojen, Kota Malang. Keduanya adalah operator tower Telkomsel. Sedangkan lima korban lainnya adalah para pekerja bangunan Balai Desa Ngadas.
Kelima pekerja itu adalah Ahmad Syaifudin, Nur Rokhim, Imam Syafii, dan Irawan, warga desa Wonorejo, Poncokusumo Kabupaten Malang, serta Jumadi, warga Turen, Kabupaten Malang.
Bagyo menambahkan, genset itu milik Telkomsel sebagai cadangan energi jika listrik padam. Genset dan operator sudah ada sejak 2015 sebagai penguat sinyal komunikasi saat aktivitas vulkanik Gunung Bromo meningkat.
"Ruang pertemuan itu memang tertutup. Knalpot genset pendek, maka uapnya tak bisa langsung terbuang ke luar," tutur Bagyo.
Advertisement