Sukses

Bentangan Kain 60 Meter Semarakkan Pawai Hari Batik di Banyumas

Banyak pihak terlibat untuk melukis kain batik sepanjang 60 meter yang diarak dalam pawai memperingati Hari Batik Nasional di Banyumas.

Liputan6.com, Banyumas - Kain batik tulis dengan warna dasar hitam bercorak kuning keemasan sepanjang 60 meter diarak dalam dalam pawai peringatan Hari Batik Nasional 2017 di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (2/10/2017).

Di antara ratusan peserta dari berbagai kalangan yang turut dalam pawai batik, merekalah yang paling mencolok. Sekitar 20 orang terlibat dalam pengarakan kain batik puluhan meter yang hari ini cukup menyita perhatian.

Pawai Batik dilepas oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Bupati Banyumas, Achmad Husein, seusai upacara di Alun-Alun Purwokerto. Panitia Peringatan Hari Batik Nasional dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) Banyumas, Sarikin, mengatakan kain batik ini dipersiapkan setahun terakhir usai peringatan Hari Batik Nasional 2016.

Batik bermotif pewarnaan dasar hitam pekat itu merupakan inisiatif Bupati Banyumas, Achmad Husein, menyambut Hari Batik Nasional kali ini. "Kemarin kan baru diawali oleh Pak Bupati pada waktu itu, pada tahun 2016. Sekarang sudah dijadikan," katanya.

Sarikin menjelaskan, banyak pihak yang terlibat untuk melukis kain batik sepanjang 60 meter tersebut. Di antaranya, Bupati Banyumas, Wakil Bupati, Dewan Kesenian Daerah, Dinperdindagkop Banyumas, hingga siswa SMA 1 Sokaraja.

Ciri Khas Banyumas

Dia mengemukakan, peringatan Hari Batik Nasional kali ini juga diisi pawai seluruh produk khas Banyumas oleh sejumlah instansi pemerintah, swasta, dan pelajar. "Khusus untuk Kabupaten Banyumas memang mengadakan seperti ini. Bentuknya upacara dan pawai batik," Sarikin menambahkan.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan batik Banyumas memiliki ciri khas yang dikenal secara nasional. Selain desain bagus dan beragam, batik juga dibuat semua level masyarakat, kalangan atas maupun bawah hingga pelajar SMA.

"Banyumas juga memiliki SLTA yang peduli terhadap perkembangan batik," ujar Ganjar, yang juga mengunjungi SMA 1 Sokaraja, yang memiliki minta khusus batik.

Ganjar mengemukakan, motif batik Banyumas memiliki ciri pedalaman yang berbeda dengan ciri khas pesisir. Antara lain, corak lebih gelap dengan gambar tegas dan lugas yang memiliki filosofi apa adanya (cablaka) khas Banyumas.

Motif Banyumasan dikenal menjunjung tinggi nilai kebangsaan. Punya ciri pedalaman dan bukan pesisir. "Khas pedalaman adalah corak lebih gelap dengan gambar tegas dan lugas yang punya filosofi apa adanya khas warga Banyumas," dia menerangkan.

Ganjar menambahkan, Banyumas dikenal sebagai daerah yang amat menghargai produk lokal dan ciri khas daerahnya. Selain batik yang dipakai di hari-hari tertentu dengan berbagai motif yang berbeda, Banyumas juga dikenal sebagai daerah yang memakai baju khas Banyumasan tiap hari Kamis.

 Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Pelajar SMP Bantul Gelar Peragaan Busana di Jalan

Sementara di Daerah Istimewa Yogyakarta, para pelajar SMPN 1 Bantul menggelar peragaan busana di jalan untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada Senin (2/10/2017). Acara bertajuk "Batik Fashion Show on the Street" berlangsung di perempatan Klodran, Jalan Jenderal Sudirman, Bantul, mulai pukul 07.00 hingga 21.00 WIB.

Kolaborasi angklung dan gamelan Jawa mengiringi langkah kaki para pelajar yang beraksi bak model di panggung cat walk. Busana batik yang mereka pakai merupakan hasil desain pelajar sendiri.

Selain memamerkan busana batik, para pelajar juga mengampanyekan mencintai dan melestarikan batik lewat poster yang mereka bawa. Tulisannya beragam, seperti "Ini Batikku Batikmu Mana", "Bangga Karya Anak Bangsa", "Batik HC for You", dan "Pakai Batik Tetap Bangga".

"Murid mendesain sendiri dan yang menjahit adalah salah satu guru di sekolah yang kebetulan punya usaha jahit," ujar Tri Kartika Rina, Kepala Sekolah SMPN 1 Bantul.

Ia menuturkan, menanamkan karakter kepada murid bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melestarikan budaya serta tradisi bangsa.

Menurut Tri, pendidikan karakter untuk menumbuhkan nasionalisme tidak bisa instan, sehingga perlu cara yang berkelanjutan dan terus-menerus.

Natasya Herlita, peserta peragaan busana sekaligus siswi SMPN 1 Bantul menilai batik tidak kuno dan terkesan tua. Sebab, seiring dengan kemajuan teknologi dan desain, batik melahirkan pakaian yang trendi dan menyesuaikan zaman.

"Bahan enak, desain bagus, dan nyaman dipakai," kata Natasya.