Liputan6.com, Garut - Kinanti Engelika (2,5) anak dari Ai Lisna Afifah (32), warga Kampung Kondang RT01/04 Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengalami kelumpuhan setelah diimunisasi Measles Rubella (MR).
Ai Lisna Afifah (32), ibu pasien yang ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Slamet Garut mengatakan, anaknya mengalami kelumpuhan setelah mendapatkan imunisasi vaksin Rubella pada tanggal 13 September, bulan lalu.
"Sekitar lima hari dari sana atau sekitar tanggal 18 September, anak saya langsung tidak bisa bangun, lumpuh, awalnya tidak apa-apa normal saja," ujarnya, Rabu, 11 Oktober 2017.
Advertisement
Ia mengakui saat pertama kali mendapati anaknya sakit, dia tidak langsung merujuk ke rumah sakit. Namun, seiring semakin memburuknya kondisi, ia membawa anaknya untuk mendapatkan perawatan di Puskesmas Cibatu tanggal 1 Oktober lalu hingga pada keesokan harinya dirujuk ke RSUD dr. Slamet karena alasan ketiadaan fasilitas yang memadai.
"Sekarang anak masih di sini (ICU) dan hasil kesepakatan, bisa dirawat di sini juga tanpa harus dirujuk ke RSHS Bandung," kata dia.
Baca Juga
Ibu tiga anak ini mengakui, berdasarkan rujukan awal hasil dokter pertama yang menangani anaknya, balita itu mesti mendapatkan rujukan ke RSHS Bandung karena tingkat kelumpuhan yang semakin mengkhawatirkan. Namun, karena penanganan serius pihak rumah sakit, Kinanti berhasil melewati masa kritis.
"Keputusan terakhir dokter spesialis anak masalah anak ini bisa ditangani tanpa dirujuk ke Bandung," kata dia.
Saat ini, kondisi Kinanti mulai membaik, meskipun kedua tangan dan kakinya belum menunjukan kesehatan signifikan.
"Kondisi di badan ada perubahan. Sesaknya sudah tidak terlalu. Kaki belum bisa gerak. Tangan sudah bisa gerak awalnya agak susah, secara medis kritisnya sydah lewat," papar dia.Kepala Dinas Kesehatan Garut Tenny Swara Rifai mengaku perlunya pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui secara pasti penyebab kelumpuhan yang dialami pasien Kinanti.
"Kami upayakan jelaskan ke keluarga terduga (penyebab lumpuh) dari vaksin MR, sebab perlu penanganan lebih lanjut," kata dia.
Ia pun membantah jika pihak RSU dr Slamet terkesan menyulitkan Kinanti dalam memperoleh surat rujukan perawatan di RSHS Bandung.
"Sampai sekarang tidak bisa ke RSHS karena sedang penuh, bukan RSU-nya menolak merekomendasikan ke RSHS," ujarnya.
Juru bicara RSUD dr Slamet, Muhammad Lingga Saputra mengatakan, hingga kini lembaganya belum bisa menjelaskan secara pasti penyebab kelumpuhan yang dialami Kinanti. Namun, pihaknya tetap memberikan pelayanan terbaik untuk pasien balita itu sehingga kondisinya mulai membaik.
"Mohon maaf kapasitas untuk menjawab itu (penyebab kelumpuhan) ranahnya ada di kewenangan klinis dan kewenangan itu ada di dokter yang menangani langsung pasien tersebut," kata dia.
Seperti diketahui, berdasarkan petunjuk teknis kampanye dan introduksi Imunisasi MR yang diterbitkan Kementerian Kesehatan tahun 2017, terdapat mekanisme apabila ditemukan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti yang dialami Kinanti.
Pertama, penemuan laporan lewat informasi masyarakat atau petugas kesehatan. Kedua, konfirmasi dan identifikasi oleh petugas kesehatan Kabupaten atau Provinsi. Selanjutnya dilakukan analisis (sementara) Oleh Pokja KIPI Kabupaten/Kota. Setelahnya baru dilakukan tindaklanjut berupa pengobatan.
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI Oscar Primadi menyatakan, saat ditemukan kasus seperti pasien Kinanti, komisi KIPI daerah perlu melakukan pelaporan sesuai prosedur.
"Sedangkan untuk penyebabnya perlu dikonfirmasi dan diteliti lebih lanjut oleh Komnas KIPI," kata dia.
Â
Simak video pilihan berikut ini: