Liputan6.com, Balikpapan - Ratusan sopir angkot dan taksi konvensional mogok massal, Rabu 11 Oktober 2017. Mereka memadati halaman Kantor DPRD Balikpapan di Jalan Jenderal Sudirman. Aksi digelar menuntut penutupan transportasi online di Kota Minyak.
Seruan tersebut diteriakkan silih berganti oleh para sopir angkot dari berbagai trayek. Bahkan, istri para sopir juga turut menyuarakan pendapatnya.
Berlangsung sejak pukul 09.00 Wita, upaya mediasi pun dilakukan satu jam setelahnya. Perwakilan demonstran disambut Dinas Perhubungan Kota Balikpapan, Sudirman Djayaleksana.
Advertisement
Dia menegaskan, layanan operasional angkutan roda empat dari GoJek, Grab, maupun dan Uber, telah dicabut oleh Pemerintah Kota Balikpapan. Penutupan ini pun berdasarkan surat keputusan Gubernur Kalimantan Timur, 19 September lalu.
Baca Juga
Sudirman menyebut, perusahaan pengembang aplikasi sudah diminta mengurus izin sejak April hingga Juli lalu.
"Tapi diabaikan. Berdasarkan Permenhub 26/2017, sudah jelas, transportasi online harus mengurus izin. Lengkapi itu dulu karena negara kita negara hukum," tegas dia.
Dengan adanya keputusan ini, Dishub maupun DPRD Balikpapan, akan akan mengawasi operasional jasa transportasi online di lapangan. Jika ngotot beroperasi, Sudirman menyebut, Pemkot Balikpapan tak segan menutup kantor perwakilan perusahaan.
Tanggapan Warga Balikpapan
Demonstrasi penolakan transportasi online di Balikpapan, mendapat respons beragam dari warga. Tak sedikit yang mengeluhkan, namun ada juga yang mendukung bahkan mengambil untung dari situasi tersebut.
Demo yang berlangsung di depan Kantor DPRD dan Wali Kota Balikpapan di Jalan Jenderal Sudirman, otomatis memakan jalur dari area Pasar Klandasan hingga Pelabuhan Semayang. Polisi pun terpaksa menutup satu ruas jalan, dan membagi satu jalur untuk dua arah.
Tak sedikit warga Balikpapan mengeluhkan aksi tersebut. Salah Elvi (38), misalnya. Ibu rumah tangga ini menilai, aksi seperti ini justru tak berpihak kepada masyarakat, karena tak sedikit aktivitas yang terhambat karena lalu lintas yang terganggu.
"Saya kesulitan mengantar anak saya ke sekolah pagi ini karena terbiasa naik angkot. Kebanyakan angkot malah tidak ambil penumpang untuk ikut aksi ini," ujar Elvi.
Meski begitu, ada juga yang menanggapi hangat aksi para sopir tersebut. Nurlaila, seorang perempuan paruh baya menilai wajar jika ada pihak yang menyampaikan aspirasi.
"Walau aksi ini buat kemacetan, tapi menurut saya ini bentuk aspirasi dari mereka. Selama ini penghasilannya berkurang karena ada transportasi online," ungkap Nurlaila.
Di balik gangguan demo, ada pula sebagian orang yang justru mengambil kesempatan. Yanto, penjual es dawet mengaku bersyukur atas aksi demo tersebut. Gerombolan massa membuat dagangannya terjual lebih banyak.
"Banyak yang beli. Demo ini bawa rezeki," tuturnya.
Berlangsung sejak pukul 09.00, aksi demo berakhir pukul 11.00 Wita, setelah Kadishub Balikpapan Sudirman Djayaleksana datang untuk menerima aspirasi para sopir. Dia menegaskan, penutupan izin transportasi online sudah berlaku sejak terbitnya surat keputusan Gubernur Kalimantan Timur, 19 September lalu. (Fani Ratu Rahmani – CJA Energi Muda Pertamina Balikpapan)
Â
Advertisement