Liputan6.com, Karangasem - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, menjelaskan hingga kini belum ada tanda-tanda penurunan aktivitas Gunung Agung. ‎Rabu pagi tadi, Kasbani melanjutkan, cuaca relatif bagus dan Gunung Agung dapat terlihat dengan jelas.
"Tadi pagi relatif bersih, jadi dari bawah kita bisa melihat kondisi puncak ya. Tadi ada embusan asap putih setinggi 50-100 meter. Jadi masih ada uap air di sana," ucap Kasbani di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (11/10/2017).
Namun, dari data instrumen kegempaan dan deformasi belum ada perubahan. "Masih menunjukkan hal yang sama," katanya.
Advertisement
Kasbani menjelaskan, gempa vulkanik masih sangat tinggi. Bahkan, kemarin sepanjang hari, masih tinggi sekitar 800 gempa.
Baca Juga
"Gempa vulkanik dangkal dan dalam berada di dalam perut gunung itu. Jadi, aktivitas gunung ini masih sangat tinggi. Di dalamnya masih bergejolak," ujarnya.
Menurut dia, sekalipun kekuatan gempa relatif melemah, jumlahnya tetap tak berkurang. ‎Apalagi, gempa-gempa itu berasal langsung dari perut gunung setinggi 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.
"Meskipun relatif gempanya kelihatan kecil-kecil, tapi jumlahnya banyak dan itu berada di perutnya langsung," ia menambahkan.
Secara angka tidak ada penurunan jumlah gempa Gunung Agung. "Masih tetap di atas 700. Kita lihat sendiri 24 jam terakhir tadi ada 800-an tadi kita hitung," tuturnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Â
Â
Suhu Uap Air Gunung Agung
Sebelumnya, asap Gunung Agung membubung setinggi 1,5 kilometer, pukul 20.30 Wita, Sabtu 7 Oktober 2017. Asap itu didominasi oleh uap air.
"Sembilan puluh sembilan persen uap air," kata Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suantika‎, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin, 9 Oktober 2017.
Menurut dia, suhu uap air yang dihasilkan mencapai 100 derajat Celsius. Angka itu tercatat di mulut kawah Gunung Agung.
Sementara, suhu uap air dalam perut gunung setinggi 3.031 mdpl tersebut jauh lebih panas lagi. "Di dasar Gunung Agung panasnya mencapai 200-300 derajat Celsius," Gede Suantika menjelaskan.
Dia menegaskan, asap putih yang terlihat dari kawah Gunung Agung mulai Sabtu malam bukan letusan. "Itu aktivitas solfatara," ujar dia.
Ia menyebut asap tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh curah hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir di daerah sekitar gunung. Air hujan kemudian masuk ke kawah dan terjadi pemanasan di dalam perut Gunung Agung.
"Kemungkinan penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi tiga hari terakhir," Gede Suantika memungkasi.
Advertisement