Liputan6.com, Indramayu - Mangrove adalah akar kehidupan masyarakat pesisir pantai di Indramayu. Namun, warga baru menyadari bahwa mangrove memberikan banyak manfaat bagi mereka setelah hal itu banyak tercerabut akibat abrasi.
Untuk menyelamatkan kehidupan, sejumlah warga giat mengampanyekan pentingnya mempertahankan mangrove. Latief termasuk di antara penggiat mangrove yang terkonsentrasi di kawasan Eco Wisata Mangrove Karangsong, Balongan, Kabupaten Indramayu.
Sasaran Latief dan kawan-kawannya adalah anak-anak sekolah. Namun, warga umum tak jarang diedukasi tentang cara menjaga mangrove.
Advertisement
"Ke warga sering dan hampir setiap hari kita selalu beri edukasi sekarang kami ingin edukasi mangrove masuk ke sekolah," kata Latief, Minggu, 27 Agustus 2017.
CSR RU VI Pertamina Balongan Indramayu Hanum Ilmi mengatakan kesadaran warga akan pentingnya menjaga mangrove sudah ada melalui pendidikan karakter. "Sekarang jadi bagian dari kearifan lokal, tapi belum jadi bagian dari pendidikan siswa," kata Hanum.
Baca Juga
Belakangan, Sekolah Mangrove didirikan di Kabupaten Indramayu. Sekolah Mangrove merupakan media edukasi yang menerapkan pelajaran ekstrakurikuler Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dengan tematik mangrove.
Dengan kemasan belajar di alam, minat para siswa mempelajari mangrove meningkat drastis. Selain belajar tentang jenis tanaman mangrove, anak-anak berkesempatan praktik menanam mangrove.
"Mereka saking senangnya sampai kami tidak kenal lelah," kata Hanum.
Dia menyebut, ada 29 jenis mangrove yang ditanam di Arboretum Mangrove, seluas 2 hektare itu. Selain mangrove, siswa juga bisa mengamati spesies burung yang menggantungkan hidup pada kawasan mangrove.
Jadi Muatan Lokal
Arboretum merupakan pusat pembelajaran keanekaragaman hayati dan budi daya mangrove yang dibangun pada Desember 2016. Dalam kegiatan ini, peserta merupakan perwakilan dari empat sekolah di Kecamatan Indramayu, yakni, SDN Pabean Udik II, SDN Pabean Udik III, SDN Karangsong II dan SDN Karangsong III.
"Kami sudah bekerja sama dengan Disdik dan sepakat menjadikan mangrove sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Kami juga sudah buat buku tentang mangrove untuk kelas 4 sampai kelas 6. Guru-guru kami buatkan workshop juga agar dijadikan kurikulum," sebut dia.
Dia berharap, salah satu pilot project Pertamina Balongan itu menjadi bagian dari mata pelajaran wajib yang diterapkan di sekolah dasar. "Sejauh ini, sudah ada tujuh sekolah yang kami ikutkan dalam program Sekolah Mangrove dan rencana bersama Disdik untuk menjangkau ke seluruh sekolah, khususnya di pesisir pantai di Indramayu," kata Hanum.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Indramayu, Jahirin mengatakan, pendidikan lingkungan di usia dini sangat penting diterapkan di sekolah. Meski belum menjadi mata pelajaran wajib, pelajaran lingkungan hidup mendapat jatah menjadi bagian dari ekstrakurikuler.
"Kami justru sepakat jika kurikulum tentang mangrove bukan hanya diterapkan di tingkat SD saja, tapi SMP juga perlu," kata dia.
Dia berjanji akan bekerja maksimal mengajak sekolah lain di pesisir Indramayu untuk ikut ekstrakurikuler tentang lingkungan hidup. Hal itu penting untuk menekankan pesan bahwa yang alam berikan saat ini hanyalah dipinjamkan.
"Ketika diabaikan kelestarian lingkungan, maka apa jadinya generasi yang akan datang," kata dia.
Jahirin setuju pemberian pengetahuan berbasis lingkungan harus dilakukan secara berkala. Maka itu, Disdik Kabupaten Indramayu menyatakan mangrove menjadi bagian dari muatan lokal di sekolah.
"Karena pengenalan lingkungan juga bagian dari pendidikan karakter jadi di samping ekstrakurikuler kita memiliki tanggung jawab moral juga untuk menjaga mangrove bersama-sama," kata dia.
Saksikan video pilihan berikut ini: