Sukses

Ketika Puluhan Siswa TK Belajar Bikin Batik Khas Probolinggo

Dengan sangat antusias, calon penerus bangsa ini mendengarkan penuturan dari perajin batik secara langsung.

Liputan6.com, Probolinggo - Dalam rangka merayakan Hari Batik Nasional, puluhan siswa Raudlatul Athfal (RA) Umi Sundari, Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mengunjungi Sentra Batik Ronggomukti. Selain mengenalkan budaya bangsa, kegiatan itu untuk mengasah psikomotorik siswa.

Di sana, para siswa setingkat taman kanak-kanak ini oleh para guru dikenalkan dengan salah satu bentuk kebudayaan khas Indonesia, yakni batik tulis. Mereka diajari tata cara pembuatan batik, bahan-bahan batik, peralatan, motif, dan kain batik yang sudah jadi.

Dengan sangat antusias, calon penerus bangsa ini mendengarkan penuturan dari perajin batik secara langsung. Tak hanya penuturan secara lisan, siswa juga terlibat langsung dalam pembuatan batik.

"Senang bisa belajar membatik bersama teman-teman," ucap Fahreza Imam Rosyidi, salah satu siswa. Senin (2/10/2017).

Mereka tanpa canggung mendesain motif batik, sebagaimana pelajaran melukis di dalam kelas. Ada juga yang mencanting kain mori putih berukuran 225x115 centimeter yang sudah ada motifnya. Selain mendesain dan mencanting, siswa ini juga diajarkan cara memberi warga kain batik.

Dengan telaten satu per satu motif batik diwarnai. Motif yang dibuat adalah motif bunga, padi Gunung Bromo, buah mangga, dan anggur.

Para guru ingin mengasah psikomotorik siswa dengan mendesain dan menggambar di atas batik. Selain itu, pembelajaran secara langsung ini diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan anak didik terhadap budaya bangsa.

"Jadi kalau bunda-bundanya ingin mereka mengenal budaya Indonesia, maka kenalkan mereka dengan batik sejak dini karena batik adalah salah satu budaya warisan Indonesia," kata Lailatul Khomyah, salah satu guru.

Sentra Batik Ronggomukti memiliki beragam batik tulis dan batik kontemporer khas Probolinggo, Jawa Timur. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Perajin batik berharap peringatan Hari Batik Nasional menjadi momentum kebangkitan batik tulis indonesia. Apalagi, batik tulis saat ini kalah bersaing dengan batik printing dalam harga.

Sejauh ini, sebagian masyarakat tahunya semua yang bermotif batik itu adalah batik, padahal bukan. "Saya ingin di Hari Batik ini masyarakat tahu bahwa antara kain batik tulis dengan kain motif batik itu beda," ujar Eva Purnamasari, pemilik Galeri Batik Ronggomukti.

Batik Ronggomukti merupakan batik kontemporer khas Probolinggo yang menggambarkan kondisi alam, budaya, dan tradisi setempat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

2 dari 2 halaman

PNS Wajib Pakai Batik Khas Banyuwangi

Saat perayaan Hari Batik Nasional, seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, Jawa Timur, wajib menggunakan pakaian batik. Sebelumnya, Pemkab Banyuwangi memang menginstruksikan kepada semua jajarannya mengenakan batik pada Hari Batik Nasional.

Bila biasanya setiap Senin pegawai Pemkab Banyuwangi mengenakan seragam warna khaki, namun khusus pada Senin (2/11/2017) pagi, mereka mengenakan batik. Tak terkecuali Bupati Abdullah Azwar Anas, turut mengenakan pakaian batik khas Banyuwangi saat apel pagi di halaman Gedung Pemkab Banyuwangi.

Para PNS tersebut memakai beragam batik dengan motif khas Banyuwangi. Mulai gajah oling, kangkung setingkes, kopi pecah, paras gempal, dan lainnya.

"Saya sangat senang kalau kerja pakai seragam batik, praktis dan kebetulan punya persediaan banyak," ujar Merissa, salah seorang PNS.

Bahkan, bila menggunakan batik tulis terasa adem dan pas. "Apalagi motifnya yang soft begini," ia menambahkan.

Adapun Bupati Anas mengatakan, menyambut Hari Batik Nasional pihaknya memang menginstruksikan untuk mengenakan pakaian batik bagi PNS. Terlebih, batik adalah warisan budaya Indonesia.

"Bagi kami, batik juga menjadi identitas budaya. Dengan memakai batik. kami harap tumbuh kebanggaan kita terhadap tradisi luhung bangsa kita," tutur Bupati Anas.

Sebagai upaya mendorong dan melestarikan batik khususnya di daerah, Pemkab Banyuwangi telah mewajibkan kepada birokrasinya untuk memakai batik dua kali dalam seminggu.

Bupati Abdullah Azwar Anas saat berbincang dengan PNS yang mengenakan pakaian batik khas Banyuwangi, Jawa Timur. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Bentuk kepedulian lainnya, kata Anas, Banyuwangi konsisten menggelar berbagai ajang batik. Sejak lima tahun lalu, Banyuwangi memiliki ajang Banyuwangi Batik Festival (BBF). Sebuah ajang yang mempromosikan batik Banyuwangi agar dikenal masyarakat luas.

"BBF bukan sekadar ajang peragaan busana, namun ini upaya kami untuk mempertemukan perajin batik lokal dengan desainer nasional. Sehingga kreasi perajin batik kami lebih menarik," kata Anas.

Saat ini, lanjut Anas, usaha kecil dan menengah (UKM) batik di Banyuwangi, terus meningkat. Pada tahun 2012, baru ada sembilan perajin batik, kini berkembang menjadi 24 perajin. Motif batik pun terus berkembang, dari 24 motif klasik, kini berkembang menjadi 44 motif.

Hal ini, menurut Anas, menunjukkan perkembangan batik, baik dari sisi perajin maupun pemakai mengalami peningkatan. Ajang batik yang digelar Pemkab Banyuwangi pun memberikan dampak ekonomi yang terukur.

Untuk melesyarikan tradisi membatik ini, bahkan tiap tahun kami gelar lomba mencanting untuk kategori SD dan remaja," Anas memungkasi.