Sukses

Air Keruh Sungai Prukut untuk Pak Bupati

Pak Bupati yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang dan membuat air keruh tak bisa diserahkan. Bahkan, aksi itu berakhir dengan kekerasan.

Liputan6.com, Banyumas – Ratusan warga lereng selatan Gunung Slamet menggelar aksi jalan kaki dari depan gedung Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto menuju Pendopo Bupati. Sepanjang jalan, sejumlah demonstran membawa botol berisi air keruh dari Sungai Prukut.

Air keruh itu diambil langsung dari aliran Sungai Prukut dan dibawa sebagai bukti bahwa proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden telah berdampak besar terhadap lingkungan sekitar. Mereka hendak menunjukkan air keruh itu kepada Bupati Banyumas, Achmad Husein.

Mereka menuntut agar Bupati Banyumas, Achmad Husein menerbitkan rekomendasi supaya Gubernur Jawa Tengah menghentikan proyek tersebut. Pasalnya, berbagai dampak lingkungan terus terjadi pasca-eksplorasi PLTP dimulai pada Oktober 2017 lalu.

"Dampak air keruh itu sudah terjadi empat periode ini. Kalau air sendiri tidak bisa dipakai, tidak bisa dikonsumsi. Kami terpaksa membeli air galon," kata Koordinator Aksi Tolak PLTP, Sasongko, Senin, 9 Oktober 2017.

Selain itu, Sungai Prukut juga amat vital sebagai sumber air perikanan, peternakan, dan industri rumah tangga di bagian hilir. Sementara, untuk kegiatan MCK, warga terpaksa mencari sumber air yang tak terdampak.

Sasongko menjelaskan, dampak lainnya adalah semakin masifnya hewan endemik lereng Gunung Slamet turun ke ladang warga. Babi hutan, kijang, dan kera disebut semakin sering menyerang tanaman warga di tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan Cilongok, Karangkewas bagian atas, dan Kecamatan Sumbang.

"Yang ikut aksi sendiri, dari Kecamatan Cilongok hampir semua desa. Kalau Kecamatan Karanglewas atas, Desa Singalangu, Desa Semarmayang. Kalau Kecamatan Sumbang, Cibeureum sama Kebanggan. Di wilayah atas, hewan-hewan semakin sering merusak ladang warga," tuturnya menjelaskan.

Hingga siang menjelang sore, mereka belum juga bertemu dengan Bupati Banyumas karena disebut tengah menghadiri sebuah acara. Namun, mereka akan tetap bertahan di Pendopo Si Panji untuk sampai bertemu dengan bupati.

"Informasi yang kami dapatkan, Pak Bupati nanti malam akan menghadiri ajang pemilih Kakang Mbekayu. Berarti ada di Purwokerto. Kami akan bertahan," katanya menegaskan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Berakhir Ricuh

Aksi damai menolak proyek Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi (PLTP) Baturraden di depan gerbang Pendopo Sipanji Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah berakhir ricuh, Senin malam, sekira pukul 22.00 WIB.

Pada pukul 21.50 WIB, melalui pengeras suara memperingatkan massa membubarkan diri. Sebab, pukul 22.00 WIB waktu akhir demonstrasi hasil negosiasi.

Pukul 22.00 WIB, Perwakilan Aliansi Selamatkan Slamet lewat pengeras suara, meminta ada perwakilan dari Pemkab atau kepolisian untuk bernegosiasi ulang perihal waktu demonstrasi.

Akan tetapi, dari dalam pendopo, di mana polisi bersiaga, kembali terdengar peringatan agar peserta demonstrasi PLTP membubarkan diri, serta mengingatkan bahwa waktu perpanjangan demonstrasi yang hanya pukul 22.00 WIB telah habis.

Lantas, tiba-tiba sekitar pukul 22.00 WIB, ratusan polisi dan Satpol PP merangsak ke arah demonstran yang saat itu tengah duduk-duduk di Tenda Posko Perjuangan. Sejumlah demonstran ditarik paksa ke dalam pendopo. Ada pula, demonstran yang dipukul.

Sekitar 22.30 WIB, demonstran PLTP yang ditarik ke dalam pendopo diangkut keluar dari pendopo. Diduga mereka dibawa ke Polres Banyumas. Belum diketahui pasti berapa orang yang ditangkap. Sementara ini, baik dari kepolisian maupun Aliansi Selamatkan Slamet belum ada konfirmasi.