Sukses

Legenda Asal Mula Getuk Goreng Sokaraja

Berawal dari ketidaksengajaan, kini getuk goreng Sokaraja menjadi salah satu sumber kehidupan warga Banyumas.

Liputan6.com, Banyumas - Pada masa lalu, Sokaraja hanya dikenal karena dua hal, Soto Sokaraja dan galeri lukisan realis naturalis Indonesia molek, alias Mooi Indie. Bahkan, galeri lukis Sokaraja disebut sebagai yang terpanjang di Asia Tenggara.

Namun, itu dulu, pada masa kejayaannya, setelah kemerdekaan hingga akhir 1970-an. Pada akhir 1980-an, galeri untuk seniman-seniman realis naturalis itu mulai nyaris tinggal nama.

Entah mengapa, perlahan, galeri yang tadinya moncer dan menjadi buruan wisatawan Eropa itu lenyap, nyaris tak berbekas.

Kini, sepanjang Jalan Raya Sokaraja justru ramai dikunjungi wisatawan karena kuliner khasnya. Mereka rela memadati sebuah ruko meski penuh sesak untuk mencicipi getuk goreng. Berawal dari sebuah gerai, kini merek getuk goreng Sokaraja sudah mendunia.

Banyak pengusaha getuk dari berbagai daerah mencatut nama Sokaraja untuk merek dagangnya. Merek getuk goreng nan legendaris itu mewabah ke mana-mana, mulai sudut jalanan rusak kelas kota kecamatan di Cilacap, hingga jalanan padat Bandung.

Bahkan, di Brebes, yang kadung dicap sebagai kota telur asin pun, berdiri gerai getuk goreng Sokaraja. Perlahan tapi pasti, kuliner khas ini diakui sebagai kekayaan budaya Indonesia.

Kabar baik, getuk goreng Sokaraja ini bakal ditetapkan sebagai warisan budaya nasional bukan benda (intangible) oleh Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda dan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan, penghargaan tersebut diserahkan pada 4 Oktober 2017 di Jakarta. Hal ini membuat bangga warga Banyumas.

"Getuk goreng adalah salah satu oleh-oleh yang banyak dicari wisatawan. Sokaraja, adalah daerah asal kuliner ini," Deskart menerangkan, Jumat, 29 September 2017.

Dia menjelaskan, kuliner khas Banyumas ini diusulkan sebagai warisan budaya tak benda lantaran teknologi pembuatannya yang dianggap merupakan bagian dari budaya asli Indonesia.

 

Simak video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Kisah Unik Penemuan Getuk Sokaraja

Konon ceritanya, resep getuk goreng Sokaraja ini pertama kali ditemukan oleh Haji Sanpirngad pada masa kolonial Belanda, sekitar tahun 1918. Ia adalah seorang pedagang nasi rames. Dan getuk itu, sebenarnya hanya salah satu makanan yang disajikan di meja.

Tadinya, getuk-getuk itu disajikan dalam bentuk aslinya. Lantaran tak habis, dia memilih menggorengnya daripada membuangnya. Ternyata resep getuk goreng ciptaannya itu banyak disukai pembeli. Boleh dibilang, getuk goreng itu diciptakan secara tak sengaja.

"Getuk yang tidak laku digoreng daripada mubazir. Ternyata malah banyak yang suka. Lama kelamaan, getuk goreng lebih laris mengalahkan ramesnya," ucap Dossy Susan, salah satu cicit yang meneruskan usaha getuk goreng di Kecamatan Sokaraja.

Sejak saat itu, Sanpirngad mulai mengembangkan warung getuk goreng yang terpisah sama sekali dari warung nasi ramesnya. Bisa diperkirakan, warung getuk gorengnya justru berkembang lebih pesat. Maka, ia pun menutup warung rames dan beralih menjadi penjual getuk goreng pertama di Kecamatan Sokaraja.

Dossy adalah generasi keempat jaringan gerai getuk goreng yang seluruhnya merupakan keturunan Sanpirngad. Jauh sebelum itu, menantu Sanpirngad, Haji Tohirin lah yang berjasa lebih memopulerkan getuk goreng ini.

"Makanya, nama getuk goreng di keluarga kami bernama Getuk Goreng Haji Tohirin," dia menerangkan.

Kemudian lahirlah jaringan getuk goreng Haji Tohirin, yang kini menjadi semacam jaminan mutu. Di samping itu, masih banyak pula gerai terkenal lainnya, seperti jaringan getuk goreng asli dan beberapa merek dagang lainnya.

Dossy boleh berbangga hati, resep kuliner temuan keluarganya ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia. Ia juga bersyukur, resep getuk goreng yang diciptakan tak sengaja itu kini telah menjadi jalan hidup ribuan orang di Sokaraja dan seluruh Nusantara.